OPINI: Refleksi Sumpah Pemuda, Generasi Muda Berperan Nyata Jadi Penggerak Lawan Stunting

Opini disusun oleh Yuga Putri Pramesti, Founder Seribu Projects & Every U Does Good Heroes 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2023, 13:45 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 13:45 WIB
Opini: Generasi Muda Punya Peran Nyata Jadi Penggerak Lawan Stunting
Yuga Putri Pramesti, Founder Seribu Projects & Every U Does Good Heroes 2022. (dok. Unilever Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Yuga Putri Pramesti, founder Seribu Project, punya perenungan menarik tentang momen Sumpah Pemuda 2023 saat ia berada 11.718 kilometer dari Indonesia. Saat ini, ia sedang menjalani studi Clinical and Public Health Nutrition di University College London.

Di tengah cantiknya musim gugur di London, ia teringat kalimat yang diucapkan John F. Kennedy. "Jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan, tapi apa yang kita sudah berikan untuk negara". Sebagai orang muda, ia merefleksi diri lewat pertanyaan, "Apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia tercinta?"

 

Dahulu Sumpah Pemuda lahir di saat bangsa dihadapkan dengan perpecahan karena pluralismenya. Sekarang tantangannya berbeda, semakin banyak, namun pasti sama signifikannya. Membuat tulisan ini lantas membawa saya ke empat tahun lalu, kepada sosok anak yang saya kenal saat sedang mengikuti sebuah program pengabdian di daerah terpencil, yaitu Adik Bene.

Tahun 2018, saat masih menjadi mahasiswi di Universitas Gadjah Mada, saya begitu bersemangat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua bulan karena sebuah alasan anak muda pada umumnya: pingin healing setiap hari di pinggir pantai. Tapi ternyata saat tiba di sana, bukannya healing, malah saya tertampar oleh kenyataan.

Selama program tersebut, saya tinggal di rumah keluarga kecil yang memiliki anak bernama Adik Bene. Meskipun ia adalah anak yang lucu dan aktif, rasanya hati ini tak bisa lepas dari rasa khawatir melihat Adik Bene yang ternyata saat saya mencoba ikut ke posyandu melihat perkembangannya, dia termasuk salah satu anak stunting di desa tersebut.

Cerita Adik Bene menyadarkan saya bahwa isu gizi seperti stunting tidaklah sepele. Apalagi saya sadar betul, permasalahan stunting bukan hanya sekadar persoalan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, namun juga tentang tantangan demi tantangan yang akan Adik Bene alami selama tumbuh kembangnya nanti.

Efek Perkawinan Dini

Ilustrasi Stunting (Istimewa)
Ilustrasi Stunting (Istimewa)

Secara umum, negara kita masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk menyelesaikan masalah stunting. Berdasarkan data UNICEF dan WHO, angka prevalensi stunting di Indonesia ada di urutan ke-27 dari 154 negara, menempatkan kita pada urutan ke-5 di antara negara-negara di Asia.

Tentunya ada berbagai penyebab yang membuat Indonesia masih rentan terhadap permasalahan stunting, termasuk di wilayah NTB. Setelah saya telusuri, ternyata Adik Bene lahir dari seorang ibu yang menikah di usia 14 tahun. Ya, permasalahan stunting dan kasus pernikahan dini bukanlah hal yang aneh di NTB.

Saat segenap bangsa kita berupaya memerangi stunting, berdasarkan data SSGI (Survey Status Gizi Indonesia) di tahun 2022 angka stunting di NTB justru meningkat 1,3 persen dari tahun sebelumnya, menjadikannya sebagai provinsi keempat dengan angka stunting tertinggi di Indonesia, yakni 32,7 persen.

Ditambah lagi dengan data penelitian kualitatif dari Save The Children pada 2020 yang menyebutkan bahwa kondisi maraknya perkawinan anak usia dini di NTB mencapai 805 kasus dengan usia anak terbanyak antara 16-19 tahun. Hal tersebut yang menjadi penyebab tidak langsung dari tingginya kasus stunting di NTB.

Tamparan inilah yang membuat saya mulai tergerak untuk membuat perubahan. Di 2021, saya bersama dua orang sahabat menggagas “Sekolah Remaja Putri dan Ibu (Seribu) Projects”, organisasi non-profit yang berfokus pada isu gizi dan kesehatan pada anak, remaja putri serta ibu balita yang tinggal di daerah-daerah underprivileged di berbagai pelosok Indonesia.

Pentingnya Kemitraan

Ilustrasi stunting
Ilustrasi stunting. (Photo created by jcomp on www.freepik.com)

Seribu Projects percaya, upaya pencegahan stunting sejak dini, bahkan dapat dimulai sebelum 1.000 Hari Pertama Kehidupan, yakni ketika calon ibu masih berusia remaja. Mereka menjadi entitas utama yang melahirkan generasi emas yang bebas stunting di masa depan. Untuk itu, pembentukan dan optimalisasi kader kesehatan remaja sebagai teman sebaya dapat menjadi sebuah inovasi program pencegahan stunting.

Saya dan teman-teman Seribu Projects tentu ingin bisa memberikan dampak yang lebih luas. Kami, sekelompok anak muda ini percaya bahwa menjalin kemitraan itu penting, dibanding dengan berjalan sendirian. Maka, sejak tahun 2023, kami mulai bermitra dengan pemerintah, salah satunya yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN NTB). Hal tersebut juga disambut baik oleh Kepala BKKBN Nasional, Dr.(HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG.(K) yang mendukung penuh program kerjasama ini.

Ditambah lagi, tahun 2022 menjadi salah satu momentum menggembirakan bagi kami di Seribu Projects. Kami membentuk program “Nutrichampion” yang dapat dilaksanakan kembali di Pulau Lombok, NTB. Program ini pun tak terlepas dari hasil kemitraan dengan sebuah Perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) PT. Unilever Indonesia Tbk lewat program “Every U Does Good Heroes 2022”.

Melalui program ini, kami mendapatkan microgrant untuk memberdayakan 25 kader ‘remaja putri sadar gizi’ berusia 15-20 tahun yang berperan sebagai champion untuk menyebarluaskan edukasi gizi pada sedikitnya 10 orang teman sebayanya – sebagai bentuk intervensi untuk menekan angka stunting melalui perbaikan status gizi sejak usia remaja/pra-nikah. Agar mudah diterima, program dikemas dengan cara unik seperti EduGames Ular Tangga Gizi, praktik pengukuran antropometri, roleplay, dan sesi sharing bersama.

Memberdayakan Remaja Putri

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G.(K)
Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G.(K) dalam puncak peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia (Word Contraception Day) dengan tema “Kolaborasi Pelayanan KB Nusantara dalam Percepatan Penurunan Stunting” di Lapangan Rajawali Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (23/10/2023). (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

25 remaja putri, secara angka mungkin tidak besar, tetapi dengan adanya 25 anak muda yang juga memiliki visi misi yang sama ini, sekarang setidaknya ada 250 remaja putri di NTB yang mendapatkan konseling mengenai gizi dari program “Nutrichampion”.

Hasilnya pun membahagiakan. Berdasarkan evaluasi yang telah kami lakukan, setelah program berlangsung selama 6 bulan, perilaku pemilihan makan pada 250 remaja putri sebagai penerima manfaat dari program “Nutrichampion” ini menjadi lebih baik.

Hal ini terlihat dari perubahan pola perilaku sederhana seperti mulai mengurangi konsumsi gorengan, makanan dan minuman manis, makan cepat saji, dan mereka pun mulai mengonsumsi banyak sayur dan buah. Hasil evaluasi ini kami dapatkan dari bantuan para fasilitator yang turut terjun langsung melakukan pengawasan kepada program kerja para champion di 4 kabupaten dan 1 kota di Lombok, NTB.

Bagi saya, program ini adalah langkah kecil yang harapannya akan membawa snowballing effect sehingga mampu memberi manfaat pada masyarakat yang lebih luas. Saya jadi teringat pada pesan penting yang saya dapatkan dari sesama pejuang nutrisi lainnya, yaitu Driando Ahnan-Winarno yang menjadi mentor saya di program “Every U Does Good Heroes 2022”, yaitu pentingnya regenerasi.

Berjalan dan Terus Berdampak

Meningkatkan Psikososial Anak dengan Taman Bermain
Orang tua mendampingi anak bermain di taman kawasan Duren Sawit, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Bermain dengan pendampingan orang tua menumbuhkan potensi kecerdasan secara optimal anak serta menurunkan frekuensi terjadinya stunting, terutama pada balita usia 2-3 tahun. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Saya harus memastikan bahwa program ini akan berjalan dan berdampak secara berkelanjutan dengan mempersiapkan tim yang solid dan dapat dipercaya, yaitu mereka yang memiliki rasa kepemilikan dan jiwa kepemimpinan yang tak kalah tangguh dengan saya sebagai founder. Meskipun sekarang saya tidak berada langsung di antara mereka, saya yakin Seribu Projects berada di tangan yang tepat, dan seluruh programnya akan tetap membawa perubahan bagi masyarakat. 

Kembali ke semangat Sumpah Pemuda, Alhamdulillah, Seribu Projects menjadi bukti bahwa generasi muda tidak hanya dipertautkan oleh Tanah Air, Bangsa, dan Bahasa yang satu, namun juga Tekad yang kuat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, yaitu dengan menjadi champions dalam memerangi masalah stunting.

Menutup tulisan ini, saya hanya berdoa, semoga 10 atau 20 tahun lagi saat anak saya dan teman-temannya berkuliah dan melakukan program pengabdian masyarakat di NTB atau bahkan di seluruh penjuru negeri ini, mereka tidak akan bertemu lagi dengan anak-anak stunting seperti Adik Bene.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya