Menteri Marwan: Pesantren Bisa Bantu Wujudkan Desa Mandiri

Hal itu mengingat lokasi pesantren yang umumnya berada di pedesaan.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 09 Mar 2015, 11:40 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2015, 11:40 WIB
Menteri Marwan.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar menilai Pendidikan Islam berbasis pesantren dapat membantu mewujudkan desa mandiri. Hal itu mengingat lokasi pesantren yang umumnya berada di pedesaan.

Menurut dia, ‎peran pondok pesantren dalam pembangunan selama ini tidak bisa dipandang sebelah mata. "Mulai pada masa kemerdekaan sampai sekarang, pesantren selalu memiliki peranan dalam proses berbangsa dan bernegara," kata Marwan di Jakarta, Senin (9/3/2015).

Dia berujar, posisi pesantren yang mayoritas berada di desa bisa dijadikan pusat pelatihan dan pengembangan untuk mempersiapkan SDM yang siap pakai dengan tetap menjaga kearifan lokal daerah setempat.

"Sejak dulu, pondok pesantren selalu mempunyai program pelatihan dan pengembangan SDM untuk masyarakat di sekitar pesantren," ujar Menteri Marwan.

Politisi PKB itu menambahkan, pihaknya akan mengkaji beberapa pesantren yang mempunyai beberapa bidang khusus untuk dijadikan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan SDM.

"Ya nanti kita akan kaji, beberapa pesantren yang mempunyai beberapa keunggulan khusus untuk kita jadikan sebagai pusat pelatihan dan bisa membantu mewujudkan Desa Mandiri di sekitar Pesantren," ucap dia.

Marwan mencontohkan, Pesantren Al-Ittifaq yang berdiri di pedalaman kaki Gunung Patuha, Bandung, yang memberikan pelajaran agribisnis terhadap para santrinya. Dengan ilmu agrobisnis, santri pesantren Al-Ittifaq telah berhasil memasok hasil pertanian ke supermarket dan pasar-pasar menengah di Jakarta, Bandung dan sekitarnya.

Dengan melibatkan sekitar 700 santri beserta 5 kelompok tani di kecamatan Rancabali dan kecamatan Ciwidey, koperasi Al-Ittifaq kini mewujud sebagai lembaga keagamaan yang mandiri. Para santri yang belajar pun tidak perlu membawa bekal untuk mengaji di pesantren tersebut.

"Jadi santri yang ada di sana tidak hanya belajar agama tapi juga belajar wirausaha desa yang dikelola secara modern tanpa meninggalkan ciri khas lokal," tandas Marwan Jafar. (Ali)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya