Museum Nasional Rayakan Hari Disabilitas Internasional, Gelar Pekan Inklusivitas dengan Kuota Peserta Terbatas

Museum Nasional Indonesia menggelar kampanye Pekan Inklusivitas menyambut Hari Disabilitas Internasional 2024 yang berlangsung pada 5--7 Desember 2024.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 03 Des 2024, 19:01 WIB
Diterbitkan 03 Des 2024, 19:01 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ingin Museum-Museum di Indonesia Naik Kelas: Wajah Peradaban Bangsa
Museum Nasional Indonesia diramaikan pengunjung. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Disabilitas Internasional yang tahun ini jatuh pada Selasa (3/12/2024), Museum Nasional Indonesia meluncurkan Kampanye Pekan Inklusivitas. Meski namanya pekan, kampanye tersebut hanya berlangsung tiga hari, pada 5--7 Desember 2024.

Kampanye itu menjadi wujud komitmen museum dalam menciptakan aksesibilitas dan inklusivitas bagi seluruh pengunjung sesuai dengan misinya memberikan pengetahuan dan pengalaman budaya tanpa terkecuali. Kampanye ini juga sejalan dengan berbagai tonggak penting dalam advokasi isu disabilitas, seperti pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas dan UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

Pekan Inklusivitas menghadirkan serangkaian kegiatan yang dirancang khusus untuk meningkatkan pengalaman budaya bagi teman-teman disabilitas. Kegiatan tersebut meliputi Pemanduan Inklusif untuk Tunanetra pada Kamis, 5 Desember 2024, pukul 15.00–16.00 WIB, serta Pemanduan Bahasa Isyarat pada Jumat, 6 Desember 2024, pukul 18.30–19.30 WIB.

Kuota kedua kegiatan itu dibatasi 20 peserta per sesi. Tujuannya adalah untuk memberikan akses lebih baik kepada kelompok dengan kebutuhan khusus dalam menikmati koleksi museum.

Pada Sabtu, 7 Desember 2024, museum akan menggelar dua kegiatan tambahan, yaitu Edukasi Inklusif di Ruang Anak berupa sesi melukis hewan dari pukul 08.00–12.00 WIB, dan Pemanduan Multisensori untuk Anak-Anak Inklusif pada pukul 10.00–11.00 WIB.

"Seluruh kegiatan ini dirancang untuk menciptakan pengalaman museum yang menyenangkan dan edukatif, sekaligus memperkuat komitmen Museum Nasional dalam menyediakan layanan yang inklusif bagi seluruh masyarakat," demikian bunyi keterangan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com.

 

Cara Berpartisipasi

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ingin Museum-Museum di Indonesia Naik Kelas: Wajah Peradaban Bangsa
Rombongan tur museum menikmati penjelasan sejarah Museum Nasional Indonesia yang baru dibuka kembali pada 15 Oktober 2024 setelah kebakaran hebat. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Masyarakat, khususnya kaum disabilitas, diajak turut serta meramaikan Kamapanye Pekan Inklusivitas. Calon pengunjung diminta untuk mendaftarkan diri terlebih dulu melalui tautan berikut sesuai dengan kegiatan pilihan:

Pemanduan Inklusif untuk Tunanetra (5 Desember 2024): https://tinyurl.com/Campaign- Inklusivitas-Day-1

Pemanduan Bahasa Isyarat (6 Desember 2024): https://tinyurl.com/Campaign- Inklusivitas-Day-2

Kegiatan Edukasi Inklusif & Pemanduan Multisensori (7 Desember 2024): https://tinyurl.com/Campaign- Inklusivitas-Day-3

Sementara, Hari Disabilitas Internasional pertama kali diperingati pada 1992 setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi Majelis Umum PBB 47/3. Peringatan itu ditetapkan dengan niat tulus untuk memasukan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas.

Mengutip kanal Regional Liputan6.com, PBB bertekad untuk meningkatkan kesadaran di antara masyarakat dunia terhadap penyandang disabilitas. Tujuan utamanya untuk membuat masyarakat dunia paham akan situasi dan kondisi yang dihadapi penyandang disabilitas. Pihaknya berharap masyarakat bisa mendapatkan edukasi tentang pentingnya solidaritas dan empati terhadap penyandang disabilitas, terutama untuk menciptakan lingkungan yang positif dengan semua orang bisa merasa dihargai dan diterima.

Bukan hanya Museum Nasional Indonesia yang punya perhatian pada kaum disabilitas, Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta lebih dulu meluncurkan program inklusif. Program yang bertajuk Jebol Keran, singkatan dari Jemput Bola bagi Kelompok Rentan, bertujuan untuk memudahkan akses kelompok rentan ke museum.

 

 

Inisiatif Museum Vredeburg Yogyakarta

Lebih Inklusif, Museum Vredeburg Jogja Luncurkan Program Jebol Keran hingga Fasilitas Ramah Disabilitas
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengundang kelompok disabilitas untuk berkunjung. (dok. IHA)

Program itu menawarkan penjemputan gratis dari sekolah atau tempat yang disepakati, tiket masuk tanpa biaya, pemanduan khusus di museum, dan pengantaran kembali ke sekolah. Inovasi layanan itu untuk memastikan bahwa kunjungan ke museum menjadi pengalaman yang menyenangkan dan berkesan.

Dilaksanakan sebulan sekali, program ini khusus ditujukan bagi kelompok rentan disabilitas dan lansia di wilayah Yogyakarta. Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo, menjelaskan bahwa adanya fasilitas dan program yang inklusif merupakan bagian dari upaya Museum Benteng Vredeburg untuk terus relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

"Kami ingin memastikan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, dapat menikmati Museum Benteng Vredeburg dengan pengalaman yang menyenangkan. Dengan menghadirkan fasilitas yang inklusif, kami berharap semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati rekreasi dan edukasi sejarah bangsa yang menyenangkan, aman, dan nyaman di museum," ujarnya, dalam rilis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 30 Agustus 2024.

Untuk mendukung fasilitas dan program yang inklusif, Museum Vredeburg juga membekali seluruh pegawai museum dengan pelatihan sensitivitas disabilitas guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam memberikan layanan yang lebih baik kepada pengunjung disabilitas. Pelatihan ini meliputi materi tentang empati, regulasi hak disabilitas, ragam disabilitas, serta teknik komunikasi dengan beragam jenis disabilitas, yang disampaikan oleh ahli di bidang pendidikan luar biasa. 

Fasilitas hingga Petugas yang Bersiaga

Museum Vredeburg di Yogyakarta. (Dok: Indonesian Heritager Agency (IHA))
Museum Vredeburg di Yogyakarta setelah revitalisasi. (Dok: Indonesian Heritager Agency (IHA))

Pihak museum juga menyiagakan petugas berompi merah yang bertuliskan 'Sigap Keren'. Mereka bertugas membantu pengunjung dari kelompok rentan, tidak hanya kaum disabilitas, tetapi juga lansia, untuk memastikan bahwa mereka dapat menikmati seluruh fasilitas dengan aman dan nyaman.

"Ke depan, museum juga berencana mengadakan pelatihan bahasa isyarat untuk menghilangkan hambatan komunikasi dengan pengunjung disabilitas rungu/wicara," kata Rosyid. 

Sebelumnya, pihak museum menyediakan serangkaian fasilitas khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kaum disabilitas sebagai bagian dari revitalisasi. Salah satunya adalah parkir khusus yang dekat dengan pintu masuk. Tersedia pula toilet yang ramah disabilitas dan loket priroitas yang memastikan kemudahan akses. Bagi kelompok tuna netra, tersedia jalur pemandu (guiding block) dan jalur landai yang memungkinkan mobilitas lebih mudah di seluruh area museum. 

Museum juga menyediakan alat bantu mobilitas seperti kursi roda, tongkat, kruk, dan buggy car untuk memastikan bahwa setiap sudut museum dapat diakses oleh semua orang. Untuk memfasilitasi komunikasi, tersedia berbagai alat seperti kaca pembesar, teknologi speech to text dan text to speech, buku panduan berhuruf braille, TOA (pengeras suara), serta miniboard yang memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

 

Infografis Museum di Indonesia
Infografis Museum di Indonesia. (Dok: Abdillah/Tim Grafis Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya