Strategi Brand Skincare Lokal Tingkatkan Interaksi dan Penjualan Online

Platform media sosial saat ini telah memiliki banyak peran, termasuk dalam sisi penjualan online. Brand skincare lokal, H&H Skincare turut memanfaatkan masifnya kekuatan online, termasuk memasarkan produknya secara luas di TikTok.

oleh Putu Elmira diperbarui 17 Mei 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi TikTok
Ilustrasi TikTok. (dok. Unsplash.com/@franckinjapan)

Liputan6.com, Jakarta - Platform media sosial saat ini telah memiliki banyak peran, termasuk dalam sisi penjualan online. Brand skincare lokal, H&H Skincare turut memanfaatkan masifnya kekuatan online, termasuk memasarkan produknya secara luas di TikTok.

"Awal mula belum ada pengalaman pemasaran lewat digitalisasi. Setelah fenomena atau tren, akan sangat bagus kita mulai konten-konten di platform TikTok," kata Co-founder H&H Skincare Fikri saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 16 Mei 2023.

Fikri melanjutkan bahwa konten-konten yang dibuat mendapat sambutan positif. Setelah beberapa waktu menjalani, brand yang dimulai dari klinik kecantikan di Jagakarsa ini merasakan dampak pemasaran secara daring.

"Strategi konten itu kita karena banyak konten edukasi, kita mengutamakan permasalahan yang dialami audiens," lanjut Fikri.

Ia melanjutkan, permasalahan kulit yang banyak dialami konsumen itu diketahui dari tanggapan-tanggapan yang ditulis di kolom komentar. Pihaknya akan mengulas pertanyaan yang paling banyak dialami.

"Persoalan-persoalan ini rutin kita bahas secara berkala dengan tim dokter. Itu kita jadikan konten. Kalau viewers bertanya berarti masih belum terjawab dan tersampaikan dengan baik," terangnya.

Fikri menyebut, "Audiens di TikTok itu sangat positif dan loyal, makanya buka 24 jam (live stream di TikTok)."

Dikatakan Fikri, jerawat menjadi permasalahan kulit yang paling banyak disampaikan konsumen. Hal tersebut juga berbanding lurus dengan penjualan produk jerawat yang lebih laris manis.

"Kita ada hashtag #dikawalsampaiglowup itu fokus pada nasihat dokter. Biasanya traffic ramai saat pagi-pagi sekitar jam 05.00 sampai 07.00," ungkapnya.

Interaksi dengan Audiens

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Fikri juga menyebut bahwa pihaknya membuat konten sebanyak dan semenarik mungkin. "Ada ketertarikan dari audiens baru bisa shoppertainment itu sangat efektif meningkatkan sales," terangnya.

"Awal mulai awal tahun kemarin, setelah coba di TikTok penjualan setiap bulan selalu ada peningkatan, entah dari sisi pengguna platform makin banyak dan ada tren. Kita menyesuaikan dengan itu," kata Fikri.

Ia mengatakan pihaknya juga memanfaatkan iklan dan mendapatkan hasil yang sangat baik. "Sudah coba iklan di platform lain, berdasarkan pengalaman, TikTok paling murah dan paling bagus hasilnya," tambahnya.

"Komunitas di TikTok itu sangat positif, terbuka dengan hal baru. Tren berubah, mengasah kreativitas yang mendorong kita berinovasi. Selaku usaha mementingkan produk yang bikin kita terus berkembang," tuturnya.

Fikri menyarankan, jangan terlalu memaksa untuk hardselling di awal-awal. "Interaksi dengan audiens, broadcaster harus punya sensitivitas dan jam terbang," tambahnya.

Ia menyebut biasanya jumlah penonton menyaksikan live stream di TikTok rata-rata 100 orang per sesi live stream. Fikri mengungkapkan, "Rata-rata di atas 10 detik (menonton) itu cukup bagus."

Community Commerce

Ilustrasi TikTok.
Ilustrasi Pengguna TikTok.(unsplash/Olivier Bergeron)

Head of SMB TikTok Indonesia Pandu Nitiseputro mengatakan selalu ingin meliha kondisi di lapangan dari masing-masing pelaku usaha. Dalam pelaksanaannya ada beberapa tantangan yang dihadapi pelaku usaha untuk meraih cuan.

"Problem nomor satu di lapangan adalah marketing, cara jualan, promosi produk dan merek ke pasar," terang Pandu.

Ia mengatakan terkait community commerce yang jadi istilah baru yang merupakan aspek dari social commerce dan sangat lekat dengan kondisi TikTok kini. "Interaksi yang otentik antara penjual dan pembeli, anglenya dari UMKM, kondisi mereka mengharuskan dokus pada pemecahan masalah agar bisnis bertumbuh dan setelah itu bikin rencana panjang," lanjutnya.

Bicara soal community commerce, Pandu menyampaikan bahwa kreator menjadi pelaku utama yang berkontribusi menyebarkan dengan kreativitas masing-masing. Brand juga dapat bekerja sama dengan beragam pihak untuk menunjukkan sisi brand yang otentik.

"Terkait shoppertainment, pendekatannya entertainment,ada bagian di rasa tepat untuk kita menawarkan produk," katanya.

TikTok Shop

Ilustrasi
Ilustrasi aplikasi TikTok. (dok. pexels/cottonbro)

"Konsep ini baru, perlu pendekatan ekstra. Darikamis sudah menyediakan ragam event dan program dari TikTok Shop Summit, seller conference untuk solusi memecahkan problem riil," lanjut Pandu.

Incubation Lead TikTok Shop Indonesia Vonny Ernita Susamto menjelaskan social commerce sudah menjadi fenomena baru yang digandrungi oleh para UMKM. Mengingat hal tersebut dapat menjawab kebutuhan utama bisnis, yakni promosi, berjualan, sekaligus berinteraksi di aplikasi TikTok Shop.

"Kita sudah riset kepada responden 1.500 UMKM, ternyata 91,3 persen UMKM sudah menggunakan media sosial sebagai marketing channel mereka, 72,5 persen berinteraksi dengan konsumen, dan 80 persen pakai TikTok Shop untuk jualan," ungkapnya.

Vonny menjelaskan kini TikTok Shop memang memiliki kategori yang terbatas. "Akan parsial dan akan terus kita buka, (penjual) yang tidak ada produknya memungkinkan (bisa di TikTok Shop), cuma butuh waktu untuk propose. Kebetulan saat ini yang sangat pesat kategori fashion, beauty and personal care, dan elektronik. Sekarang yang tengah naik juga di FnB," terangnya.

Infografis Skincare Lokal
Infografis Skincare Lokal. (Liputan6.com/Triyasni)  
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya