Liputan6.com, Jakarta - Sebuah cita-cita besar untuk memperkuat perekonomian dan mengkaryakan industri kreatif telah menginisiasi Indonesia sebagai kiblat modest fesyen dunia. Dengan potensi besar industri fesyen dari sumber daya alam dan manusianya, Indonesia dengan percaya diri ingin mengklaim sebagai pusat mode Muslim dunia.
"Sebenarnya tidak perlu diriset susah-susah, kalau ngomongin Indonesia menjadi kiblat muslim atau modest fashion dunia. Sekarang kasat mata aja dari jumlah pelaku modest fashion itu Indonesia sudah pasti terbesar di seluruh dunia," ungkap Ali Charisma, Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC), saat ditemui Liputan6.com, Jumat, 20 Oktober 2023.
Menurut Ali, tidak ada negara yang memiliki pelaku modest fesyen sebanyak Indonesia dengan jumlah hingga ribuan dari desainer hingga pelaku UMKM yang terlibat. Selain itu jika melihat dari segi penyelenggaraan pekan mode Muslim, Indonesia juga terbesar.
Advertisement
Namun kata Ali, problematika saat ini yang masih membuat Indonesia agak 'risih' untuk mengklaim diri sebagai kiblat modest fesyen dunia karena pelaku industri belum menggaet pasar global. Secara asa, pelaku modest fesyen baru menguasai pasar dalam negeri.
"Belum banyak brand modest Indonesia yang bisa diterima secara global. Itu sebenarnya PR kita dan pemerintah yang terbesar," sambung Ali.
Brand-brand modest fesyen Indonesia harus selevel dengan merek fesyen dunia yang sudah lebih mendunia. Hal ini lantaran jika menilik pusat mode dunia secara umumnya, dari New York, Paris, Milan, London hingga yang di Asia seperti Tokyo, pelakunya sudah memenuhi standar dunia untuk bisa diterima para buyers internasional.
Dorong Pelaku Modest Fesyen Penuhi Standar Internasional
Lebih jauh, Ali mengungkapkan bahwa di pasar lokal dari segmen menengah hingga ke kelas atas Indonesia sudah memiliki begitu banyak brand modest yang eksis. "PR nya itu banyak produk kita standarnya belum sesuai permintaan pasar dunia, pakaiannya itu masih bisa dipakai di dalam negeri aja,"
Inilah alasan mengapa banyak brand Indonesia oleh IFC dan didukung pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk diajak "nyemplung", ikut berpartisipasi dalam event internasional. Dari keikutsertaan tersebut, maka pemilik brand akan bisa mempelajari bagaimana selera pasar secara global, serta bahan yang cocok untuk membuat koleksi sesuai musim di negara lain.
"Produk Indonesia itu nanggung, kalau untuk summer terlalu tebel, tapi kalau untuk winter kurang tebel. Jadi kita masih perlu adjustment (mengatur) di sana," tukas Ali yangÂ
Indonesia baru bisa mengklaim sebagai kiblat modest fesyen dunia, saat buyers internasional mencari produk-produk modest fesyen tersebut ke Indonesia. "Yang di Milan, Paris, kan para buyers memang berhamburan ada di sana mencari produk fashion secara general bukan modest," tambah Ali.
Adapun untuk pesaing Indonesia di bidang modest fesyen saat ini, Ali menyebut Turki telah lebih dulu mengembangkannya dengan pelaku industri yang cukup banyak. Namun negara-negara Timur Tengah justru bukan produsen, tapi hanya sebagai tempat memasarkan dan ekosistem dalam modest fesyen sangat jauh dibandingkan Indonesia yang industrinya telah ada dari hulu ke hilir.Â
Â
Advertisement
Kekuatan Modest Fesyen Indonesia yang Menjual
Menyambung tentang impian Indonesia sebagai kiblat modest fesyen dunia, Ali menyebutkan bahwa blue print rancangan ke arah tersebut sudah dicanangkan oleh empat kementerian terkait sejak sekitar 10 tahun lalu. Namun baru sekitar lima tahun belakangan, pemerintah menaruh perhatian besar dan mengeluarkan banyak program untuk mendukung brand Indonesia agar mampu bersaing di kancah dunia.
Sementara itu, selain SDM, kekuatan lainnya untuk Indonesia dengan percaya dirinya menyebuut sebagai kiblat modest fesyen dunia adalah berbagai jenis handmade yang terbilang kuat untuk dikembangkan lebih jauh. Kemudian tekstil tradisional, dan produk wastra seperti batik, tenun yang memang di luar negeri memiliki nilai yang sangat tinggi.
Produk wastra dari Indonesia pun jika digali lebih jauh sangat banyak. Bukan hanya tenun dan batik tapi ada sulaman hingga bordir yang menarik untuk dikemas sebagai produk.
Produk wastra tersebut menurut Ali akan disukai pasar global apabila dari segi desain, tekstur, maupun warna sesuai dengan keperluan. Untuk batik, ia menyambung masih perlu ada narasi yang menjelaskan mengenai proses pembuatan batik dengan teknik batik itu sendiri, bukan dicetak.Â
"Itu belum semua (pelaku pasar global) mengerti, jalau Jepang sudah. Kalau Eropa dan Amerika belum mengerti," sebut Ali.Â
Â
Merangkul Semua Pihak untuk Cita-Cita Bersama
Dari sisi pemerintah, Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan (Kemendag), Miftah Farid mengungkapkan bahwa asa Indonesia untuk menjadi kiblat fesyen dunia bukan datang tiba-tiba. Namun melihat kembali sejarah di bidang tekstil dan garmen, Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas untuk bisa kembali mengusai pasar global.
Di garmen pun terdapat banyak segmen, untuk fesyen secara umum kiblatnya sudah ada 4 di New York, Paris, Milan, London. Namun dari pasar modest fesyen pemerintah melihat potensi ekonomi yang besar. "Yang 2020 itu kita 250 miliar (US dollar) konsumsi untuk modest wear," ungkap Miftah saat ditemui Liputan6.com, Jumat 20 Oktober 2023.
Angkanya naik signifikan setiap tahunnya, sehingga hal inilah yang membuat pemerintah terus mendorong upaya agar asa sebagai kiblat modest fesyen dunia bisa tercapai dengan market yang begitu luas. "Indonesia sebagai populasi Muslim terbesar di dunia, memang semestinya menjadu hub ya untuk modest wear,"
Untuk mencapai tujuan, menurutnya tidak bisa dengan cara bisnis biasa tapi harus terdapat fundamental yang dipersiapkan. Yang paling penting menurutnya, sebelum merambah pasar global ekosistem di dalam negeri harus kuat terlebih dulu.Â
Ekosistem yang dibangun bukan hanya dari sisi pelaku modest fesyen seperti desainer dan pemilik brand saja. Hal inilah yang membuat Kemendag merangkul stakeholder lainnya seperti pihak asosiasi pertekstilan Indonesia.
"Kemendag melihat ada informasi yang tidak simetris, ketika berdiskusi dengan desainer mereka tidak tahu apa yang diproduksi oleh teman-teman industri. Dan sebaliknya industri juga tidak tahu apa yang dibutuhkan oleh teman-teman desainer," papar Miftah.
Oleh karenanya ajang pekan mode yang sekaligus expo diharapkan bisa mempertemukan seluruh pelaku industri kreatif, mulai dari produsen tekstil, desainer, brand, bahkan juga pendidikan vokasi untuk terlibat. Hal ini mengingat bahwa seluruh ekosistem di dalamnya akan menentukan keberhasilan Indonesia untuk menggapai asa menjadi kiblat modest fesyen dunia.
Â
Advertisement