Sedekah Laut, Ratusan Nelayan Muara Angke Berebut Sesaji

Menurut Warnita, para nelayan berebut sesaji itu karena membawa berkah. Apapun sesaji yang didapat, para nelayan berusaha mengambilnya.

oleh Oscar Ferri diperbarui 13 Des 2015, 13:42 WIB
Diterbitkan 13 Des 2015, 13:42 WIB
Sedekah Laut
Tradisi sedekah laut di Cilacap. (Liputan6.com/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Jakarta - Suasana perkampungan nelayan Kali Adem, Muara Angke, tampak berbeda dari biasanya. Para nelayan di perkampungan ini tengah berpesta. Pesta laut namanya.

Pesta Laut itu sengaja digelar para nelayan di pasar ikan di ujung utara Jakarta itu untuk memperingati upacara sedekah laut atau biasa disebut Nadran.

"Nadran ini adalah upacara tradisi nelayan di pesisir utara Pulau Jawa," ujar ‎Ketua Panitia Pesta Laut Nelaya Tradisional Kali Adem, Haji Chairman di lokasi, Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (13/12/2015).

Pesta Laut ini diakhiri dengan larung (melepas) sesaji dan kepala kerbau ‎ke tengah laut. Sesaji itu ditaruh di atas sebuah kapal bernama KM Muara Bina Lestari. Kapal berwarna merah putih itu diseret oleh satu kapal nelayan ke tengah laut dari dermaga Kali Adem.

Sampai di tengah laut kapal sesaji itu dilepas. Ratusan kapal nelayan yang ikut mengarak kemudian menabrakkan kapal sesaji itu. Para nelayan kemudian berebut mengambil berbagai sesaji yang ada di KM Muara Bina Lestari. Ada 2 kepala kerbau, ekor kerbau, kulit kerbau, kaki kerbau, isi perut kerbau, sampai darah kerbau mereka berebut mengambil.

Selain itu terdapat juga sajen lainnya, seperti nasi merah putih, nasi kuning, nasi tumpeng ayam hidup, ayam bakar, buah-buahan, telur, ikan asin, ‎dan kembang 7 rupa.

"Sesaji itu merupakan pemberian dari para nelayan. Setiap nelayan memberi sesaji. Kalau kerbaunya sudah kita potong lebih dulu," ujar Bendahara Panitia, Warnita.

Rebutan sesaji terus berlanjut sampai kapal yang terbuat dari kayu dan gedebog pisang itu tenggelam di laut. Sesaji yang mengapung ‎di laut pun turut disambar nelayan yang terjun dan berenang ke laut.

Menurut Warnita, para nelayan berebut sesaji itu karena membawa berkah. Apapun sesaji yang didapat, para nelayan berusaha mengambilnya.

"Misalnya dia dapat sesobek kain. Kain itu dianggap bawa berkah. Diikatkan di tiang kapalnya," ucap dia.

Diharapkan, kata Warnita, dengan sedekah laut ini, para nelayan ke depannya bisa menjadi lebih baik. Terutama dalam hasil tangkapan dan rejekinya.

"Dengan melaksanakan Nadran ini tentunya kami berharap pada musim selanjutnya kami diberikan keselamatan dalam melaut dan memperoleh tangkapan yang lebih banyak lagi," ujarnya.

Pesta Para Nelayan

Pesta Para Nelayan

Larung sedekah laut ini menjadi puncak dari pesta nelayan di Kali Adem. Pesta itu sudah digelar sejak Sabtu kemarin. Mereka mengadakan hiburan, seperti pertunjukkan wayang, debus, sandiwara rakyat, bazar, dan kegiatan lain.

Menurut Carman, dalam Nadran ini, panitia sengaja ‎membuat rangkaian acara itu untuk menghibur masyarakat dan juga wisatawan yang datang.

"Untuk itu, kegiatan Nadran ini kami sengaja gelar selama 2 hari. Dimulai dari Sabtu 12 Desember kemarin," ujar Carman.

Nadran di Muara Angke ini, lanjut dia, sama dengan Nadran yang biasa dilakukan oleh nelayan di Indramayu, Jawa Barat. Apalagi, mayoritas nelayan di sini juga berasal dari Indramayu. Jadi wajar jika kemudian tradisi itu di Indramayu itu digelar pula di Muara Angke.

‎Ratno, salah satu nelayan setempat mengaku, pesta Nadran kali ini lebih meriah ketimbang tahun-tahun sebelumnya. "Ini lebih meriah dari sebelumnya. Banyak warga antusias jadi salah satu buktinya," ucap dia.

Dapat Dukungan

Kegiatan sedekah laut ini juga tak lepas dari dukungan moril dan materil dari sejumlah perusahaan  di Muara Angke. Misalnya dari Pluit City dan Podomoro Land.‎ Dukungan dari perusahaan-perusahaan itu membuat acara ini terlaksana lancar dan meriah.

AVP PR and General‎ Manager Affair PT Muara Wisesa Samudera (MWS)-Pluit City, Pramono mengatakan, dukungan yang diberikan pihaknya dalam rangka menjaga tradisi Nadran yang sudah berlangsung sejak dulu. Selain itu, dukungan itu juga sekaligus untuk menjaga hubungan dengan masyarakat setempat.

"Tradisi yang dilakukan nelayan dalam bentuk Nadran ini merupakan budaya yang perlu dirawat. Dukungan kami ini merupakan bentuk hubungan baik antara kami dan warga Muara Angke yang selama ini terbina," ucap Pramono.

Wakil Direktur Utama Agung Podomoro Land, Noer Indradjaja menambahkan, pihaknya mendukung kegiatan ini karena menghargai adat dan istiadat para nelayan selama ini. Sebab, tradisi ini merupakan kearifan lokasl yang harus dijaga dan dilestarikan.

"Kegiatan ini harus perlu kita dukung bersama. Makanya tak mengherankan kalau banyak dari kami ikut hadir dalam memeriahkan kegiatan Nadran ini," ucap Noer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya