6 Fakta Menarik Gunung Palasari yang Terkait Sejarah Kerajaan Arcamanik

Gunung Palasari berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung ke arah timur laut. Gunung ini terkait dengan sejarah keberadaan Kerajaan Arcamanik.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 24 Okt 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2024, 08:30 WIB
Gunung Palasari berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung ke arah timur laut. Gunung ini terkait dengan sejarah keberadaan Kerajaan Arcamanik.
Gunung Palasari berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung ke arah timur laut. Gunung ini terkait dengan sejarah keberadaan Kerajaan Arcamanik. (Dok: IG @luckyahadryan https://www.instagram.com/p/BRSJ4PAg69s/?igsh=NGpnc3RrazJ1dXVq)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Palasari berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung ke arah timur laut. Secara administratif Gunung Palasari berada di wilayah dua desa, yakni Desa Girimekar dan Desa Cipanjalu.

Kedua desa ini berada di wilayah Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Warga berusia lanjut masih ada yang menyebut Desa Girimekar sebagai Desa Pakemitan, karena sebelum ada pemekaran wilayah, Desa Girimekar merupakan bagian dari Desa Pakemitan.

Kondisi Gunung Palasari yang menjulang dan kerimbunan hutannya yang masih asri menjadi daya tarik tersendiri bagi peminat kegiatan olahraga dan petualangan di alam terbuka. Terlebih jarak yang tidak jauh dari pusat Kota Bandung dan akses jalan sudah bagus. Bahkan Gunung Palasari juga rutin terpilih sebagai bagian dari jalur lomba lari lintas alam trailrunner internasional yaitu Bandung Ultra 100 Km.

Gunung Palasari memiliki ketinggian 1.857 meter di atas permukaan laut (mdpl), berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial (BIG). Masih banyak hal mengenai Gunung Palasari, berikut enam fakta menarik Gunung Palasari yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu, 23 Oktober 2024.

1. Pernah Dilewati Pangeran Kerajaan Pajajaran

Mengutip dari laman Bandung Bergerak, lokasi Gunung Palasari diyakini pernah pula dilewati oleh Bujangga Manik, seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang melakukan kelana dari pusat kerajaan di Bogor sampai menyeberang ke Pulau Bali pada abad ke-16, atau sekitar tahun 1500-an Masehi. Dalam perjalanannya Bujangga Manik sangat rajin menulis nama tempat dan nama gunung yang dia lihat. 

2. Punya Beberapa Jalur Pendakian

Pendaki di Gunung Palasari
Pendaki di Gunung Palasari. (Dok: IG@napakalamlima  https://www.instagram.com/p/C2IvVNlhkt3/?igsh=MW0zaGRqcGx5a3Rldg%3D%3D)

Perjalanan menuju Gunung Palasari dari Kota Bandung bisa ditempuh dari beberapa jalur. Jalur yang paling sering dipilih adalah dari Alun-alun Ujungberung. Dari Alun-alun Ujungberung, kita dapat mengambil arah jalan ke Cigending di belakang alun-alun menuju utara, kemudian melewati tanjakan panjang Pasirwangi.

Perjalanan berlanjut ke Cipanjalu dan Palintang, sampai menemukan sebuah tanah lapang yang cukup luas dengan warung sederhana yang dikenal dengan nama Warung Kue Balok Enak. Atau ada juga yang menyebutnya Warung Bu Nunung, sesuai dengan nama pemilik warungnya.

Jalur lainnya bisa ditempuh dari Lembang melalui objek wisata Maribaya dan The Lodge, kemudian berlanjut ke Desa Suntenjaya, terus ke Palintang Ujungberung dan tiba di warung kue balok tadi. Selain itu, kita bisa juga mengunjungi Gunung Palasari dari sisi baratnya, yaitu dari Desa Mekarmanik dan Desa Sindanglaya. Jika dari arah barat, kita akan memperoleh bonus melewati jejak peninggalan kebudayaan Kerajaan Arcamanik serta jejak kejayaan perkebunan kopi di masa lalu, sekitar abad ke-19 dan awal abad ke-20.

3. Waktu Tempuh Pendakian 2 Jam

Pendakian tidak memerlukan waktu terlalu lama. Rata-rata waktu tempuh untuk menuju puncaknya sekitar satu sampai dua jam. Cukup singkat memang. Hal ini bisa jadi karena elevatian gain atau celah atau beda ketinggian yang ditempuh sekitar 350 meteran saja. Sebagai catatan ketinggian titik awal pendakian di warung kue balok sudah berada di kisaran 1.500 mdpl.

 

4. Terkait Sejarah Kerajaan Arcamanik

Pendaki berkemah di Gunung Palasari @gunungpalasari
Pendaki berkemah di Gunung Palasari. (Dok: IG @gunungpalasari https://www.instagram.com/gunungpalasari?igsh=MThxZTlxdzkyMmN2dw%3D%3D)

Ada legenda yang beredar di masyarakat Bandung Timur, khususnya di daerah Mekarmanik, Sindanglaya, sampai Ujungberung, menceritakan bahwa sekitar permulaan abad ke-17, atau sekitar tahun 1600-an di kawasan utara Kota Bandung dipercaya pernah ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Arcamanik.

Kerajaan ini didirikan raja terakhir dari Kerajaan Pajajaran yaitu Prabu Suryakencana. Lokasi ini menjadi tempat menyimpan beberapa barang berharga Kerajaan Pajajaran dan sebagai tempat Prabu Suryakencana menenangkan diri akibat keruntuhan Kerajaan Pajajaran.

Semasa jadi raja di Kerajaan Arcamanik, Prabu Suryakencana merubah namanya menjadi Prabu Pamungkas. Setelah sekian lama berada di Kerajaan Arcamanik, ia meninggalkan tempat tersebut. Pemerintahan di Kerajaan Arcamanik dilanjutkan oleh keturunan penasihat kerajaan yang dikenal dengan nama Nini Maranak.

Hubungan cerita ini dengan Gunung Palasari cukup erat, sebab Gunung Palasari berada di dalam wilayah Kerajaan Arcamanik dan secara geografis adalah tempat paling tinggi yang dekat dengan pusat kerajaannya. Tak mengherankan kalau beberapa tahun lalu masih ada ritual khusus yang dilakukan di puncak Gunung Palasari terkait keberadaan Nyi Centringmanik.

5. Bisa Berkemah di Puncak

Gunung Palasari di Bandung @litasutedjo
Gunung Palasari di Bandung. (Dok: IG @litasutedjo https://www.instagram.com/p/CVJunuAvpHq/?igsh=NmxhdmhvOTdpa25t)

Perjalanan menuju puncaknya terasa menyenangkan, terlebih bagi yang menyukai suasana hutan rimbun dan pohon-pohon yang berukuran besar. Beberapa tumbuhan yang dapat dijumpai saat pendakian yaitu arben hutan, rotan, bubuay, puspa, walisanga, waregu, suren, kaliandra, saliara, dan beraneka ragam jenis tumbuhan pakis.

Di puncak Gunung Palasari, pendaki bisa menemukan dua buah area lapang yang cukup luas dan nyaman untuk beristirahat. Kita bisa memasang alas duduk atau mengikatkan hammock ke pohon untuk beristirahat sambil menikmati bekal makanan dan minuman hangat yang telah dipersiapkan. Di area puncaknya pendaki juga bisa memasang tenda dan berkemah, tentu saja kalau ingin berkemah harus memberi tahu kepada warga di tempat menitipkan kendaraan.

6. Terdapat Tempat Ziarah

Sampai tahun 2012 di puncaknya masih bisa kita temui susunan batu yang disusun sebagai bagian ritual ziarah. Pada 2020an lokasi ini sudag terlihat lebih terawat dengan ditandai pagar di beberapa bagian.

Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya