Liputan6.com, Jakarta - Mahakarya luar biasa karya Picasso, yang diberi judul "Femme à la montre", diharapkan mendapat perhatian besar dari para kolektor dan penggemar seni ketika lukisan tersebut dilelang. Mereka memperkirakan harganya dapat melampaui 120 juta dolar (sekitar Rp1,8 triliun).
Lukisan yang dibuat sejak 1932, akan menjadi bintang utama dalam acara lelang selama dua hari di Sotheby's di New York, Inggris. Dilansir dari CNN pada Rabu, 13 September 2023, ketika acara tersebut dimulai pada November 2023, sejumlah koleksi dari Emily Fisher Landau akan dipajang untuk dijual kepada penawar tertinggi.
Mata para penikmat seni dari seluruh dunia diyakini akan tertuju pada karya indah ini. Dengan ukuran yang impresif, sekitar 51¼ x 38 inci (130 x 96.5 sentimeter), lukisan tersebut menggambarkan sosok Marie-Thérèse Walter, yang dikenal sebagai salah satu muse utama dan kekasih Picasso.
Advertisement
Walter, dengan penampilan ikoniknya, muncul di berbagai potret Picasso, menjadi simbol dari periode kreatif yang intens dalam karya senimannya. Karya tersebut juga memegang tempat khusus dalam sejarah seni.
Menurut informasi dari Sotheby's, potret ini merupakan hasil karya Picasso pada salah satu fase paling produktif dalam karirnya. Faktanya, periode produktivitas ini begitu penting sehingga menjadi fokus utama dari pameran yang diselenggarakan oleh institusi seni terkemuka seperti Musée Picasso di Paris dan Tate Modern di London.
Julian Dawes, sosok penting di Sotheby's, memuji lukisan tersebut dalam pernyataannya. Menurutnya, "Femme à la Montre" bukan hanya sebuah karya seni, tetapi sebuah pencapaian monumental dalam dunia seni.
Jatuh Cinta dengan Walter
Dia memuji bagaimana Picasso menggunakan warna yang tajam dan vibrant pada lukisan tersebut. Latar belakang kisah cinta antara Picasso dan Walter juga menambah kedalaman emosi dari lukisan tersebut.
Mereka pertama kali bertemu di Paris ketika Walter masih sangat muda, yaitu berusia 17 tahun. Meskipun Picasso pada saat itu masih berada dalam ikatan pernikahan dengan Olga Khokhlova, hubungan mereka memunculkan inspirasi yang mempengaruhi banyak karya terbaik Picasso selama beberapa dekade.
Seiring dengan berjalannya waktu, Picasso mulai merasa terjepit dengan perasaannya yang mendalam terhadap Walter. Lukisan-lukisannya mulai menjadi media bagi Picasso untuk mengekspresikan rasa cinta dan hasrat yang mendalam, sebuah fakta yang terlihat jelas saat karyanya dipamerkan dalam retrospektif skala besar pertama kali.
Perselingkuhannya dengan Walter, yang selama ini menjadi rahasia terbuka, semakin sukar untuk disembunyikan. Hal itu akhirnya menjadi pemicu keretakan dalam pernikahannya.
Setelah pameran besar di Galerie Georges Petit di Paris, Picasso menciptakan "Femme à la montre". Dengan beban emosi yang begitu besar, Picasso menuangkan seluruh perasaannya ke dalam kanvas tersebut. Menurut analisis dari Sotheby's, perasaannya yang seakan terbebas dari rasa bersalah dan beban rahasia tampaknya menjadi daya dorong utama di balik karya ini.
Picasso menggunakan palet warna primer yang kuat dan bentuk-bentuk yang mencolok. Dengan ketelitian yang luar biasa terhadap setiap detail menghasilkan sebuah karya yang kompleks namun seimbang.
Advertisement
Bagian dari Koleksi Emily Fisher Landau
Kisah cinta antara Picasso dan Walter berakhir dengan kematian kedua tokoh tersebut dalam rentang waktu yang berdekatan. Picasso meninggal pada 1973, diikuti oleh Walter empat tahun kemudian. Namun, kisah mereka tetap abadi melalui karya-karya Picasso.
Lukisan "Femme à la montre" kemudian menjadi bagian dari koleksi Emily Fisher Landau, kolektor seni kontemporer terkemuka yang memiliki ketajaman dalam mengidentifikasi karya-karya bersejarah. Lukisan ini menjadi salah satu dari ratusan karya seni dalam koleksinya. Fisher Landau, yang berpulang pada awal tahun ini, meninggalkan warisan seni yang kaya dan akan selalu diingat dalam dunia seni kontemporer.
Koleksi seni milik Fisher Landau, yang mencakup karya-karya seniman ternama seperti Mark Rothko, Andy Warhol, Willem de Kooning, dan Georgia O’Keeffe, diperkirakan dapat mencapai total penjualan lebih dari 400 juta dolar, atau sekitar Rp6 triliun. Landau mulai berkecimpung dalam dunia koleksi seni dengan serius setelah menerima klaim asuransi akibat perampokan perhiasannya di kediamannya di New York pada 1969.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di katalog pameran dan dikutip oleh Sotheby, Landau mengenang peristiwa tersebut dengan mengatakan bahwa meski Lloyds of London telah memberikan kompensasi, nilai emosional koleksi perhiasannya tak bisa digantikan. Merasa sangat kehilangan, Landau memutuskan untuk tidak lagi berinvestasi pada perhiasan dan beralih pada seni.
Terjual dengan Harga Fantastis
Pada tahun-tahun sebelumnya, beberapa karya Picasso yang menggambarkan sosok Walter telah mencetak rekor penjualan. Lukisan yang menggambarkan Walter sebagai makhluk laut bertentakel terjual dengan harga Rp1,8 triliun di Sotheby's, New York.
Potret lain dari Walter yang dibuat pada 1932, berjudul "Femme assise près d'une fenêtre (Marie-Thérèse)", berhasil terjual dengan harga Rp1,5 triliun pada 2021. Karya lainnya, "Nude, Green Leaves and Bust", juga mencapai harga penjualan Rp1,6 triliun pada 2010.
Sebagai catatan, lukisan “Les femmes d’Alger (Versi “O”) karya Picasso berhasil terjual di Christie’s, New York, seharga Rp2,7 triliun pada Mei 2015. Itu menjadikannya sebagai salah satu karya seni yang mencetak rekor harga tertinggi di lelang saat itu.
Pada laporan yang sama, sepasang aktivis lingkungan, Daisy dan Tony, dari kelompok Extinction Rebellion berulah. Mereka berusaha menarik perhatian banyak pihak dengan mengelem tangan mereka ke lukisan Picasso yang dipajang di Galeri Nasional Victoria di Melbourne pada Minggu, 9 Oktober 2022.
Kedua aktivis yang berkaus hitam dengan simbol grup mereka mengelem tangan mereka ke lukisan berjudul Pembantaian di Korea. "Sebuah refleksi yang jelas dari keyakinan pasifis Picasso, "Pembantaian di Korea" menunjukkan kengerian perang melalui penggambaran saat-saat terakhir sekelompok wanita dan anak-anak yang ditahan di bawah todongan senjata oleh tentara yang tidak manusiawi," demikian pernyataan Extinction Rebellion yang diunggah lewat akun Instagram mereka.
Advertisement