Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata menjadi pemasukan bagi warga lokal untuk membangun daerahnya dengan banyaknya kunjungan turis. Tapi pelaksanaannya harus sejalan dengan upaya konservasi, salah satunya perlindungan hiu paus sebagai spesies karismatik yang ada di beberapa lokasi teluk di Indonesia.
"Tentunya lagi-lagi ya kita melakukan upaya konservasi dan apalagi kita ingin meng-engaged masyarakat, pemerintah dan untuk menjadi prioritas mereka, harus ada benefit yang direct (langsung) yang dirasakan, salah satunya pariwisata," ungkap Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata kepada Liputan6.com saat ditemui di Perayaan Hari Hiu Paus Internasional di kawasan Jakarta Selatan, Jumat, 30 Agustus 2024.
Baca Juga
Iqbal melanjut, bahwa pariwisata bisa sejalan dengan upaya konservasi hiu paus merupakan model yang sempurna. Pelaksanaannya harus seimbang antara perlindungan dengan pemanfaatan, salah satunya melalui kuota kunjungan turis dan boat yang diperbolehkan.
Advertisement
"Dari aspek data tampung dan daya dukung, misalnya interaksi hiu paus diperbolehkan dalam satu jam interaksi maksimal delapan orang," sebut Iqbal menyontohkan.
Wisatawan pun tidak diperbolehkan terlalu dekat atau memegang hiu paus, karena khawatir akan mengganggunya. Aturan berbasis science dan studi ini akan menjadi tembok upaya perlindungan hiu paus dalam pariwisata.
"Bagi wisatawan pun tidak berbahaya, karena kan kalau terlalu dekat dan crowded bisa jadi banyak hal tidak diinginkan terjadi. Apakah si hiu pausnya ngamuk ataupun ada ombak dan seterusnya malah lebih rumit untuk penyelamatan," jelasnya lagi.
Disesuaikan dengan Daya Tampung dan Daya Dukung Wisata
Adapun daya tampung dan daya dukung tiap lokasi wisata akan berbeda, tergantung karakteristik tempatnya. Tetapi Iqbal mengungkapkan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah mengeluarkan Perunjuk Teknis Hiu Paus yang di dalamnya terdapat acuan-acuan, termasuk kode etik interaksi dan bagaimana menghitung daya dukung serta daya tampung wisatawan.
"Di Teluk Saleh, bahkan Juknis (Petunjuk Teknis) itu sudah diturunkan jadi Pertaturan Gubernur, setahu saya sudah di daerah lain seperti di Derawan itu SK Kepala Dinas atau SK Pengelola Kawasan Konservasi," paparnya.
Dapat di katakan masing-masing lokasi memiliki level kebijakan atau peraturan yang berbeda. "Yang paling penting aturan ini sudah ada, tembok untuk kuotanya sudah ada, gimana implementasinya di lapangan dan yang paling penting dari sisi penegakan hukum yang mengawasi di laut," tandas Iqbal.
Hari Hiu Paus Internasional atau International Whale Shark Day diperingati setiap 30 Agustus. Peringatan ini pertama kali digelar pada 2008 di Konferensi Hiu Paus Internasional di Isla Holbox. Konferensi cikal bakal Hari Hiu Paus Internaisonal itu sekaligus menjadi tuan rumah bagi 40 ahli laut, aktivis, dan ilmuwan.
Mereka memiliki kekekhawatiran yang sama atas menurunnya populasi hiu paus. Hiu paus sudah ada selama lebih dari 240--260 juta tahun. Spesies hiu paus pertama kali ditemukan pada tahun 1820-an di lepas pantai Afrika Selatan. Dr Andrew Smith dengan tepat menggambarkan ikan tersebut sebagai hiu terbesar yang ada di bumi.
Advertisement
Prilly Latuconsina Ditunjuk Jadi Kawan Hiu Paus
Prilly Latuconsina baru saja ditunjuk menjadi "Kawan Hiu Paus" oleh Konservasi Indonesia pada Jumat, 30 Agustus 2024. Penunjukan tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Hiu Paus Internasional.
Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany mengatakan penunjukkan Prilly sebagai kawan hiu paus bertujuan untuk meluaskan pelibatan komunitas dan masyarakat untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Ia menyebut kepedulian dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk saling menjaga dan memelihara lingkungan, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Mulai dari populasi spesies, biota, hingga habitat. Dampak besar yang bisa didapatkan melalui upaya pelestarian lingkunganpun nantinya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Kami memilih Prilly sebagai Kawan Hiu Paus karena sosoknya yang peduli dan cinta kepada lingkungan. Dengan keterlibatan Prilly, kami berharap kesadaran publik untuk pelestarian spesies hiu paus ini dapat meluas, dan mendapat dukungan yang besar dari masyarakat," ujar Meizani dalam konferensi pers di Jakarta.
Berharap Bisa Ikut Berkontribusi
Selain didapuk sebagai Kawan Hiu Paus, Meizani melanjutkan, Konservasi Indonesia juga memberikan sebuah penanda satelit (tagging) untuk Prilly, yang dalam waktu dekat akan dipasangkan langsung di salah satu individu hiu paus di Teluk Saleh. Selain itu, Prilly bersama KI juga bakal menggelar beberapa kegiatan seperti edukasi mengenai hiu paus, mempromosikan pariwisata berkelanjutan, serta beberapa aksi konservasi lainnya.
Lebih jauh, Meizani menyebut alasan KI menunjuk Prilly sebagai Kawan Hiu Paus karena adanya kesamaan karakter antara spesies karismatik ini dengan sosok aktris yang juga founder dari Generasi Peduli Bumi itu. "Karismatik, petualang, ramah, dan selalu menjadi pusat perhatian di setiap tempat yang disinggahi jadi ciri khas Prilly yang juga dimiliki hiu paus," sebut Meizani.
Di tempat yang sama, figur publik yang juga tengah sibuk mengemban tugas sebagai Ketua Pelaksana Festival Film Indonesia ini mengaku senang dan bangga dipercaya untuk terlibat dalam upaya konservasi hiu paus. "Dipercaya oleh Konservasi Indonesia sebagai Kawan Hiu Paus tentunya jadi kebanggaan tersendiri untuk saya. Sebelumnya saya sudah pernah berkenalan dengan hiu paus di Gorontalo," sebut Prilly.
Dengan menjadi Kawan Hiu Paus ini, Prilly pun berharap bisa mengenali dan memahami lebih banyak lagi tentang spesies karismatik ini bersama para peneliti dari Konservasi Indonesia. Tak hanya itu, Prilly juga berharap bisa memberi kontribusi yang besar untuk masyarakat pesisir khususnya yang tinggal di dekat habitat hiu paus.
Advertisement