Bangun Ekosistem Brand Lokal Lebih Kolaboratif, Hypefeast Pertemukan para CEO agar Saling Menginspirasi

Brand lokal baru bisa bersaing dan mencontoh brand lokal lainnya yang telah sukses dan melewati masa kritis saat baru merintis bisnisnya.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 03 Jun 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 17:30 WIB
Founder dan CEO Hypefast, Achmad Alkatiri dalam acara Social Night pada Kamis malam, 30 Mei 2024
Founder dan CEO Hypefast, Achmad Alkatiri (kiri), sedang berbincang dalam acara Social Night pada Kamis malam, 30 Mei 2024. (Dok: Liputan6.com/dyah)

Liputan6.com, Jakarta - Makin banyak jenama-jenama lokal bermunculan, menyalip pamor brand luar negeri yang sebelumnya jauh lebih dulu eksis. Ekosistem brand lokal juga semakin kuat dengan kolaborasi dan saling dukung, yang diwadahi oleh Hypefast sebagai pionir House of Brands yang menaungi brand lokal ternama Indonesia.

Secara rutin setiap dua bulan sekali mereka menggelar acara untuk memperluas jejaring bagi para pemilik brand lokal. Pada Indonesian Brands Social Night bersama Hypefast dan Modena yang berlangsung pada Kamis, 30 Mei 2024, brand-brand lokal kembali bisa saling ketemu, berkenalan, bertukar pikiran, menjalin relasi yang bisa menghasilkan kolaborasi.

Founder dan CEO Hypefast, Achmad Alkatiri mengungkapkan, Hypefast berperan sebagai wadah untuk komunitas pendiri brand lokal untuk bisa saling bersosialisasi dan menginspirasi. "Kita punya komitmen untuk building ekosistem. Karena sebenernya bikin brand itu nggak gampang," sebut Alkatiri dalam wawancara dengan media pada Kamis malam, 30 Mei 2024, di kawasan Jakarta Selatan.

Ia menyambung, bahwa tendensi brand lokal bisa gagal bersaing cukup tinggi. Biasanya sebuah brand akan meluncurkan produk dengan modal yang tidak terlalu besar, belum memiliki tim yang solid dan bisa jadi mengalami hambatan hingga tidak meneruskannya.

Namun di Indonesia sudah banyak brand-brand lokal yang berhasil melewati masa sulit dengan cerita suksesnya. "Udah ada brand-brand Indonesia yang sudah mencapai 20 M, 50 M (miliar rupiah pendapatannya) dalam satu bulan ya," bebernya. 

 

Belajar dari Brand Lokal yang Sukses Lebih Dulu

Pelanggan membuka website Blibli untuk belanja online produk lokal (ilustrasi produk Uwitan, brand furnitur lokal asal Yogyakarta)
Pelanggan membuka website untuk belanja online produk lokal (ilustrasi produk Uwitan, brand furnitur lokal asal Yogyakarta)

Dengan adanya acara yang dibuat oleh Hypefeast, brand lokal baru bisa bertemu pemilik brand lokal besar yang sudah berhasil agar bisa saling dukung. Dengan itu brand lokal baru pun bisa belajar lebih banyak dari keberhasilan brand yang telah sukses lebih dulu.

"Pertama kali mulai emang sudah kok, tapi ada tips dan triknya segala macam. Karena tipikal kita orang Indonesia kan sebenarnya pengen langsung dengar dari orang yang sudah merasakannya," sebut Alkatiri yang merupakan mantan CMO di Lazada Indonesia, dan sebelumnya bekerja di Shopee Indonesia.

Harapannya semakin banyak lagi brand lokal asal Indonesia yang sukses. Antusiasme untuk ikut acara rutin Hypefeast cukup tinggi, dari undangan yang hanya 45 brand ternyata bisa mendatangkan sekitar 75 perwakilan merek lokal.

Alkatiri menambahkan, bahwa kesalahan yang kerap terjadi pada brand lokal baru adalah CEO brand hampir melakukan segala sesuatunya sendiri ketika mengawali bisnisnya. "Dia belum punya tim yang mumpuni, dia kapitalnya terbatas. Punya duit untuk hired (mempekerjakan orang) kebanyakan talend belum mau untuk bekerja di brand-brand kecil," jelasnya lagi.

Bantu Brand Lokal Baru Lebih Kuat

Pertama di Indonesia, Brand Lokal Ini Luncurkan Busana Ilustrasi
Berkolaborasi dengan fashion ilustrator, Dinda Puspitasari, brand busana Tres Jolie luncurkan koleksi musim semu terbaru.

Untuk itulah, katanya lagi, Hypefeast muncul dengan pengalaman memiliki tim yang bisa membantu brand baru lebih kuat di masa awal berdirinya. Hypefeast sendiri telah berinvestasi dan kepemilikan saham di brand-brand yang dianggap sudah kuat dengan pendapatan di atas Rp2 miliar per bulan.

Hypefeast memiliki tim assesstment yang bertugas melihat potensi brand untuk dibantu dan bisa berinvestasi di dalamnya. Secara spesifik Alkatiri tidak menyebutkan brand apa saja, tapi pihaknya saat ini tengah fokus pada brand yang mengusung produk kecantikan serta personal care, dan produk ibu maupun anak.

Namun beberapa brand ada juga yang baru mencapai pendapatan Rp1 miliar per bulan tapi sangat potensial, seperti brand pakaian anak Bohopanna yang kini pendapatannya mencapai lebih dari Rp20 miliar per bulan. Dalam perkembangannya, Hypefeast akhirnya tidak hanya mentoring saja tapi juga kolaborasi untuk memperluas kesempatan brand lokal lebih berkembang lagi.

Tekankan Inovasi Produk

Lawan Pandemi Corona, Hari Belanja Brand Lokal Perdana Akan Hadir di Akhir April 2020
Ilustrasi UMKM. (dok. Tokopedia/Dinny Mutiah)

Menghadapi era baru yang ditandai dengan inovasi, keberlanjutan, dan adaptasi strategis, industri kecantikan halal di Indonesia berada pada titik krusial. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mencapai 86,7 persen pada November 2023 menurut World Population Review, dan proyeksi dari Pew Research Center yang memperkirakan peningkatan populasi Muslim global hingga 30 persen pada 2030, Indonesia memiliki peluang emas untuk mendefinisikan ulang industri kecantikan halal.

Dengan fakta itu, Hypefast pun punya cita-cita untuk bisa memimpin transformasi ini dengan menggali dan membagikan wawasan tentang potensidari industri kecantikan halal Tanah Air. Perubahan perilaku konsumen yang signifikan, dipicu oleh meningkatnya kesadaran terhadap gaya hidup halal dan preferensi akan produk atau brand yang mengadopsi praktik berkelanjutan, menuntut brand lokal untuk mampu beradaptasi dengan cepat.

Penerapan strategi pemasaran digital dan optimasi teknologi pun kini menjadi krusial untukmeningkatkan efektivitas komunikasi dengan konsumen dan menguatkan kepercayaan konsumen terhadap brand yang menawarkan produk kecantikan halal. Di kancah global, pertumbuhan demografis Muslim memberikan kesempatan bagi brand kecantikan halal asal Indonesia untuk tidak hanya menjangkau pasar domestik tetapi jugamemperluas cakupan ke pasar internasional. 

"Dengan inovasi produk berkelanjutan dan branding yang efektif, Indonesiaberpotensi besar menjadi pemimpin pasar kecantikan halal dunia, memanfaatkan kekayaanbahan baku lokal untuk menegaskan posisinya di pasar global," kata Achmad Alkatiri.

 

Infografis Skincare Lokal
Infografis Skincare Lokal. (Liputan6.com/Triyasni)  
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya