Liputan6.com, Jakarta - Di sela-sela Sidang ke-69 Majelis Umum PBB, Indonesia menggelar Forum Indonesia’s Reducing Emission form Deforestation and Degradation (REDD+). Forum ini untuk lebih mempromosikan komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca secara global, terutama pelaksanaan REDD+ di Indonesia.
Dalam pidatonya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan bahwa REDD+ di Indonesia terbukti menjadi modal berharga dalam upaya mengatasi deforestasi dan degradasi hutan.
"Secara pribadi, saya yang terlibat langsung memiliki sejumlah pengalaman berharga pada proses pembentukan REDD+ tersebut," kata Presiden SBY dalam forum yang digelar di Conference Building, Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu 24 September pukul 10.25 waktu setempat atau 21.25 WIB.
Pelajaran pertama, ujar SBY, keberhasilan implementasi REDD+ memerlukan perubahan pola pikir tentang pemanfaatan dan tata kelola hutan. Di Indonesia, REDD+ menjadi sarana mempromosikan pola pikir baru untuk menggunakan dan mengelola sumber daya alam yang berharga.
Selanjutnya, REDD+ harus relevan. Tidak hanya lingkungan, tetapi juga memperhatikan aspek sosial. Indonesia mengembangkan Program Nasional Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dengan Skema REDD+. Indonesia juga mengembangkan sistem perlindungan yang komprehensif untuk mencegah dampak negatif dari pelaksanaan REDD+ di masyarakat adat.
"Hal ketiga untuk memastikan keberhasilannya, REDD+ harus didukung oleh semua pemangku kepentingan. Penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama," ujar SBY seperti dikutip dari laman presidenri.go.id.
Kebijakan moratorium, lanjut SBY, terbukti berhasil menurunkan tingkat deforestasi dan degradasi hutan. Tahun lalu, SBY memperpanjang kebijakan moratorium hingga 2015 dengan dukungan Pemerintah Norwegia.
Kelima, negara berkembang memerlukan dukungan dan kemitraan internasional, termasuk pendanaan. "Juga tak kalah penting adalah dukungan PBB yang meluas kepada negara-negara berkembang yang menjalankan REDD +, sebagaimana diamanatkan oleh Rencana Aksi Bali," SBY menegaskan.
Forum ini dihadiri antara lain Menteri Lingkungan Hidup Norwegia Tina Sundtoft, Perwakilan UNDP Helen Clark, dan sejumlah organisasi lingkungan internasional. Dari Indonesia hadir Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto dan Kepala Badan Nasional Pengelola REDD+ Hery Prasetyo.
REDD+ sendiri diluncurkan pada awal 2005 dan telah berperan sebagai mekanisme penting untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Dengan REDD+, negara-negara berkembang membuat kontribusi yang signifikan pada upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Menurut data yang disampaikan SBY, sekitar 17 sampai 20 persen emisi gas berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Dengan program pengurangan emisi dari degradasi dan deforestrasi atau REDD+, negara-negara berkembang turut melakukan tata kelola hutan yang berkelanjutan.
"Dengan REDD+, negara-negara berkembang membuat kontribusi yang signifikan pada upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca," SBY menambahkan.
Memang penggunaan lahan dan sektor kehutanan memberikan kontribusi hingga seperlima dari pemanasan bumi tahunan. "Oleh karena itu, menangani masalah emisi dari deforestasi dan degradasi hutan adalah suatu keharusan, jika kita ingin tetap menjaga kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celcius," SBY menegaskan.
SBY: REDD+ Berkontribusi Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Dalam pidatonya SBY menegaskan negara berkembang membuat kontribusi yang signifikan pada upaya global mengurangi emisi gas rumah kaca.
diperbarui 25 Sep 2014, 01:55 WIBDiterbitkan 25 Sep 2014, 01:55 WIB
Presiden SBY saat berpidato di Forum REDD+ di New York, AS, Rabu (24/9/2014) malam (abror/presiden.go.id)
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pengertian Capital Adequacy Ratio, Cara Menghitung, dan Pentingnya bagi Perbankan
Perluas Layanan, Akses SPKLU Voltron Bisa Lewat Platform Bank Digital Ini
Pesan Prabowo ke Kabinetnya Sebelum ke LN: Jangan Ada Muatan Politis dan Dendam Politik di Pemerintahan
Wajib Coba, 6 Jus Buah yang Dapat Membuat Kulit Wajah Lebih Glowing dan Sehat
Komunikasi Horizontal Adalah Kunci Efektivitas Organisasi: Panduan Lengkap
It’s His/Her Day 2024 Digelar Lebih Besar dan Inklusif, Bisa Wisata Kuliner Viral hingga Uji Fisik di Area Olahraga
Mengenal WALHI Adalah Organisasi Lingkungan Terbesar di Indonesia
ASIOTI: Teknologi IoT akan Terus Berkembang ke Arah Pemanfaatan AI hingga GenAI
11 Arti Mimpi Bersetubuh Menurut Para Ahli Tafsir, Mana yang Kamu Alami?
Memahami Cardinal Number, Definisi, Penggunaan, dan Perbedaannya dengan Ordinal Number
Mengapa Ten Hag Tidak Dipecat Lebih Awal oleh Manchester United?
Mengenal Warung Sate Haji Ismail Taman Kencana, Kuliner Legendaris di Bogor