Liputan6.com, Jakarta - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) memperpanjang penutupan jalur pendakian di Gunung Semeru hingga 8 Februari 2025. Sebelumnya, penutupan sementara sudah dilakukan mulai 2-19 Januari 2025. Kondisi cuaca yang buruk di kawasan Gunung Semeru disebut jadi pertimnbangan utama penutupan jalur pendakian harus diperpanjang.
Informasi itu diketahui dari unggahan di akun Instagram @bbtnbromotenggersemeru, Jumat, 17 Januari 2025. "Rindu dengan Ranu Kumbolo lagi-lagi harus tertunda kembali untuk sementara waktu ya #sahabatmentaritengger. Untuk saat ini, mari bersama-sama kita doakan agar kondisi cuaca lekas membaik dan sahabat tetap memprioritaskan keselamatan dan menaati seluruh ketentuan & peraturan yang berlaku.. Salam konservasi," tulis keterangan unggahan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraja di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan penutupan jalur pendakian gunung yang memiliki tinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mempertimbangkan perkembangan kondisi cuaca buruk akhir-akhir ini.
Advertisement
"Kami mencermati kondisi cuaca dan dengan mempertimbangkan imbauan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait cuaca ekstrem selama bulan Januari tahun 2025," jelas Rudijanta, dikutip dari Antara, Jumat.
Penutupan jalur pendakian di Gunung Semeru itu berdasarkan Surat Pengumuman Nomor: PG.2/T.8/TU/KSA.5.1/B/01/2025 yang telah diterbitkan oleh Balai Besar TNBTS pada Jumat. Langkah ini dianggap perlu diambil untuk mengantisipasi terjadinya hal tidak diinginkan atau dengan kata lain kedaruratan yang bisa mengancam keselamatan para pendaki.
"Kami ingin memastikan keselamatan dan kenyamanan pengunjung dari ancaman bencana alam yang dipicu oleh cuaca ekstrem," ujarnya. Ia menambahkan penutupan jalur pendakian di Gunung Semeru juga sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Kehutanan.
"Menteri Kehutanan Republik Indonesia mengimbau seluruh calon pengunjung untuk mematuhi keputusan ini dan tidak melakukan aktivitas pendakian secara ilegal," ujarnya.
Erupsi Gunung Semeru
Sebelumnya, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni pada Selasa, 24 Desember 2024 mengumumkan dibukanya kembali jalur pendakian Gunung Semeru, per 23 Desember 2024. Keputusan tersebut juga terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).Adapun batas pendakian yang diterapkan, yakni hanya sampai kawasan Ranu Kumbolo.
Selain itu, para kuota harian yang disediakan hanya 200 pendaki dan wajib didampingi oleh Persatuan Pemandu Gunung Semeru Terdaftar (PPGST). Kemudian, pada 30 Desember 2024 Balai Besar TNBTS mengumumkan penutupan jalur pendakian di Gunung Semeru pada 2-16 Januari 2025.
Lalu, sehari berselang atau pada 31 Desember 2024, Balai Besar TNBTS melakukan perpanjangan penutupan jalur pendakian di gunung tersebut hingga 19 Januari 2025. Langkah itu mempertimbangkan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi pada awal 2025.
Kabar terbarunya, Gunung Semeru kembali erupsi dengan letusan setinggi 400 meter di atas puncak pada Jumat malam. "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Jumat 17 Januari 2025, pukul 19.09 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 400 meter di atas puncak atau 4.076 meter di atas permukaan laut -mdpl-," terang Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Yadi Yuliandi di Lumajang, Jumat.
Menurutnya, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 137 detik Berdasarkan data petugas, gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu tercatat sudah 17 kali erupsi pada Jumat dengan letusan pertama terjadi pada pukul 00.31 WIB, dan letusan terbaru terjadi pada pukul 19.09 WIB dengan tinggi kolom letusan mulai 400 meter hingga 800 meter di atas puncak/
Advertisement
Aktivitas di Kawasan Semeru
Yadi mengatakan bahwa Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan beberapa rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," katanya. Selain itu, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Sebelumnya, Gunung Semeru kembali erupsi disertai letusan setinggi 1.000 meter di atas puncak pada Kamis pagi, 16 Januari 2025. "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Kamis 16 Januari 2025 pukul 09.40 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak atau 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Sigit Rian Alfian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, Kamis..
Jumlah Letusan Gunung Semeru
Menurutnya, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 140 detik. Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengalami erupsi sebanyak sembilan kali pada Kamis sejak pukul 00.14 WIB sampai pukul 09.40 WIB dengan tinggi letusan bervariasi mulai 500 meter, 700 meter, 900 meter hingga 1 kilometer di atas puncak.
Berdasarkan data petugas, jumlah letusan Gunung Semeru yang pernah tercatat sebanyak 230 kali sejak 1 Januari hingga 16 Januari pukul 10.00 WIB karena setiap hari mengalami erupsi belasan kali seiring dengan statusnya yang masih Waspada (Level II).
Bahkan berdasarkan laman magma.esdm.go.id, jumlah letusan Gunung Semeru tersebut terbanyak dibandingkan beberapa gunung api yang berstatus Awas (Level IV) seperti Gunung Ibu di Maluku Utara yang tercatat mengalami 144 kali letusan, dan Gunung yang berstatus Siaga (Level III) seperti Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT tercatat mengalami 11 kali letusan.
Sigit mengatakan Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Advertisement