4 Defisit Partai Golkar Menurut Populi Center

Populi Center menilai, defisit pertama Golkar adalah tidak bisa memberikan sumbangsih gagasan atau ide besar untuk pembangunan Indonesia.

oleh Oscar Ferri diperbarui 11 Okt 2014, 20:13 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2014, 20:13 WIB
Profil Partai Golkar

Liputan6.com, Jakarta - ‎Tak dipungkiri, Partai Golkar merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia dalam kurun lama. Namun, belakangan mengalami konflik internal, terutama terkait kepemimpinan Aburizal Bakrie atau Ical sebagai ketua umum Partai Golkar. Partai berlambang beringin ini pun dinilai mengalami 4 devisit.

"Ada 4 defisit yang dialami Partai Golkar," kata Ketua Populi Center, Nico Harjanto usai diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (11/10/2014).

Nico memaparkan, defisit pertama adalah Golkar tidak bisa memberikan sumbangsih gagasan atau ide besar untuk pembangunan Indonesia. Setidaknya, hal itu bisa dilihat dalam waktu 5 tahun terakhir.

"Sebagai partai kekaryaan seharusnya bisa menyumbang gagasan-gagasan besar untuk pembangunan bangsa. Selama 5 tahun kita tidak mendengar gagasan yang brilian dari Golkar bagaimana mengatasi masalah bangsa ini," ujar Nico.

Defisit kedua adalah prestasi. Menurut Nico, Golkar mengalami pencapaian yang tidak sesuai target dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg 2014) dan Pemilu Presiden (Pilpres 2014). Dalam pesta demokrasi 2014, Golkar tidak lebih sebagai penggembira‎ semata.

"Defisit prestasi. Pileg tidak sesuai target. Di Pilpres, tidak bisa mencalonkan siapa pun. Pilkada juga tidak bisa mendapat suara terbanyak. Hanya menjadi penggembira. Itu tentu menyedihkan," kata Nico.

Ketiga, defisit kepemimpinan. Nico menjelaskan, Golkar seperti mengalami krisis kepemimpinan. Karena, Ical sebagai ketua umum memiliki watak yang oligarki.

"Kepemimpinan yang sekarang ini wataknya itu kepemimpinan yang oligarki. Karena semuanya dikembalikan ke elite-elite utama di partai itu. Kemudian suara-suara di luar itu tidak ditanggapi dan tidak direspons dengan baik," kata Nico.

Defisit keempat adalah kebanggaan terhadap partai. Di mata Nico, Golkar sebagai partai pembangunan itu tidak bisa menampilkan wajah kepartaian yang baik. Salah satu contohnya, terkait kisruh mekanisme ‎pemilihan kepala daerah belum lama ini.

"Golkar mendukung Pilkada lewat DPRD, padahal sebagian besar masyarakat ingin Pilkada langsung," ujar dia.

Solusi yang bisa ditempuh, kata Nico, partai anggota Koalisi Merah Putih itu harus secepatnya berkonsolidasi melalui musyawarah nasional (Munas) untuk mencari ketua umum baru pengganti Ical.

"Solusi, Golkar mengadakan proses konsolidasi secepatnya dengan baik dengan melakukan munas. Semua permasalahan dibahas dan semua pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap partai diakomodasasi," demikian Nico. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya