Liputan6.com, Jakarta - Starbucks kembali bersuara soal tuduhan pro Israel yang dialamatkan pada perusahaan itu. CEO-nya, Laxman Narasimhan menyalahkan 'representasi yang salah di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan' dalam sebuah surat baru-baru ini.
Dalam surat yang beredar di blog Starbucks itu, Narasimhan tidak secara eksplisit merujuk pada perang Israel-Hamas. Namun, perusahaan yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat itu disangkutkan sebagai kelompok pro-Israel sejak konflik kembali pecah pada 7 Oktober 2023. Situasi itu mengarah pada pembicaraan tentang boikot, anjloknya stok, dan vandalisme di beberapa gerai dari 16.000 lebih lokasi yang mereka miliki di AS.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak toko kami yang mengalami insiden vandalisme. Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan. Kami telah bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman," kata Narasimhan, yang menjabat sebagai CEO sejak Maret 2023, mengutip laman NY Post, Jumat (22/12/2023).
Advertisement
Salah satu gerai mereka, Starbucks Reserve Roastery di Seattle, terpaksa ditutup sementara setelah pengunjuk rasa pro-Palestina memecahkan jendela, mengecat dinding dengan tulisan 'Bebaskan Gaza' dan 'Bebaskan Palestina', dan menulis 'Masuk jika Anda mendukung genosida' di lantai toko dengan kapur, menurut situs berita lokal KIRO 7.
Ia melanjutkan, "Meskipun saya bersyukur atas begitu banyak hal, saya prihatin dengan keadaan dunia yang kita tinggali. Ada konflik di banyak bagian. Hal ini telah melancarkan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, ujaran kebencian dan senjata, serta kebohongan – yang semuanya kami kutuk."
"Dalam meditasi harian saya, saya berdoa untuk perdamaian – segera," ucapnya sebelum mengakhiri suratnya dengan 'Laks', nama singkatnya.
Konflik dengan Serikat Pekerja
Pesan Narasimhan itu pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal. Surat itu dianggap upaya perusahaan untuk meredam protes masyarakat atas dugaan kecenderungan politik mereka.
Sebelumnya, serikat pekerja Starbucks – yang telah mengorganisir sekitar 340 lokasi Starbucks di seluruh AS – mendeklarasikan 'Solidaritas untuk Palestina!' di unggahan X yang telah dihapus setelah Israel kembali mengagresi Gaza. Starbucks mengambil langkah cepat untuk mencoba menjauhkan diri dari serikat pekerja, dengan mengatakan bahwa mereka mengecam tindakan terorisme dan kekerasan, bahkan ketika beberapa pemimpin Yahudi menyerukan boikot Starbucks.
Serikat pekerja ini tidak berafiliasi dengan jaringan kedai kopi melainkan dengan Serikat Pekerja Layanan Internasional. Pada Oktober 2023, Starbucks menggugat Workers United atas pelanggaran hak cipta dalam upaya menghapus “Starbucks” dari nama serikat pekerja.
Starbucks menuduh bahwa hubungannya dengan serikat pekerja telah merusak reputasinya dan membahayakan gerai mereka. Workers United menanggapinya dengan tuntutan balik yang mengklaim Starbucks mencemarkan nama baik serikat pekerja tersebut dengan menyiratkan bahwa mereka mendukung terorisme dan kekerasan.
Advertisement
Efek Boikot terhadap Starbucks
Pihak serikat pekerja juga meminta pengadilan federal di Pennsylvania untuk memutuskan bahwa mereka dapat terus menggunakan nama Starbucks dan logo serupa, dengan menyatakan bahwa serikat pekerja sering kali menggunakan nama perusahaan dari pekerja yang mereka wakili, termasuk Serikat Buruh Amazon dan Asosiasi Pemain Liga Sepak Bola Nasional.
Saham Starbucks telah anjlok lebih dari 6 persen dalam sebulan terakhir. Pada awal bulan ini, perusahaan tersebut mengalami penurunan nilai pasar senilai hampir USD12 miliar, dan beberapa orang mencurigai bahwa penjualan jaringan tersebut terkena dampak seruan boikot atas perang Israel-Palestina. Menurut Pusat Kreatif TikTok, basis data yang merinci wawasan pengguna, tagar #boycottstarbucks telah digunakan di puluhan ribu unggahan sejak bulan Oktober, menghasilkan sekitar 48 juta penayangan dalam sebulan terakhir saja.
Sebelum itu, Starbucks Corporation telah lebih dulu membuat pernyataan pada Oktober 2023. Mereka megaskan telah dan tetap menjadi organisasi non-politik.
"Baik Starbucks maupun mantan pemimpin, presiden dan CEO Perusahaan, Howard Schultz, tidak memberikan dukungan finansial kepada pemerintah Israel dan atau Angkatan Darat Israel dengan cara apapun,” tulis Starbucks yang dikutip dari laman Starbucks.co.id, ditulis Jumat, 16 November 2023.
Bantahan Kirim Uang untuk Israel
Starbucks menyatakan bahwa perseroan dan CEO Howard Schultz tidak memberikan dukungan finansial kepada Israel. "Rumor bahwa Starbucks atau Howard memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Israel dan/atau Angkatan Darat Israel adalah tidak tepat. Starbucks adalah perusahaan publik dan oleh karenanya diwajibkan untuk menyampaikan setiap pemberian perusahaan setiap tahun melalui proxy statement," tulis Starbucks.
Starbucks menyatakan tidak pernah mengirimkan keuntungan kepada pemerintah Israel termasuk tentaranya. "Tidak. Ini sama sekali tidak benar (mengirimkan keuntungan kepada pemerintah Israel-red)," tulis Starbucks.
Selain itu, Starbucks menjelaskan alasan penutupan toko di Israel pada 2003. Penutupan toko tersebut bukan berdasarkan isu politik tetapi membubarkan kemitraan di Israel pada 2003 karena tantangan operasional yang dialami di pasar tersebut.
"Setelah berdiskusi selama berbulan-bulan dengan mitra, kami pun sampai pada keputusan damai ini. Meskipun ini merupakan keputusan yang sulit bagi kedua perusahaan, kami yakin ini tetap merupakan keputusan yang tepat bagi bisnis," tulis Starbucks.
Starbucks menyatakan meski berasal dari Amerika Serikat, pihaknya merupakan perusahaan global dengan gerai yang tersebar di 86 pasar, termasuk lebih dari 1.900 toko di 11 wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yang mempekerjakan lebih dari 19 ribu partner atau karyawan yang mengenakan green apron.
Advertisement