Liputan6.com, Jakarta - Seseorang yang baru memutuskan untuk membuka bisnis cenderung hanya fokus pada kualitas produk yang ditawarkan. Padahal, ada hal penting lainnya yang perlu diperhatikan calon pengusaha, yaitu gaya hidup dan lingkungan konsumen yang menjadi target pemasaran produk yang kita miliki.Â
Erwin Airlangga, CEO Dwi Sapta yang merupakan salah satu agensi periklanan di Indonesia, mengungkapkan bahwa pola hidup dan lingkungan tempat tinggal konsumen dapat mempengaruhi nilai yang dimiliki mereka. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di Now fest, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 20 September 2023.
Baca Juga
"Kita coba selami hidup mereka seperti apa, karena lingkungan itu akan membentuk suatu value, suatu nilai-nilai pemikiran yang tanpa disadari membentuk cara mereka memutuskan," jelasnya.
Advertisement
Ia juga menyebutkan bahwa penting pula untuk memperhatikan citra perusahaan yang ingin dibangun, tidak peduli apapun bentuk dari identitas dan gaya hidup yang dipilih oleh perusahaan. Ia mengingatkan bahwa citra yang ingin dibangun perusahaan hendaknya bisa menginspirasi pelanggan atau calon pelanggan mereka.
"Setiap brand perlu bisa membangun personalitynya masing-masing, nggak ada yang salah menjadi anak punk, nggak ada yang salah menjadi anak solehah, nghgak ada yang salah menjadi orang yang cuek, tetapi apakah itu bisa inspiring," ungkapnya.
Selain itu, Erwin menyebutkan bahwa konsumen akan selalu mencari keunikan dari sebuah produk. Karena itu, menurutnya, sebuah perusahaan harus selalu memperhatikan keunikan produk ditawarkan yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi lebih mengutamakan ciri khas dan identitas yang ingin disampaikan oleh perusahan tersebut.
Keinginan dan Gaya Hidup yang Berubah
Dalam acara tersebut Erwin juga mengungkapkan bahwa perubahan adalah suatu hal yang pasti, sehingga perusahaan atau pebisnis harus selalu menyesuaikan perkembangan zaman. "Nggak ada yang abadi kecuali perubahan. Kalau kita merasa sudah mapan, dan semua sudah oke, dan kita berhenti di situ. Itu adalah awal dari kegagalan," ungkapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kebutuhan konsumen bersifat sangat dinamis dan selalu berubah.
"Dulu siapa yang terpikir bahwa semua orang akan punya handphone di tangan, karena dulu telepon umum gampang," ia menjelaskan. "Dan sekarang kita nggak bisa lepas dari handphone," tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kebutuhan selalu dimulai dari yang sebelumnya tidak ada. Namun seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan selalu bertambah. "We don't know what we need," jelasnya.
Advertisement
Personal Branding
Selain bagi perusahaan, branding juga penting bagi diri sendiri untuk perkembangan karir. Melansir kanal On Off Liputan6.com, entah teman, pelanggan, atasan kerja, hingga calon kekasih atau suami mungkin akan mencari tahu tentang Anda lewat Google atau sosial media. Karena itu, terkadang personal branding perlu dibangun apalagi bagi yang kini tengah mencari pekerjaan.
Melansir Enterpreneur, personal branding atau merek pribadi adalah kombinasi dari keterampilan unik, pengalaman, dan karakter yang membuat Anda menjadi diri sendiri. Ini adalah cara untuk membedakan diri dan lebih menonjol di pasar kerja atau industri yang kompetitif. Membangun dan mengelola merek pribadi dapat membantu Anda memajukan karier dan mencapai tujuan profesional.
Nah, personal branding yang efektif itu berarti Anda harus membedakan diri dari pesaing sehingga bisa lebih menonjol. Selain itu, membangun koneksi dengan audiens pun penting. Akan tetapi, personal branding Anda harus relevan, otentik, bernilai, kredibilitas, terlihat, unik, menyanjung, dan konsisten dengan mempertahankan citra dan pesan yang sama di semua platform.
Peran Sosial Media
Sebelum membangun personal branding, Anda mungkin bisa menanyakan kepada diri sendiri mengenai gairah hidup, nilai dan keyakinan diri, keunikan, hingga jenis kepribadian. Dengan demikian Anda bisa menentukan personal branding dan menyampaikan kekuatan, nilai, serta kepribadian unik kepada orang lain.
Pun sama pentingnya ketika Anda menentukan. Coba tanyakan pada diri sendiri mengenai rentang usia audiens, lokasi secara geografis, gender, hingga kekhawatiran para audiens. Dengan begitu, Anda dapat membuat personal branding yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka serta membantu Anda membangun hubungan dengan mereka.
Sementara itu, media sosial diperlukan ketika seseorang ingin membangun personal branding. Hal ini karena 92 persen pemberi kerja menggunakan situs media sosial untuk mencari bakat. Selain itu, 54 persen perusahaan telah mengeliminasi kandidat berdasarkan umpan media sosial. Bahkan, 70 persen pemberi kerja menggunakan media sosial untuk menyaring calon karyawan.
Advertisement