Liputan6.com, Jakarta - Gara-gara dugaan akan melancarkan aksi terorisme, pengusaha Indonesia berdarah Arab bernama Hadi Yahya Assegaf (39) harus berurusan dengan Polis Diraja Malaysia. Kepolisian Malaysia mendapatkan laporan, Hadi akan menyerang Kedutaan Besar Amerika Serikat, tempat wisata, dan pusat kuliner di Jalan Alor, Kuala Lumpur. Serta, kepemilikan buku-buku tentang Al Qaeda yang ditemukan di dalam apartemennya.
Hadi pun kini menjadi orang asing pertama yang dijerat kasus terorisme di negeri jiran itu. Ayahanda Hadi, Habib Sayid Yahya Assegaf (78) mengatakan, sekalipun sudah mendapat statement dari Perdana Menteri Malaysia Najib Razak bahwa itu bukan terorisme, anaknya tetap ditahan lantaran kepemilikan buku tentang terorisme.
Sebab, berdasarkan informasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang diterima Habib Sayid, undang-undang Malaysia melarang orang memiliki buku terorisme.
Baca Juga
Habib Sayid, yang merupakan bekas orang kepercayaan Susilo Bambang Yudhoyono itu menjelaskan, kini anaknya ditahan di Penjara Sungai Buloh. Di sana, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim juga ditahan.
Advertisement
"Dia sekarang berada satu sel, satu penjara dengan Anwar Ibrahim di Sungai Buloh. Itu penjara ketat di Malaysia," ujar Habib Sayid kepada Liputan6.com saat ditemui di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan, Kamis 5 November 2015).
Hal inilah yang membuat Habib Sayid bersama keluarganya, bahkan anak-anak Hadi sulit menjenguk. Sebab, sebelum menjenguk Hadi, harus menyiapkan surat permohonan seminggu sebelumnya, yang belum tentu diterima pihak Malaysia.
"Satu minggu harus urus surat itu. Karenanya, saya maupun adik atau kakak-kakaknya, bahkan anak-anaknya, sulit untuk menjenguk Hadi. Ketat itu penjara," tutur dia.
Habib Sayid pun merasa kecewa dengan perlakuan seperti itu. Sebab, baik pemerintahan Malaysia maupun pihak kepolisian telah berjanji bahwa keluarga boleh untuk diizinkan menjenguk. Namun kenyataannya, hingga sekarang sangat sulit untuk bertolak ke sana.
"Katanya waktu itu. Kalau keluarga boleh menjenguk. Ya itu dengan catatan keluarga. Tapi sekarang kan tidak bisa," tegas dia.
Karena itu, mantan staf khusus Badan Intelijen Negara (BIN) wilayah Timur Tengah yang telah mengundurkan diri pada tahun 2013 itu, hanya bisa berharap anaknya dilepaskan, karena dia yakin bahwa tak bersalah.
"Kami minta pemerintah Malaysia untuk membebaskan. Karena memang tidak terbukti, apalagi PM Malaysia sudah mengatakan itu bukan terorisme. Saya juga sudah menelepon Menteri Luar Negeri (Retno) untuk berbicara dengan pihak Kedutaan Malaysia di sini. Saya ingin anak saya bebas saja," kata Habib Sayid.
Tunggu Sidang, Rekening Diblokir
Tanggal 11 Desember mungkin tak banyak berarti bagi kebanyakan orang. Namun, lain hanya bagi seorang pengusaha Indonesia berdarah Arab bernama Hadi Yahya Assegaf (39). Nasibnya yang kini berada di balik jeruji penjara Sungai Buloh, Malaysia, juga dipertaruhkan di meja hijau.
Namun, bukan hanya Hadi yang ditangkap oleh pihak Malaysia karena diduga melakukan tindakan terorisme, yang tengah menunggu nasib, tapi juga bagi kelima anaknya. Ayahanda Hadi, Habib Sayid Yahya Assegaf (78), kini trauma dan sulit bermain dengan kawan-kawannya, lantaran ayahnya yang sudah dicap duluan sebagai teroris di negeri jiran.
"Tanggal 11 Desember itu tanggal persidangan. Tapi bagi kami itu terlalu lama. Kasihan kelima anaknya, yang sulit bersekolah dan bergaul lantaran trauma dan shock, karena ayahnya (dicap teroris)," ujar Habib Sayid kepada Liputan6.com di kediamannya, Jakarta Selatan, Kamis (5/11/2015).
Bukan hanya karena trauma saja, Habib Sayid juga menegaskan, anaknya membutuhkan uang. Namun kini pemerintah Malaysia telah memblokir sementara rekening Hadi.
"Rekeningnya sekarang dibekukan. KBRI sudah minta paspor dan KTP untuk uangnya (di bank Malaysia), tapi masih tidak bisa. Saya memohon kepada pemerintah Malaysia. Ini kasihan anak-anaknya. Kalau Hadi sendiri, itu kan sudah risikonya dia," tutur Habib Sayid.
Dia pun mengungkapkan perasaannya, di mana anaknya dan dirinya, tidak pernah ada masalah dengan pemerintah Malaysia. Habib Sayid pun merasa kecewa dengan diberlakukan Hadi, anak ketujuhnya, diperlakukan seperti itu.
"Saya dan anak saya tidak pernah punya masalah dengan Malaysia. Ini kan masalah buku, kok terkesan dibesar-besarin? Apa maunya mereka dengan Malaysia," ungkap Habib Sayid berharap. (Ans/Mut)
Advertisement