8 Bocah Diduga Dipaksa Mengemis di Rawa Belong

Udara dingin menusuk tulang saat 8 bocah nampak turun dari mobil. Bocah yang paling kecil antara mereka kadang menangis meminta pulang.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 14 Okt 2015, 13:41 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2015, 13:41 WIB
Ilustrasi Kekerasan Pada Anak (iStockphoto)
Ilustrasi Kekerasan Pada Anak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Udara dingin menusuk tulang saat 8 bocah nampak diturunkan dari sebuah mobil yang melintas di lampu merah pertigaan Rawa Belong, Slipi, Jakarta Barat pada dini hari tadi.

Bocah yang tertua berusia sekitar 7 tahun. Begitu turun dari mobil mereka langsung mengambil posisi di trotoar di sekitar lampu merah pertigaan Rawa Belong sambil masing-masing membawa kantong kecil. Mereka diduga dipaksa untuk mengemis.

Bocah yang paling kecil antara mereka kadang nampak menangis meminta pulang. Sudah 2 hari belakangan, pemandangan ini terlihat di sana.

Seperti yang disaksikan seorang warga sekitar, Faqih (32). Dia mengaku sempat mendatangi delapan bocah tersebut dan bertanya. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 01.50 WIB.

"Udah 2 hari ini. Kemarin juga ada. Nah tadi saya samperin bocahnya, kata yang paling kecil sambil nangis terus ngajak ke kakaknya pulang-pulang, 'Kak ini dingin'," kata Faqih bercerita kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (13/10/2015) dinihari.

Mendengar tangisan bocah kecil itu, Faqih mengaku menyuruh sempat mereka pulang. Namun bocah-bocah itu malah pura-pura tidak mendengar dan pada akhirnya menjawab dengan ketakutan.

"Saya bilang udah pulang sana, kasihan adiknya kedinginan. Ngapain emang kok di lampu merah? Kata dia, 'Ntar diomelin kalau pulang' sambil memegang kantong kecil," tutur dia.

"Saya tanya, adiknya baru umur 3 tahun katanya," cerita bapak beranak tiga itu.

Siapa yang Suruh?

Curiga pun terbersit di benak Faqih. Apalagi ketika dia menanyakan tempat tinggal mereka kepada bocah-bocah itu. Mereka hanya mampu mengatakan jika lokasi rumah mereka amat jauh.

Pun ketika anak-anak itu ditanyai soal siapa yang menyuruh mereka keluar tengah malam buta seperti itu? Namun mereka tetap menolak menjawab pertanyaan tersebut. Takut diomeli aku mereka.

"Saya tanya siapa yang omelin? Semua bilangnya 'Ada doang'. Emang disuruh siapa? Dijawab juga akhirnya, katanya dia disuruh orangtua. Rumahnya di mana? Dia bilang jauh. Nah ke sininya ama siapa dijawab ada yang anterin," tutur dia.

Namun percakapan itu harus terhenti malam itu. Faqih merasa ada yang tengah memperhatikannya dari jauh saat dirinya berbicara dengan para bocah-bocah itu.

Tak mau ambil risiko, Faqih pun pulang untuk memanggil rekan-rekannya. Sebab menurut Faqih, mungkin saja orang yang memperhatikan itu preman-preman yang memaksa delapan bocah itu mengemis.

"Nggak lama saya pulang manggil kawan-kawan, maksudnya sekalian aja mau saya antar ke panti terdekat. Eh sudah nggak ada. Pas saya ngobrol sama anak-anak itu ada orang yang fokus merhatiin saya dari jauh," pungkas Faqih. (Ndy/Mut)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya