16 Februari 1998: Petaka Pesawat China Airlines Jatuh Timpa Rumah Warga dekat Bandara Taiwan, 205 Orang Tewas

Bau bahan bakar jet dan karet terbakar memenuhi udara beberapa jam setelah kecelakaan pesawat jatuh China Airlines, di area yang merupakan rumah bagi campuran peternakan ikan, sawah, pabrik kecil, dan gudang.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Feb 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2025, 06:00 WIB
Ilustrasi Pesawat Terbang
Ilustrasi kecelakaan pesawat jatuh China Airlines dekat bandara Taiwan. (Pixabay/qimono)... Selengkapnya

Liputan6.com, Taipei - Kecelakaan pesawat yang menelan korban jiwa cukup banyak tercatat dalam sejarah hari ini 27 tahun lalu.

Pesawat maskapai penerbangan China Airlines jatuh saat mencoba mendarat dalam kondisi berkabut pada 16 Februari 1998.

Menurut laporan CNN kala itu, yang dikutip Minggu (16/2/2025), 196 orang di dalam pesawat jatuh itu meninggal dunia. Sementara sembilan orang lainnya di darat tewas. Total 205 korban jiwa dalam insiden tersebut.

Polisi kemudian menutup area semi-pedesaan dan tim penyelamat menarik jenazah dan bagian-bagian jenazah dari rumah-rumah yang hancur ketika jet China Airlines yang mencoba mendarat di tengah kabut jatuh pada hari Senin 16 Februari 2025.

China Airlines mengatakan korban tewas di antara 182 penumpang dan 14 awak termasuk gubernur Bank Sentral Taiwan, serta pejabat keuangan utama lainnya bersama dengan keluarga Taiwan yang kembali dari liburan di Bali dan empat warga Amerika.

Di antara mereka yang berada di dalam Penerbangan 676 adalah Sheu Yuan-dong, gubernur Bank Sentral Taiwan, istrinya, dan empat pejabat keuangan lainnya yang kembali dari sebuah konferensi di Bali.

Sheu, 70 tahun, dianggap membantu menjaga Taiwan tetap aman dari kekacauan ekonomi yang mencengkeram sebagian besar Asia. Taiwan memiliki cadangan mata uang internasional yang besar yang digunakannya untuk melindungi mata uangnya dari spekulan. Pejabat perbankan juga mereformasi sistem tersebut dua tahun sebelum petaka penerbangan ini, untuk mencegah jenis pinjaman yang meragukan yang telah membuat bank-bank Asia lainnya bermasalah.

Sementara korban tewas di darat termasuk bayi berusia 2 bulan.

Saksi mata mengatakan pesawat itu menghantam ratusan meter sebelum landasan pacu di Chiang Kai-shek International Airport (Bandara Internasional Chiang Kai-shek), 25 mil sebelah barat Taipei pada pukul 8:09 malam. Pesawat itu menghancurkan lantai dua rumah-rumah yang berjejer di sepanjang jalan raya sebelum tergelincir ke sawah dan meledak.

Bau bahan bakar jet dan karet terbakar memenuhi udara beberapa jam setelah kecelakaan di area yang merupakan rumah bagi campuran peternakan ikan, sawah, pabrik kecil, dan gudang.

Petugas pemadam kebakaran mendatangi rumah demi rumah di lingkungan yang menghitam, memadamkan api yang membakar pintu dan jendela serta mencari korban selamat. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan meninggal beberapa saat kemudian di rumah sakit.

 

 

 

Beberapa Bagian Rumah Mulai Runtuh

Ilustrasi Kebakaran. (Freepik/ArthurHidden)
Ilustrasi kebakaran akibat kecelakaan pesawat jatuh. (Freepik/ArthurHidden)... Selengkapnya

Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat mengisi kantong plastik dengan potongan tubuh yang berserakan akibat ledakan, sementara bagian-bagian tubuh hangus lainnya tergeletak di jalan. Petugas pemadam kebakaran lainnya menyemprot area tersebut dengan deterjen tahan api.

"Saya mendengar ledakan, dan sangat ketakutan. Beberapa bagian rumah mulai runtuh," kata Chen Ah-mei, yang harus merangkak keluar dari reruntuhan rumahnya dengan tangan dan lututnya. Dia dan suaminya kemudian dirawat di rumah sakit.

"Kejadiannya begitu cepat -- suara bising dan api," kata seorang petani tua yang berlari ke lokasi kejadian begitu melihat api. Dia hanya menyebut dirinya sebagai Chen.

Kabut tebal dilaporkan menyelimuti bandara sepanjang sore dan malam, dan hujan gerimis turun saat kecelakaan terjadi.

Pejabat maskapai mengatakan pesawat mengalami masalah saat mendekati bandara.

"Jarak pandang sangat buruk," kata juru bicara maskapai Liu Kuo-chien. "Pilot mengatakan ia kesulitan melihat landasan pacu saat melakukan pendekatan dan meminta untuk berputar balik untuk mencoba lagi.

"Segera setelah ia meminta mencoba lagi, pilot kehilangan kontak dengan menara," kata Liu.

 

Kecelakaan Terburuk dalam Sejarah Bandara Chiang Kai-shek International

Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang
Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang. (Image by 4045 on Freepik)... Selengkapnya

Tsai Tuei, direktur Administrasi Penerbangan Sipil, segera mengundurkan diri untuk bertanggung jawab secara moral atas kecelakaan tersebut, yang terburuk dalam sejarah bandara tersebut.

Ekor jet yang hancur adalah satu-satunya bagian yang dapat dikenali. Lampu sorot menerangi rakit penyelamat dari Airbus A-300 yang melilit tunggul pohon yang patah. Kursi dari pesawat berserakan di tanah, satu kursi dengan tubuh terperangkap di bawahnya.

Keluarga penumpang di rumah sakit dan bandara menangis dan berpelukan ketika mereka mengetahui besarnya bencana tersebut. Seorang wanita bahkan jatuh ke lantai.

"Mereka semua pergi ke Bali untuk berwisata -- dan mereka semua meninggal," kata seorang wanita yang keempat anaknya berada di dalam pesawat tersebut.

Petugas bandara mengatakan dua perekam data penerbangan telah ditemukan dan dianalisis untuk membantu menentukan penyebab kecelakaan tersebut.

 

 

Maskapai Penerbangan China Airlines Alami 5 Kecelakaan Sejak 1986

China Airlines
Ilustrasi China Airlines. (dok.wikimedia commons)... Selengkapnya

Airbus Industrie, yang berkantor pusat di Toulouse, Prancis, merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pesawat mereka dikirim ke China Airlines Desember 1990.

"Pada akhir Januari 1998, maskapai itu telah mengumpulkan sekitar 20.070 jam terbang dalam 8.800 penerbangan," kata pihak Airbus.

Menurut informasi, China Airlines telah mengalami lima kecelakaan lainnya sejak 1986, termasuk kecelakaan Airbus A-300 lainnya di Nagoya, Jepang, yang menewaskan 264 orang pada tahun 1994. Setelah kecelakaan itu, maskapai tersebut memulai kampanye keselamatan yang mencakup pelatihan ulang pilot.

Para penyelidik Jepang menyalahkan kecelakaan Nagoya pada pendaratan yang dibatalkan dan kopilot yang tidak berpengalaman.

Perdana Menteri Taiwan saat itu, Vincent Siew mengatakan pada hari Senin 16 Februari 1998 bahwa satuan tugas akan membantu keluarga korban dan berjanji untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Sementara pihak China Airlines menetapkan nomor telepon yang dapat dihubungi oleh orang-orang di Amerika Serikat untuk mendapatkan informasi tentang mereka yang berada di dalam pesawat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya