Pakar Sebut Uang Kotak Pernikahan Bukan Milik Pengantin, Jadi Siapa yang Paling Berhak?

Banyak yang berpendapat kalau uang di kotak pernikahan akan menjadi milik pasangan pengantin. Namun ada juga yang berpendapat kotak uang pernikahan bukanlah milik pengantin.

oleh Henry diperbarui 30 Okt 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2024, 08:00 WIB
Pakar Sebut Uang Kotak Pernikahan Bukan Milik Pengantin, Jadi Siapa yang Paling Berhak?
Pakar Sebut Uang Kotak Pernikahan Bukan Milik Pengantin, Jadi Siapa yang Paling Berhak?  foto: Instagram @babang_wedding

Liputan6.com, Jakarta - Di acara pernikahan biasanya ada semacam kotak atau tempat untuk menaruh uang atau amplop berisi uang dari para tamu undangan. Sudah jadi tradisi di banyak daerah di Indonesia, tiap tamu yang datang ke acara atau resepsi pernikahan umumnya memberikan kado berupa uang yang disimpan di dalam amplop.

Banyak yang berpendapat kalau uang di kotak tersebut akan menjadi milik pasangan pengantin yang menikah. Namun ada juga yang berpendapat kotak uang pernikahan bukanlah milik pengantin. Hal itu diungkapkan oleh Bang Ari, seorang wedding expert (pakar pernikahan) yang juga pemilik sebuah wedding organizer di Jakarta dan Palembang.

"Selama ini mungkin banyak yang mengira kotak uang pernikahan itu adalah milik pengantin. Jadi siapa yang paling berhak mengambil uang di kotak pernilkahan? Seharusnya itu adalah milik orangtua pengantin yang membiayai pernikahan tersebut,” kata Bang Ari dalam unggahan di akun Instagramnya pada Selasa, 29 Oktober 2024.

"Jadi pesta atau resepsi pernikahan di Indonesia itu umumnya dibiayai oleh orangtua pengantin. Makanya waktu acara nikahan tamu yang datang karena diundang orangtua bisa sampai 90 persen. Jadi mereka yang berhak mendapatkan uang kotak pernikahan," tambahnya.

Meski begitu, Ari melanjutkan, pasanngan pengantin bisa lebih berhak mendapatkan uang dari kotak pernikahan kalau mereka memang membiayai pernikahan mereka sendiri. "Jadi buat yang mau menikah atau akan segera menikah, tentukan lebih dulu siapa yang lebih berhak mendapatkan uang kotak pernikahan nantinya. Jangan sampai nanti jadi masalah setelah acara nikahan karena masalah miskomunikasi seperti ini,” lanjut Bang Ari.

 

Pengalaman Warganet

Ilustrasi resepsi pernikahan, Jawa
Ilustrasi resepsi pernikahan, Jawa. (Photo by Panatagama on Unsplash)

Unggahan itu mendapat banyak tanggapan dari warganet. Banyak yang setuju tapia da juga yang mendapatkan pengalaman berbeda meski membiayai sendiri pernikahannya.

"Bener banget .... Krna isi angpao nanti nya buat membantu melunasin vendor yg blm terlunasi juga," komentar seorang warganet.

"Tim modalin sendiri kotaknya diambil ortu😂,” sahut warganet lain.

"Aku nikahan patungan ber 3, aku, pasangan dan orang tua. Tapi orang tua ngasihkan isi kotaknya ke kami semua buat tabuhan hbs nikah 😁,” cerita warganet yang lain.

"Alhamdulillah dulu aku nikah yg modalin orangtua, tapi isi kotak uangnya utk aku semua 🥰,” ungkap pengguna yang lain.

"Makanya dua kali Saya ke Pernikahan teman. Dua kali itu pula, lebih suka ngasih barang daripada uang,” ujar warganet lainnya.

Sementara itu, menurut situs komunitas vendor pernikahan dan wedding marketplace Plaminan.com, pasangan pengantin harus mengetahui dengan baik siapa saja yang memang berperan dalam menyumbang dana pernikahan mereka.

Menghitung Dana Pernikahan

Tata Cara Pendaftaran Pernikahan di KUA
Ilustrasi Pernikahan Credit: unsplash.com/Drew

Dikutip dari laman Plaminan.com, 17 September 2021, hal ini dilakukan agar lebih legawa terhadap penentuan siapa yang memang berhak terhadap kotak uang atau amplop pernikahan. Anda harus bisa memperhitungkan siapa saja yang cukup mendominasi dalam memberikan dana pernikahan.

Misalnya pasangan merupakan pihak yang sangat dominan menyiapkan dana pernikahan, maka hal ini dapat dijadikan sebagai alasan mengklaim kepemilikan uang amplop pernikahannya. Namun ketika yang mendominasinya adalah salah satu dari pihak orangtua, maka Anda perlu berbesar hati ketika mereka meminta sejumlah uang pernikahan.

Yang pasti untuk mengkomunikasikan hal ini kepada orangtua, maka perlu disampaikan dengan sopan dan bijak. Tentunya hal ini bisa dijadikan sebagai solusi terbaik dan paling aman karena amplop pernikahan dibagi rata. Anda dan pasangan dapat mendiskusikan untuk persentasenya, contohnya 30 persen untuk setiap pihak orang tua dan 40 persen untuk pasangan pengantin.

Tetapi terkadang hal ini dapat memicu konflik ketika salah satu dari pihak orangtua mengklaim jika lebih banyak membiayai acara pernikahan. Untuk itu, ketika ingin menyampaikan usulan tersebut, Anda perlu memberikan pemahaman dengan baik yang disertai alasan kenapa Anda memilih pembagian yang seperti ini.

Keuangan Jadi Topik Sensitif dalam Pernikahan

Ilustrasi mengatur keuangan
Ilustrasi mengatur keuangan. (Image by wirestock on Freepik)

Anda dan pasangan juga dapat mengambil sikap agar bisa mengikhlaskan uang sumbangan yang ada di acara pernikahan kepada orangtua serta tidak mengambil uang tersebut sepeser pun. Yang pasti hal ini bisa dilakukan agar dapat meminimalkan konflik yang terjadi karena permasalahan keuangan.

Di sisi lain, Anda juga bisa mengajukan permintaan dan menyampaikan kepada para orangtua agar meminta uang kotak pernikahan sebagai modal awal kehidupan dalam berumah tangga. Pastinya setiap pasangan memahami jika biaya yang dikeluarkan keduanya begitu banyak terkuras dalam memenuhi kebutuhan pernikahan.

Mengajukan permintaan agar menjadikan uang pernikahan sebagai modal pernikahan perlu dilakukan jika memang benar-benar diperlukan oleh pasangan. Yang pasti bersikap terbuka terhadap orangtua mengenai hal tersebut cukup dibutuhkan.

Persoalan uang memang topik yang cukup sensitif untuk dibahas. Tetapi ketika topik mengenai amplop pernikahan tidak diskusikan sebelumnya, hal ini justru dapat menjadi permasalahan baru di awal pernikahan.

 

Infografis Komponen Wajib Pernikahan Indonesia
Infografis Komponen Wajib Pernikahan Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya