Jelang Ramadan, Nyadran di Nganjuk Digelar Sebagai Wujud Syukur

Tradisi Nyadran konon memiliki makna wujud syukur warga atas melimpahnya hasil bumi yang telah diberikan Tuhan YME.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Jun 2014, 07:39 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2014, 07:39 WIB
Nyadran Di Candi Tua Nganjuk
ratusan warga mengikuti tradisi Nyadran di Candi Tua Nganjuk, Jawa Timur. Tradisi ini diwarnai denganberebut tumpeng raksasa.

Liputan6.com, Nganjuk - Beragam tradisi jelang Ramadan di nusantara digelar berbagai budaya. Salah satunya tradisi bersih desa di Nganjuk, Jawa Timur, yang diawali dengan pawai ratusan warga dari Balai Desa Candirejo, menuju Candi Lor yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu, (14/6/2014), pawai diikuti ratusan warga yang memakai atribut khas Jawa, dengan berbagai atraksi kesenian, seperti kesenian tari Mongde yang merupakan tarian khas rakyat Nganjuk.

Dalam pawai tersebut, warga membawa 3 tumpeng besar setinggi 2 meter yang berisi hasil bumi berupa sayur mayur, buah-buahan hingga nasi putih.

Begitu sampai di Candi Lor, tumpeng itu diperebutkan. Anak-anak, orang dewasa hingga nenek-nenek pun berebut makanan. Ada yang terjepit dan jatuh, hal itu menambah semarak acara tradisi ini.

Nyadran merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Jawa. Selain sebagai upaya melestarikan adat, tradisi ini konon memiliki makna wujud syukur warga atas melimpahnya hasil bumi yang telah diberikan Tuhan YME, sekaligus untuk menolak musibah atau bencana.

Tradisi sengaja digelar di Candi Lor, yang merupakan salah satu candi tertua dan tonggak sejarah cikal bakal berdirinya Kabupaten Nganjuk. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya