Liputan6.com, Jakarta - Ginjal adalah salah satu organ yang rentan bermasalah. Jika sudah berpenyakit, biaya pengobatannya akan membengkak karena harus bolak-balik ke rumah sakit. Mencegah hal tersebut, AstraZeneca Indonesia menggandeng Good Doctor merilis inisiatif terbaru berupa aplikasi kesehatan digital.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay mengatakan diagnosis dan intervensi lebih awal dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit tersebut. "Beban penyakit ini akan bertambah besar seiring dengan peningkatan stadium dan komorbiditas dengan diabetes dan gagal jantung," ujarnya dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyatakan modifikasi gaya hidup sangat krusial untuk dilakukan, begitu pula dengan diagnosis sejak awal. Aplikasi kesehatan digital itu dirilis untuk membantu dan mendorong lebih banyak masyarakat Indonesia untuk melakukan skrining penyakit ginjal kronis. Dengan begitu, deteksi dini dapat dilakukan dan membantu meningkatkan efektivitas pengobatan.
Advertisement
"Untuk dapat memberikan layanan berkualitas, kami memulainya dengan menyediakan tautan 'Yuk, Cek Risiko Penyakit Ginjal Anda'. Pada tautan itu terdapat sejumlah pertanyaan yang wajib diisi pasien. Dari jawaban-jawaban pasien, dokter dapat mengetahui risiko mereka karena sekumpulan pertanyaan yang baik bisa memberikan diagnosis yang akurat," kata VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology, dr. Ega Bonar Bastari.
Ia menambahkan bahwa deteksi dini perlu dilakukan mengingat penyakit ginjal kronis merupakan silent disease. Artinya, penyakit itu tidak bergejala di tahap awal, tetapi bersifat progresif. "Setelah itu, dokter akan merekomendasikan tata laksana yang sesuai dengan kondisi pasien baik dari sisi medis maupun gaya hidup," imbuhnya.
Diagnosis Terlambat
Saat ginjal mengalami kerusakan secara struktural maupun fungsional, fungsinya dalam menyaring limbah atau racun dalam tubuh akan menurun. Kondisi inilah yang merujuk pada penyakit ginjal kronis.
Penyakit ginjal kronis ini ditandai dengan kondisi yang progresif atau semakin lama semakin memburuk meskipun telah mengonsumsi obat. Jika tidak ditangani, penyakit ginjal kronis dapat menjadi gagal ginjal.
Pada tahap awal penyakit ini sering kali tidak memiliki gejala. Seseorang merasakan sakit biasanya setelah berada pada tahap lanjut, yaitu stadium empat atau stadium lima. Pada stadium ini, pasien memerlukan cuci darah atau bahkan transplantasi ginjal yang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Biaya pengobatan penyakit ini pun mahal. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh ClinicoEconomics and Outcomes Research menyatakan bahwa pembiayaan penyakit ginjal kronis menduduki peringkat ke-2 dalam BPJS Kesehatan sebagai pembiayaan tertinggi. Menurut situs web Kementerian Kesehatan Sehat Negeriku, anggaran yang dihabiskan untuk membiayai pengobatan penyakit ginjal kronis lebih dari Rp1,9 triliun.
Advertisement
Biaya Pengobatan Ginjal Kronis
Sebuah penelitian dilakukan Clinico Economics and Outcomes Research di enam rumah sakit di Indonesia selama 14 bulan (Oktober 2019—Desember 2020) dengan 582 sampel. Hasilnya menunjukkan biaya pengobatan ginjal kronis sebesar Rp840.132.546 untuk hemodialisis, Rp423.156.000 untuk tindakan berat, dan Rp792.155.000 untuk jasa penelitian.
Biaya pengobatan ginjal kronis yang mahal ini juga terlihat dari sebuah studi di negara-negara Asia yang dipublikasikan di SpringerLink. Rata-rata pengobatan per pasien per tahun sebesar USD23.358 untuk hemodialisis dan USD4.977 untuk pengelolaan penyakit.
Menurut data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dalam laporan Global Burden of Disease (GBD) 2019, penyakit ginjal kronis termasuk dalam 10 besar penyakit dengan kematian tertinggi di Indonesia. Angka kematian akibat penyakit ini mencapai lebih dari 42 ribu jiwa setiap tahunnya, dan prevalensinya di Indonesia terus meningkat, dengan lebih dari 700 ribu orang terdiagnosis menderita kondisi ini.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 0,18 persen. Sementara di seluruh dunia, menurut International Society of Nephrology, penyakit ginjal kronis saat ini merupakan penyebab kematian dengan pertumbuhan tercepat ketiga di seluruh dunia dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian kelima di dunia pada 2040.
Gejala Batu Ginjal
Gejala batu ginjal dapat bervariasi tergantung pada ukuran, lokasi, dan pergerakan batu di dalam saluran kemih. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, terutama jika batu berukuran kecil. Namun ketika batu mulai bergerak atau menyumbat aliran urine, berbagai gejala dapat muncul. Berikut ini adalah gejala-gejala umum yang sering dialami penderita batu ginjal:
- Nyeri hebat di punggung bagian bawah atau samping (pinggang)
- Rasa sakit yang menjalar ke perut bagian bawah dan selangkangan
- Nyeri yang datang dan pergi dengan intensitas yang berfluktuasi
- Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil
- Urine berwarna merah muda, merah, atau cokelat (tanda adanya darah dalam urine)
- Urine keruh atau berbau tidak sedap
- Keinginan buang air kecil yang sering dan mendadak
- Buang air kecil sedikit-sedikit dan sering
- Mual dan muntah
- Demam dan menggigil (jika terjadi infeksi)
Penting untuk diingat bahwa intensitas gejala tidak selalu berkorelasi dengan ukuran batu. Batu kecil terkadang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat, sementara batu besar mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali jika tidak mengganggu aliran urine.
Advertisement