Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dianggap membawa berkah tersendiri bagi produk-produk yang tinggi konten lokalnya. Karena harganya menjadi lebih kompetitif di pasar ekspor.
Atas dasar itulah, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar berharap, agar berkah tersebut bisa dinikmati masyarakat daerah tertinggal.
"Banyak produk dari daerah tertinggal yang bisa dipasarkan ke mancanegara. Seperti rumput laut budidaya lokal, dan produk kerajinan rakyat seperti aksesoris, bordir, batik, ukiran, kaligrafi, produk kulit dan makanan ringan, semuanya berbahan baku lokal dan dikerjakan sendiri oleh masyarakat setempat," ujar Menteri Marwan di Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Ia pun yakin kualitas produk masyarakat daerah tertinggal memenuhi standar untuk dijadikan komoditas ekspor, apalagi harganya juga bisa kompetitif.
"Keunggulan lainnya adalah produk kerajinan daerah tertinggal tercipta dari kreatifitas lokal. Sehingga ada muatan corak budaya atau cita rasa khas daerah yang membuatnya makin unik menarik di mata konsumen mancanegara," imbuh Marwan.
Menurut dia, produk kreatif daerah tertinggal cukup marketable untuk ditawarkan ke pasar global. Hal ini juga didukung oleh tren perilaku konsumtif masyarakat global terhadap produk ekonomi kreatif yang terus meningkat, seiring dengan perilaku masyarakat yang memasukkan unsur keunikan budaya serta daya kreatifitas tinggi pada setiap unsur kehidupannya.
Namun tokoh senior PKB ini mengakui, produk daerah tertinggal masih terkendala pada lemahnya akses terhadap pasar ekspor.
"Rata-rata eksportir kita belum mendapat informasi utuh tentang keunggulan produk kreatif daerah tertinggal, sehingga jarang yang melirik untuk dijadikan komoditas ekspor," ungkap Marwan.
Untuk itu, pihaknya akan mengajak kalangan eksportir dan pengusaha nasional untuk lebih mengenal produk kreatif daerah tertinggal. Sebab jika dipandang marketable, mereka tentu tertarik berinvestasi untuk mengembangkan produk kreatif daerah tertinggal sebagai komoditas ekspor.
"Tidak kalah pentingnya adalah peran Pemerintah Daerah untuk lebih gencar mempromosikan produk-produk kreatif daerahnya, terutama melalui keikutsertaan dalam pameran produk-produk daerah di ibukota provinsi maupun di Jakarta," tutur Marwan.
Marwan mengakui, pemerintah tidak bisa sendirian mengentaskan daerah tertinggal. Sebab dibutuhkan peran serta kalangan swasta khususnya dunia usaha, dalam upaya menggerakkan perekonomian daerah melalui investasi dan kemitraan usaha dengan masyarakat setempat.
"Jika kalangan dunia usaha bisa bekerjasama untuk mengembangkan produk-produk daerah tertinggal menjadi komoditas ekspor, saya optimis daerah tertinggal akan lebih maju ekonominya dan lebih cepat terentaskan dari ketertinggalannya," tukas Marwan. (Tnt/Sun)