Liputan6.com, Jakarta - Gunung Sanggara adalah sebuah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang. Gunung ini memiliki ketinggian 1.903 mdpl, terbilang kurang tinggi di antara sekian banyak gunung lain di Indonesia.
Gunung ini cocok untuk Anda yang suka menikmati perjalanan di tengah suasana hutan belukar yang masih rimbun. Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Jumat (11/10/2024), jalan setapak kawasan ini masih berupa permukaan tanah dengan kelembaban yang terjaga. Banyak daun dan bunga gugur dari pohonnya, lalu berserakan di atasnya.
Advertisement
Baca Juga
Kasus Dugaan Penipuan Paket Wisata ke Korea Selatan oleh Influencer Malaysia, Kerugian Capai Rp1,64 Miliar
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Wajah Baru Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Jelang Tahun Baru 2025, Lebih Hijau dan Bisa Drop Bagasi Mandiri
Masih banyak hal mengenai Gunung Sanggara selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Sanggara yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Rute ke Gunung Sanggara
Untuk mencapainya dari arah Bandung, kita bisa melalui Kampung Pangli di Desa Cipanjalu, dari arah Subang melalui Desa Cupunagara, serta dari Sumedang melalui Desa Genteng. Jalur yang paling populer dari ketiganya adalah jalur Kampung Pangli.
Kampung Pangli awalnya merupakan permukiman bagi karyawan perkebunan kina Panglipur Galih di masa kolonial Belanda. Didirikan pada 3 Februari 1833, perkebunan ini merupakan bagian dari kompleks perkebunan kina Bukittunggul.
Yang masih tersisa saat ini, selain kampung pegawainya, tinggal pondasi batu. Merujuk sejarah ini, nama Kampung Pangli sangat mungkin berasal dari pemendekan Panglipur Galih.
Kita dapat mencapai Kampung Pangli dari Cibodas Lembang, dengan terlebih dahulu melewati kawasan Wisata Maribaya. Bisa juga perjalanan ditempuh dari Alun-alun Ujungberung melalui jalan di belakangnya atau di sebelah utaranya.
2. Kekayaan Flora dan Fauna
Keragaman flora dan fauna yang ada di Gunung Sanggara membuat gunung ini acapkali dipilih sebagai tempat untuk berlatih survival atau kemampuan bertahan hidup di alam bebas. Tak heran jika ditemukan beberapa kawasan berupa dataran berukuran lumayan luas yang tampaknya sering digunakan sebagai area berlindung (shelter) atau berkemah dalam kegiatan pendidikan dan latihan dasar pecinta alam.
Sementara flora yang tumbuh di dalam hutan Gunung Sanggara beragam, mulai dari pakis-pakisan, sarang burung atau kadaka, nangsi, saninten, begonia, bobontengan, sampai ki sireum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Ada juga jenis flora lain yang memiliki daun panjang serta lebar seperti pisang, honje, dan bingbin yang dapat dimanfaatkan untuk membuat tempat berlindung maupun tempat tinggal darurat.
Dalam dunia petualangan tempat darurat ini biasa disebut dengan nama bivak atau bivouac. Tidak heran jika kemudian kawasan hutan di Gunung Sanggara ini dikenal dengan nama Taman Survival. Adapun fauna yang hidup di kawasan Gunung Sanggara di antaranya adalah babi hutan, lutung, monyet ekor panja, kijang atau mencek, bajing, musang, elang, julang, dan macan tutul.
Advertisement
3. Melewati 2 Sungai dan Pohon Eucalyptus
Perjalanan menuju Puncak Gunung sanggara dimulai dengan meninggalkan kampung dan menyusuri jalanan berbatu, sebelum menjumpai jalan setapak dengan kiri-kanan perkebunan sayuran serta pohon tegak berjenis eucalyptus. Di jalan setapak ini kita akan melewati dua buah sungai kecil yang airnya jernih.
Selepas jalan setapak, perjalanan kembali menemui jalur berupa jalan berbatu. Tak berapa lama kemudian kita akan menemukan sebuah tugu setinggi 50-60 sentimeter. Tugu ini jadi penanda batas wilayah antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang.
Tulisan di plakatnya masih cukup jelas terbaca. Terdapat dua plakat di sana, sayangnya salah satu di antaranya sudah terlepas dan hilang. Perjalanan diteruskan dengan menyusuri jalanan berbatu tersebut hingga tiba di sebuah area terbuka yg cukup luas.
4. Pemandangan Gunung Sekitarnya
Di selatan tampak Gunung Pangparang, di barat daya agak jauh posisinya terlihat Gunung Palasari, di barat laut tampak Gunung Bukittunggul, sedangkan di timur laut terlihat Gunung Sanggara. Dari area terbuka ini, terdapat jalur menuju Situ Urugan atau Situ Tengkorak, selain juga jalur menuju puncak Gunung Pangparang.
5. Hati-hati Ada Lintah
Di puncak Gunung Sanggara, ada area untuk beristirahat meskipun tidak terlalu luas. Di musim hujan, pendaki sebaiknya berhati-hati saat duduk-duduk santai di puncaknya karena sering ditemui makhluk mungil penghisap darah, yaitu lintah. Jika terlanjur ada lintah yang menempel jangan panik atau mencabutnya dengan tiba-tiba.
Cukup teteskan benda cair yang memiliki aroma menyengat semisal air tembakau atau minyak kayu putih. Nanti lintah yang menempel akan lepas dengan sendirinya. Jangan lupa di tempat bekas gigitannya ditetesi obat luka atau antiseptik.
6. Asal-usul Nama Gunung Sanggara
Menurut penduduk setempat Sanggara sebagai nama gunung berasal dari kata “sanggar” yang awalnya berarti “sangar” atau menyeramkan, terutama bagi yang datang ke sana dan berkata sompral atau sombong atau pongah. Versi lain menyebut penamaan Gunung Sanggara berasal dari kisah yang terkait keberadaan Sembah Dalem Sunan Margataka atau Sang Manarah atau Ciung Wanara.
Makam petilasan Ciung Wanara diyakini berada di kawasan Situs Budaya Batu Loceng. Ciung Wanara adalah seorang bangsawan dari Saunggalah yang masih merupakan keturunan dari Raja Kerajaan Galuh.
Dikisahkan, sang tokoh pernah berada di kawasan Gunggung Sanggara ini, bersama para senapatinya yang setia. Ada belasan senapati, yang ikut antara lain Prabu Layang Kencana, Layang Sari, Langlangbuana, Eyang Aria Geger Sunten, Eyang Aria Sanggar Jaya, serta Aki dan Nini Kantaya.
Advertisement