Dongkrak Pariwisata, Thailand Berambisi Bikin Kesepakatan Bebas Visa dengan Uni Eropa

Thailand telah menemui Presiden Prancis untuk mencari dukungan agar bisa menggolkan kesepakatan bebas visa dengan negara-negara Uni Eropa demi mendongkrak tak hanya sektor pariwisata, tetapi juga perdagangan dan militer.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Mar 2024, 10:01 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 10:01 WIB
Persiapan Bandara Bangkok Membuka Pintu Wisata Tanpa Karantina
Petugas berpura-pura memasuki jalur masuk baru di Bandara Internasional Suvarnabhumi saat mereka berlatih prosedur untuk pembukaan kembali Thailand, di Bangkok, Rabu (27/10/2021). Mulai 1 November, Thailand akan dibuka kembali tanpa karantina untuk yang divaksinasi penuh. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin kembali mengungkapkan rencana negaranya untuk menggenjot sektor pariwisata dalam negerinya. Ia berambisi untuk mendapatkan kesepakatan bebas visa dengan negara-negara Uni Eropa lewat pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Elysee, Paris, Prancis.

Dikutip dari The Thaiger, Kamis (14/3/2024), dalam jumpa pers bersama dengan Macron, Srettha menyatakan bahwa topik utama diskusi adalah inisiatif bebas visa yang diperkirakan akan dipertimbangkan setelah pemilihan Parlemen Eropa yang dijadwalkan pada tahun ini. PM Thailand berusia 62 tahun itu optimistis bahwa kesepakatan bebas visa dengan Uni Eropa tidak hanya akan berkontribusi pada sektor pariwisata negaranya, tetapi juga menjadi batu loncatan untuk kolaborasi lebih lanjut di berbagai sektor.

"Inisiatif perjalanan bebas visa tidak diragukan lagi akan memperkuat hubungan baik antar-negara, meningkatkan pariwisata, dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya. 

Merespons hal itu, Presiden Macron mengakui upaya Thailand dan menyatakan kesiapan Prancis untuk memberikan dukungan. "Kami siap mendukung inisiatif ini karena demi kepentingan kedua negara," ucap Macron.

Usulan perjanjian perdagangan bebas antara Thailand dan UE juga menjadi poin utama diskusi dalam pertemuan tersebut. PM Srettha dan Macron sepakat bahwa pembahasan perjanjian yang diperkirakan akan selesai dalam 18 bulan ke depan, akan secara signifikan meningkatkan hubungan perdagangan antara Thailand dan Uni Eropa.

Di luar itu, Thailand dan Prancis juga membahas peluang kerja sama di bidang militer dan perdagangan. Salah satu potensi sinergi yang menjadi sorotan adalah penggabungan sutra Thailand ke dalam industri fesyen Prancis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kerja Sama Perdagangan Sutra

Melihat Pembuatan Jubah Paus Fransiskus Saat Kunjungi Thailand
Suster Sukanya Sukchai merapikan pakaian upacara yang akan digunakan Paus Fransiskus saat mengunjungi Thailand, Bangkok, Jumat (8/11/2019). Jika jubah Paus Fransiskus terbuat dari sutra, para uskup nantinya mengenakan jubah berbahan poliester. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

Kedua pemimpin membahas kemungkinan mengintegrasikan sutra Thailand ke dalam industri fesyen Prancis, dan menyoroti hal tersebut sebagai potensi kolaborasi yang akan saling menguntungkan kedua negara.

"Integrasi sutra Thailand ke dalam industri fesyen Prancis menghadirkan peluang menarik untuk meningkatkan kolaborasi dan pertumbuhan bersama," ucap Macron.

Pertemuan PM Thailand kelahiran Bangkok dengan Macron menandai tonggak penting dalam upaya Thailand untuk meningkatkan hubungan internasional dan sektor pariwisata. Perjanjian bebas visa yang diusulkan dan perjanjian perdagangan bebas yang akan datang dengan Uni Eropa menggarisbawahi komitmen negara tersebut untuk membina hubungan yang lebih kuat dengan mitra internasionalnya.

Thailand sebelumnya merangkul empat negara tetangga di Asia Tenggara untuk menyepakati aturan visa gabungan untuk menarik lebih banyak kunjungan turis asing. Melansir The National, Rabu, 7 Februari 2024, Sekretaris Jenderal Perdana Menteri (PM) Thailand, Prommin Lertsuridej, mengatakan bahwa pihaknya akan mencari dukungan dari negara-negara tetangga untuk membuat skema yang memungkinkan wisatawan bepergian dengan bebas di antara lima negara ASEAN setelah memperoleh visa masuk dari salah satu wilayah.


Thailand Ingin Jadi Pusat Promosi Pariwisata Asia Tenggara

Potret Senja Hoi An, Rekomendasi Wisata Romantis di Vietnam
Hoi An terletak di bagian tengah Vietnam, tepatnya di Provinsi Quang Nam. Para wisatawan hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 40 menit dengan mobil dari Kota Da Nang (12/8/2023). (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Ia mengatakan, Vietnam secara khusus meminta bantuan Thailand untuk mendukung sektor pariwisatanya. "Ditambah lagi, kita dekat dengan Kamboja dan Laos, dan mereka pasti tidak akan menentang gagasan tersebut," kata Prommin optimis.

"Thailand akan memimpin negosiasi bagi wisatawan yang memerlukan visa masuk untuk liburan di antara kami (negara dalam skema)," imbuhnya.

Prommin menyebut, bila empat negara tetangga secara resmi setuju, pemerintah Thailand akan memanfaatkan perjanjian ini dalam pembicaraan dengan Uni Eropa (UE) demi mencari pengecualian pengajuan visa Schengen bagi warganya.

Prommin menyoroti keberhasilan kebijakan Thailand yang membebaskan visa masuk bagi wisatawan mancanegara (wisman) sehingga berkontribusi terhadap peningkatan kedatangan turis asing. Tahun lalu, meski diperkirakan ada 25 juta wisatawan asing, negara ini sebenarnya menerima 28 juta wisatawan, tambahnya.

Dalam pertemuan di Ranong pada 23 Januari 2024, kabinet menyetujui proposal untuk berkolaborasi dengan negara-negara tetangga yang memungkinkan wisatawan asing bebas berlibur tanpa visa tambahan. PM Thailand pun menginstruksikan Kementerian Pariwisata dan Olahraganya menggelar pertemuan dengan para menteri pariwisata negara-negara tetangga di lembah Mekong untuk meningkatkan kerja sama. Sumber di Gedung Pemerintahan mengatakan, beberapa pemimpin ASEAN mengatakan pada Srettha bahwa mereka ingin Thailand bertindak sebagai pusat promosi dan mendorong pariwisata di kawasan tersebut. 


Indonesia Dekati Singapura Gelar Konser Kelas Dunia

Menparekraf Sandiaga Uno Dekati Singapura untuk Gelar Konser Kelas Dunia Bersama
Menparekraf Sandiaga Uno Dekati Singapura untuk Gelar Konser Kelas Dunia Bersama.  foto: dok. Kemenparekraf

Indonesia tidak tinggal diam. Pada Jumat 8 Maret 2024, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menemui Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan sekaligus Pejabat Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Grace Fu Hai Yien, untuk menjajaki potensi kolaborasi dalam menghadirkan konser-konser musisi kelas dunia dan event berkelas internasional lainnya di Indonesia.

Berkaca dari penyelenggaraan konser penyanyi Taylor Swift di Singapura baru-baru ini, perekonomian Singapura mengalami peningkatan karena pengeluaran para penonton konser ini lima kali lipat lebih besar dibanding wisatawan biasa.

"Strateginya kita menawarkan insentif khusus buat para promotor atau event organizer yang akan mendatangkan atraksi internasional di Indonesia," terang Sandiaga Uno dalam keterangan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 12 Maret 2024.

Pemerintah Indonesia saat ini tengah menyiapkan Indonesia Tourism Fund sebagai penyedia dana pendamping dan insentif bagi pelaku parekraf di Tanah Air. Insentif ini, kata Sandiaga, tidak terbatas pada penyelenggaraan konser musik saja, namun juga untuk penyelenggaraan event kebudayaan dan olahraga.

Infografis Road to Final Indonesia vs Thailand
Road to Final Indonesia vs Thailand (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya