Hercules Jatuh Karena Antena di Lingkungan Bandara?

Pilot menemukan masalah pada mesin nomor 4 yang berada di bagian paling kanan.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 02 Jul 2015, 21:31 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 21:31 WIB
20150702-Puluhan Peti Mati bagi Korban Hercules Jatuh Berjejer di RS Adam Malik-Medan 3
Sejumlah petugas menggotong peti mati di RSUP Haji Adam Malik, Medan, Sumatera utara, Kamis (2/7/2015). Setelah menjalani pemeriksaan dan teridentifikasi, jenazah korban Hercules C-130 akan dipulangkan ke keluarga korban. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Hercules C-130 jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara pada Selasa 30 Juni 2015. Penyebab jatuhnya pesawat diduga karena salah satu mesin pesawat mati.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan, secara teori sebenarnya pilot bisa menyelamatkan pesawat sehingga tidak sampai jatuh. Hanya, ada faktor lain menyebabkan pilot tidak bisa berbuat banyak.

"Secara teori bisa di-recover. Tapi karena ketinggian masih rendah, itu masih ada antena tinggi. Kalau itu flat, bisa terselamatkan," kata Dwi di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (2/7/2015).

Dwi mengatakan, pengalaman itu disampaikan oleh KSAU Marsekal Agus Supriatna dan Pangkoops 1 Marsekal Muda Dwi Putranto.

Hercules kala itu memang belum terbang begitu tinggi karena baru 2 menit lepas landas. Tidak lama kemudian, pilot menemukan masalah pada mesin nomor 4 yang berada di bagian paling kanan.

Mengetahui hal itu, pilot lalu meminta return to base (RTB) atau kembali ke pangkalan. Nahas, dorongan mesin tidak mampu membawa pesawat sampai ke Lanud Soewondo sehingga harus mendarat keras di pinggir jalan.

"Ya, lingkungan kan jadinya. Lingkungan bandara itu kan orang bangun seenaknya. Ada antena yang sekian meter tingginya. Kalau saja kita berandai ya, kalau tidak ada itu (antena), menurut pengalaman penerbang, itu bisa diselamatkan," lanjut Dwi.

Sejatinya, lingkungan bandara memang harus bebas dari antena atau tower yang menghalangi pandangan. Sehingga dalam keadaan darurat seperti ini, tindakan penyelamatan dapat dilakukan secara sempurna.

"Di Medan lihat sendiri di sana. Tapi itu belum jadi kesimpulan akhir. Itu masih kesimpulan kecil," pungkas Dwi Badarmanto.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna mengatakan, sebelum jatuh, pilot pesawat Hercules nahas tersebut sempat meminta untuk kembali ke Lanud Soewondo. Sebab, ada masalah pada pesawat. Namun sebelum sempat balik ke Lanud Soewondo, pesawat jatuh dengan posisi terbalik.

Agus menuturkan, kemungkinan besar mesin sebelah kanan mengalami masalah sehingga posisi kecenderungan pesawat yang berbelok ke arah kanan.

"Setelah kita cek posisi dari propeller engine pesawat, ternyata propeller ini mati," ujar dia di Lanud Soewondo, Medan.

Dia mengatakan, dalam posisi seperti itu pesawat Hercules C-130 langsung menabrak antena di atas bangunan sekolah yang berada dekat dengan titik jatuhnya pesawat.

"Sebelum jatuh pesawat sempat menabrak tiang antena yang berada di dekat titik lokasi jatuhnya pesawat," kata Agus. (Mvi/Yus)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya