Cegah Bencana Hidrometeorologi di Sukabumi dan Cianjur Berulang, Dedi Mulyadi Bakal Reboisasi Hutan di Jawa Barat

Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi menyatakan bahwa bencana hidrometeorologi di Sukabumi dan Cianjur memberi pelajaran penting terkait ancaman kerusakan lingkungan di hutan, khususnya akibat pembalakan dan penambangan ilegal.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 13 Des 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2024, 17:30 WIB
FOTO: Tim SAR Bersihkan Material Longsor Usai Banjir Bandang Sukabumi
Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sukabumi menyebabkan 10 orang meninggal dan dua korban dinyatakan hilang hingga batas akhir pencarian TimSAR. Selain itu, ribuan orang dipaksa mengungsi karena kehilangan tempat tinggal.

Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi menilai bencana alam yang terjadi di Sukabumi, begitu pula di Cianjur, memberi pelajaran penting bagi warga Jabar secara umum, yaitu terjadinya kerusakan alam. "Ancaman terbesar bagi masyarakat Jawa Barat saat ini adalah kerusakan lingkungan," katanya saat melepas truk bantuan dari Lembur Pakuan Subang menuju Sukabumi dan Cianjur, Selasa, 10 Desember 2024, dilansir dari Antara, Jumat (13/12/2024).

Untuk itu, prioritas utamanya saat menjalankan pemerintahan nanti adalah menyelesaikan masalah lingkungan. "Saya akan fokus menyelesaikan problem lingkungan itu karena biaya recovery bencana jauh lebih mahal dibandingkan pendapatan dari kegiatan yang merusak alam, dan itu pun hanya dinikmati oleh segelintir orang," kata dia.

Dedi berencana melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk berhenti terlibat dalam pembalakan dan penambangan ilegal. Caranya adalah dengan memberi pekerjaan alternatif, yakni sebagai petani dan peternak. Selanjutnya, hutan akan kembali dihijaukan.

"Setelah itu, saya konsen membangun kampung berbasis lingkungan atau orang menyebutnya kampung adat. Masyarakat akan dididik tentang kepariwisataan sehingga hutan tetap hijau, kampungnya tertata dan menjadi destinasi wisata," sambungnya.

Namun di masa tanggap bencana, ia fokus mengirimkan bantuan dasar yang diperlukan para korban di wilayah Cianjur, dan Sukabumi selatan. Bantuan tahap dua yang disalurkan tersebut berisi sembako, baju, selimut, popok anak dan dewasa, serta susu untuk bayi.

Bantuan dari Papua

Cegah Bencana Hidrometerologi di Sukabumi dan Cianjur Berulang, Dedi Mulyadi Bakal Reboisasi Hutan di Jawa Barat
Penyaluran bantuan dari PT Gag Nikel untuk korban bencana alam di Sukabumi selatan. (dok. PT. Gag Nikel)

Bantuan untuk korban bencana alam di Sukabumi juga datang dari PT Gag Nikel, perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Pulau Gag, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Raja Ampat, Papua Barat Daya. Bantuan yang diberikan berupa beras, sembako, selimut, obat-obatan, mie instan, air mineral, makanan, kopi, teh, popok untuk lansia balita, pembalut wanita, perlengkapan mandi, dan lainnya. 

Bantuan tersebut diberikan kepada para korban bencana yang berada di pengungsian Desa Cikukang, Kecamatan Purbaya, Kabupaten Sukabumi.

"Mewakili manajemen PT Gag Nikel, kami turut berduka cita atas terjadinya musibah bencana alam akibat fenomena hidrometeorologi yang dialami saudara-saudara kita di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Semoga saudara-saudara kita yang mengalami musibah diberikan kekuatan, ketabahan, dan kesehatan," kata Deden Ayub mewakili manajemen Gag Nikel, Rabu, 11 Desember 2024.

Sebelumnya, operasi pencarian terhadap korban tertimbun longsor di Kabupaten Sukabumi resmi ditutup pada 11 Desember 2024. Dua korban longsor Sukabumi yang masih belum ditemukan dinyatakan hilang.

2 Korban Longsor Sukabumi Hilang

FOTO: Tim SAR Bersihkan Material Longsor Usai Banjir Bandang Sukabumi
Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Koordinator Basarnas Pos SAR Sukabumi Suryo Adi menyebutkan, sesuai standar operasional prosedur (SOP) SAR, untuk operasi pencarian dan pertolongan dilaksanakan selama tujuh hari, kecuali ada hal yang menjadi pertimbangan sehingga operasi SAR bisa diperpanjang. "Untuk pencarian dua korban tertimbun longsor di Kabupaten Sukabumi tidak diperpanjang sesuai arah dari pimpinan," katanya, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com. 

Adapun dua korban yang belum ditemukan yakni Ojang (53), warga Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran, dan Eros (80), warga Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud.  Menurut Suryo, setelah penutupan operasi SAR, untuk proses selanjutnya diganti dengan pemantauan.

Jika nantinya ada informasi terkait dengan korban seperti adanya tanda-tanda keberadaan korban, operasi SAR akan dibuka kembali. Pihaknya meminta maaf dan mengimbau keluarga korban untuk mengikhlaskan.Tim SAR gabungan mengaku sudah berupaya secara maksimal dengan berbagai cara untuk menemukan korban yang hilang.

Kendala dalam pencarian korban, terutama di Kecamatan Pabuaran, adalah alat berat tidak bisa masuk. Area yang terdampak longsor juga sangat luas ditambah hujan deras yang turun setiap hari sehingga personel yang tengah melakukan operasi kemanusiaan harus selalu berhati-hati dan waspada, khawatir terjadi longsor susulan.

Polisi Meninggal Dunia Usai Bantu Korban di Sukabumi

Anggota Polres Sukabumi meninggal dunia dalam tugas membantu evakuasi dan penanggulangan bencana di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).
Anggota Polres Sukabumi meninggal dunia dalam tugas membantu evakuasi dan penanggulangan bencana di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

bencana alam itu juga berdampak pada meninggalnya salah satu anggota Polres Sukabumi, Bripka Miftahu Rochman. Ia dikabarkan meninggal dunia saat menjalankan tugas, usai membantu evakuasi korban bencana alam di wilayah Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Kapolres Sukabumi AKBP Samian menerangkan pada Selasa, 3 Desember 2024, Bripka Miftahu melaksanakan tugas piket rutin di Mako Polsek Lengkong. Namun, keesokan harinya, ia langsung turun ke lapangan membantu proses evakuasi dan penanganan bencana.

Dedikasi tinggi Bripka Miftahu tampak saat ia tetap bertugas di tengah kondisi fisik yang mulai menurun. Sekitar pukul 13.30 WIB, almarhum sempat kehilangan kesadaran dan langsung dilarikan ke Puskesmas Lengkong untuk mendapatkan pertolongan pertama. 

Namun, kondisinya terus memburuk sehingga dirujuk ke RSUD Jampang Kulon pada malam harinya, hingga dikabarkan meninggal dunia pada Jumat, 6 Desember 2024, sekitar pukul 07.00 WIB. Kabar duka ini langsung disampaikan kepada rekan sejawat dan keluarganya.

“Bripka Miftahu adalah sosok anggota Polri yang berdedikasi tinggi, rela mengorbankan tenaga dan jiwa demi tugas kemanusiaan. Dedikasi dan pengabdiannya menjadi teladan bagi kita semua,” ujar Samian.

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya