Liputan6.com, Jakarta - Banyak umat Islam yang masih ragu tentang hukum menggabungkan niat puasa Ramadhan dengan puasa lain, seperti puasa nadzar. Persoalan ini menjadi penting untuk dibahas agar umat Islam tidak salah dalam menjalankan ibadahnya.
Dalam ajaran Islam, terdapat ketentuan mengenai penggabungan niat dalam ibadah. Namun, tidak semua ibadah dapat digabungkan niatnya, terutama dalam ibadah yang bersifat fardhu.
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah – KTB (www.piss-ktb.com), disebutkan bahwa dalam Islam tidak diperkenankan menggabungkan dua ibadah wajib dalam satu niat, kecuali dalam kasus tertentu seperti haji dan umrah secara qiran.
Advertisement
Imam as-Suyuthi dalam kitabnya al-Asybah wa an-Nadhair menjelaskan bahwa ada beberapa kategori dalam menggabungkan niat ibadah. Pertama, meniatkan satu ibadah bersamaan dengan niat lain yang bukan ibadah, seperti berwudhu sambil berniat mendinginkan badan.
Dalam kasus ini, niat tambahan yang bukan ibadah tidak membatalkan ibadah utama. Contoh lainnya adalah membaca Al-Qur’an dalam sholat sambil berniat mengajarkan kepada orang lain. Hal ini tetap sah, meskipun pahalanya bergantung pada niat yang lebih dominan.
Kategori kedua adalah menggabungkan ibadah fardhu dengan ibadah sunnah. Beberapa contoh yang diperbolehkan adalah niat shalat wajib sekaligus tahiyyatul masjid atau mandi junub sekaligus mandi Jumat.
Namun, ada pula contoh yang tidak sah jika digabung, seperti niat qadha sholat dengan sholat tarawih. Dalam hal ini, menurut pendapat Ibnu Shilah, yang sah hanya qadha sholatnya, sedangkan tarawihnya tidak sah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Menggabungkan Niat Ibadah
Kasus lain yang sering terjadi adalah seseorang memberi sedekah dengan niat zakat dan sedekah sekaligus. Dalam hal ini, yang diterima hanya sebagai sedekah, bukan sebagai zakat, karena zakat memiliki ketentuan khusus.
Kategori ketiga adalah menggabungkan dua ibadah wajib sekaligus. Menurut Ibnu Subki, hal ini tidak diperkenankan kecuali dalam ibadah haji qiran, di mana seseorang menjalankan ibadah umrah dan haji secara bersamaan.
Imam as-Suyuthi menambahkan contoh lain yang diperbolehkan, seperti seseorang yang menyelam dengan niat mandi wajib dan wudhu sekaligus. Dalam pendapat yang lebih kuat, hal ini diperbolehkan dan sah kedua-duanya.
Kategori keempat adalah menggabungkan dua ibadah sunnah. Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Imam Qufal mengatakan bahwa hukumnya tidak sah, sedangkan Imam as-Suyuthi berpendapat bahwa hal ini sah dalam beberapa kasus.
Contoh yang diperbolehkan adalah menggabungkan mandi sunnah Jumat dengan mandi sunnah Idul Fitri ketika hari raya jatuh pada hari Jumat. Begitu pula menggabungkan shalat sunnah qabliyah Dzuhur dengan tahiyyatul masjid.
Kategori terakhir adalah meniatkan sesuatu yang bukan ibadah dengan sesuatu yang juga bukan ibadah. Contohnya adalah seorang suami yang berkata kepada istrinya, "Engkau haram bagiku" dengan niat talak dan zihar sekaligus. Dalam kasus ini, suami diberi pilihan untuk memilih antara talak atau zihar.
Dalam konteks puasa Ramadan, Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' secara tegas menyatakan bahwa tidak boleh menggabungkan niat puasa Ramadan dengan puasa lainnya.
Advertisement
Niat Puasa Menurut Imam Nawawi
Menurut Imam Nawawi, puasa Ramadan hanya boleh diniatkan khusus untuk puasa Ramadan, baik bagi yang mukim maupun musafir, sehat atau sakit, maupun yang memiliki tanggungan puasa kafarat, nadzar, atau sunnah.
Jika seseorang tetap menggabungkan niat puasa Ramadan dengan puasa lainnya, maka kedua puasanya menjadi tidak sah. Hal ini menegaskan betapa pentingnya menjaga kejelasan niat dalam ibadah.
Dari berbagai pendapat ulama tersebut, jelas bahwa puasa Ramadan memiliki kekhususan yang tidak bisa dicampur dengan ibadah puasa lainnya.
Sebagai solusi, bagi seseorang yang memiliki tanggungan puasa nadzar atau qadha, disarankan untuk menyelesaikan puasa Ramadan terlebih dahulu, lalu menunaikan puasa lainnya di hari yang berbeda.
Hal ini selaras dengan prinsip bahwa ibadah wajib harus dilaksanakan dengan niat yang jelas dan tidak boleh bercampur dengan ibadah wajib lainnya.
Bagi umat Islam, memahami aturan ini sangat penting agar tidak terjebak dalam kekeliruan niat yang dapat berakibat pada ketidaksahan ibadahnya.
Dengan demikian, dalam menjalankan ibadah puasa, niat yang jelas dan sesuai dengan tuntunan syariat adalah kunci utama agar ibadah diterima oleh Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
