Ini Transkrip Diduga Obrolan Setnov, Pengusaha R, dan Freeport

Sudirman Said mengaku telah melaporkan Setya Novanto ke MKD atas tuduhan perbuatan tercela.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 17 Nov 2015, 00:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 00:30 WIB
20151117-Setnov
Ketua DPR Setya Novanto.

Liputan6.com, Jakarta - Janji Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan politikus Senayan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) terbukti. Dia menyambangi Gedung DPR untuk melaporkan dugaan praktik pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.

Saat bertemu MKD, Sudirman Said menyerahkan transkrip rekaman pembicaraan antara politikus berinisial SN yang diduga Ketua DPR Setya Novanto dengan petinggi Freeport MS serta inisial R yang diduga seorang pengusaha. Sudirman mengaku telah melaporkan Setya Novanto ke MKD atas tuduhan perbuatan tercela.

Dalam 3 lembar transkrip pembicaraan yang diterima Liputan6.com, Senin (16/11/2015) tengah malam, terungkap adanya pembahasan antara SN, MS dan R tentang Freeport dan PLTA. Tak hanya itu, nama Menko Polhukam Luhut Pandjaitan juga disebut.

Berikut transkrip pembicaraan tersebut:

Sn: Waktu Pak Luhut di Solo...Pak Luhut lagi disibukkan habis Jumat itu. Kalau bisa tuntas, minggu depan sudah bisa diharapkan. Itu yang sekarang sudah bekerja.

Ms: Coba ditinjau lagi fisibilities-nya pak. Kalau nggak salah Freeport itu off-taker.

R: Saran saya jangan off-taker dulu, kalau off-taker itu akan.....

Ms: Keterkaitan off taker itu darimana pak?

R:..... (suara tidak jelas)

Ms: Bapak juga nanti baru bisa bangun setelah kita kasih purchasing garanty lho Pak. Purcashing garanty-nya dari kita lho pak.

R: PLTA-nya

Ini transkip yang diduga obrolan Setya Novanto catut nama Jokowi soal Freeport. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

Ms: Artinya patungan? Artinya investasi patungan ? 49-51 persen. Investasi patungan, off taker kita juga? Double dong pak? modalnya dari kita, off takernya dari kita juga.

R: Kalau off taker itu.....

Oke deh Kalau Freeport ngga usah ikut

Ms: Ini yang Pak R pernah sampaikan ke Dharmawangsa itu?

R:....(tidak jelas)

Ms: Oh kalau komitmen, Freeport selalu komitmen. Untuk smelter, Desember kita akan taruh 700 ribu dollar. Tanpa kepastian lho pak. Karena kalau kita ngga tahu, kita ngga komit. Sorry 700 juta dollar.

Sn: Presiden Jokowi itu dia sudah setuju di sana di Gresik tapi pada pada ujung-ujungnya di Papua. Waktu saya ngadep itu, saya langsung tahu ceritanya ini waktu rapat itu terjadi sama Darmo...Presiden itu ada yang mohon maaf ya, ada yang dipikirkan ke depan, ada tiga....(kurang jelas)

Tapi kalau itu pengalaman-pengalaman kita, pengalaman-pengalaman presiden itu, rata-rata 99 persen gol semua.

Ada keputusan-keputusan lain yang digarap, bermain kita

Makanya itu, Reza tahu Darmo, dimainkan habis-habisan, selain belok.

Ms: Delobies...

Repot kalau meleset komitmen...30 persen. 9,36 yang pegang BUMN.

Sn: Kalau ngga salah, Pak Luhut itu bicara dengan Jimbob. Pak Luhut itu sudah ada yang mau diomong.

 

Ini transkip yang diduga obrolan Setya Novanto catut nama Jokowi soal Freeport. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

Sn: Saya ketemu menteri ESDM Surabaya beliau bilang ada tiga hal. Satu, penerimaan itu minta ditingkatkan. Kedua adalah privatisasi dari 30 minta 51 persen, mana mungkin. Ketiga adalah pembangunan smalter. Presiden mengatakan kepada saya, saya nggak sependapat pak ketua, karena kita menerima....tapi kita mengeluarkan dana di Papua saja untuk Otsus 35 triliun. Kita sudah dibantu juga CSR, tapi tidak cukup pak ketua. kita besar sekali. Dua smalter kalau di sana lebih lama waktunya. Jadi kalau lihat itu di Gresik ada smelter kecil terus di sana....kita harus paksa untuk percepat pembangunan smalter. Yang ketiga itu masalah penyerahan seal saham dari 30 persen minta 51 persen. Daerah yang sudah 250 ribu hektar itu sudah juga nanti diperbaiki kabupaten yang lain. Pas saya makan, Presiden samperin saya. Pak Luhut mau bicara. Pak Luhut mau memberikan pendapat, terus saya segera ngobrol-ngobrol. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah dimana.....setelah saya pulang....Si Darmo dengan si Ridwan ..... (tidak jelas) diekspos

R : Si Ridwan (?), perlu ketemu itu.

Ms : OK saya sudah baca.

R : ........ (rekaman tidak jelas)

Ms : PLTA? yang mau memiliki sahamnya siapa?

R : Nomininya Pak....dari Pak Luhut.

Ms : Dari pak Luhut?

R: Saham itu juga memang kemauannya Pak Luhut gitu, cari referensi freeport dari pengusaha seperti yang dulu dilakukan oleh kita kepada pengusaha.

Pak  Luhut itu pernah bicara sama Jim Bob di .....

Sn : ini.....di Amerika.

R : di Amerika

R kalau itu bisa diolah rahasia kita berempat saja.

 

Ini transkip yang diduga obrolan Setya Novanto catut nama Jokowi soal Freeport. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

Sn: Jadi kalau pembicaraan Pak Luhut dan Jim di Santiago, 4 tahun yang lampau itu, dari 30 % itu 10 % dibayar pakai deviden.... Ini menjadi perdebatan sehingga mengganggu konstalasi....Ini begitu masalah cawe-cawe itu presiden ngga suka, Pak Luhut dikerjain kan begitu kan...Nah sekarang kita tahu kondisinya...Saya yakin juga karena presiden kasih kode begitu berkali-kali segala urusan yang kita titipkan ke presiden selalu kita bertiga, saya, pak Luhut, dan Presiden setuju sudah.

Saya ketemu presiden cocok. Artinya dilindungi keberhasilan semua ya. Tapi belum tentu kita dikuasai menteri-menteri Pak yang begini-begini.

R: Freeport jalan, bapak itu happy, kita ikut happy. Kumpul-kumpul/kita golf, kita beli private jet yang bagus dan representatif.

Ms: Tapi saya yakin Pak, Freeport pasti jalan.

Sn: Jadi kita harus banyak akal. Kita harus jeli, kuncinya ada pada Pak Luhut dan saya.

Ms: Terima kasih waktunya pak.

R: Jadi follow up gimana? Nanti saya bicara Pak Luhut jadi kapan. Terus Oke lalu kita ketemu. Iya kan?

Sn: Kalau mau cari Pak Luhut harus cepet, kasih tanggung jawab enggak. Gimana sukses, kita cari akal.

(Ali/Ans)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya