Liputan6.com, Jakarta - Dokter, akademisi, sekaligus figur publik Dr. drg. Widya Leksmanawati Habibie memperingati Hari Bumi 2025 dengan mengadakan seminar di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA-UI), Depok, Jawa Barat. Widya Habibie yang merupakan Direktur Eksekutif 'The Habibie Institute for Public Policy and Governance' ini mengatakan masyarakat Indonesia harus peduli dengan kesehatan lingkungan hidup dan menjaga kelestarian alam, agar bumi tidak rusak dan memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
"Alhamdulilah kita masih memikirkan bumi itu harus sehat dan harus terbebas dari masalah limbah sampah, asap, polusi udara dan lainnya," terang Widya Habibie di FIA UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (22/4/2025). Widya juga prihatin dengan kerusakan alam baik di darat maupun di laut.
Advertisement
Baca Juga
"Dampak perubahan iklim begitu besar seperti di kutub utara dan selatan es mencair, biota laut juga mengalami kerusakan karena banyaknya sampah di laut dan itu sangat memprihatinkan, jadi dibutuhkan kesadaran kolektif antara masyarakat dan pemerintah untuk mengkampanyekan go green," terang istri dari Thareq Kemal Habibie.
Advertisement
Widya juga berharap di Peringatan 'Hari Bumi 2025' ini masyarakat Indonesia lebih peduli lagi dengan keberlangsungan bumi. "Mari kita jaga bumi ini untuk keberlangsungan anak-cucu kita, jauhkan dari kerusakan dan bencana alam," harap Widya Habibie.
Dalam seminar yang mengusung tema 'Urgensi Penyelamatan Bumi Melalui Pembangunan Kota yang Sehat, Tangguh dan Produktif' ini juga nampak hadir sebagai pembicara di antaranya Dr. Rasio Ridho Sani, M.Com, MPM, Deputi Bidang Pengendalian dan Kerusakan Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup BPLH, Ririn Radiawati Kusuma, Director Clean Air Asia Indonesia, Prof. Teguh Kurniawan, S.Sos, M.Sc, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan FIA UI dan bertindak sebagai moderatornya yakni Krisna Puji Rahmayanti, S.I.A, M.P.A.
Seminar 'Hari Bumi 2025' ini diadakan secara daring dan luring diikuti oleh ratusan mahasiswa FIA UI. Menurut Dr. Rasio kerusakan lingkungan hidup atau krisis lingkungan hidup tidak hanya mengakibatkan pencemaran air, udara maupun tanah, tetapi juga berdampak lebih besar terhadap kehidupan masyarkat di dunia.
Â
Tata Kota dan Kebijakan Publik
"Seperti yang kita ketahui beberapa waktu lalu perubahan iklim menyebabkan banjir besar di Jabodetabek dan itu dampaknya sangat luas baik itu secara ekonomi maupun sosial, jadi harus ada stakeholder yang bisa menangani dengan baik dan berkesinambungan termasuk tata kota, perancanaan kota dan kebijakan publik," jelas Dr. Rasio.
Tak hanya itu dampak banjir di Jadobetabek juga lantaran akibat dari fungsi hutan di puncak Bogor yang berubah menjadi villa dan bangunan yang tak sesuai aturan, sehingga air tak berhasil diserap. "Nah, itu pemerintah memang harus segera memperbaiki alih fungsi, lahan, hutan dan bangunannya sehingga masalah banjir di Jabodetabek segera teratasi dengan baik, kembalikan seperti semula tidak boleh menyalahi aturan sehingga menimbulkan banjir besar," ujarnya.
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di bumi juga bukan hanya soal banjir atau polisi udara, tapi dampak perang dunia ketiga yang bisa dibilang saat ini sedang berlangsung seperti yang terjadi antara Israel-Palestina, Rusia dan Ukraina juga sangat berdampak pada kerusakan bumi khususnya tanah dan udara.
"Pesawat perang mengeluarkan emisi yang sangat banyak, berton-ton itu, apalagi jika penggunaan senjata secara masif seperti nuklir, bom dan lainnya tentu berdampak besar pada kerusakan bumi ini. Jadi kita harus bersama sama mencegah terjadinya perang," pungkas Dr. Rasio.
Dalam acara tersebut juga dilakukan penanaman pohon di Gedung Baru FIA UI sebagai bentuk kecintaan dan pelestarian alam di peringatan 'Hari Bumi 2025'.
Â
Advertisement
