Liputan6.com, Jakarta - Kematian Wayan Mirna Salihin menyedot banyak perhatian bagi publik. Selain karena diduga diracun menggunakan sianida, teka teki siapa dan motif pembunuhnya masih menjadi tanda tanya besar, meski Kepolisian telah menetapkan Jessica Kumala Wongso, teman Mirna, menjadi tersangka.
Pada 12 tahun lalu, tepatnya September 2004, Indonesia juga digegerkan atas kasus pembunuhan menggunakan racun. Kasus itu menjadi catatan kelam sejarah Indonesia, di mana aktivis HAM Munir Said Thalib menjadi korbannya.
Clever Assassin, itulah sebutan bagi para pembunuh yang menggunakan racun, khususnya bagi yang menggunakan zat sianida dan arsenik. Sebab, gejala menjelang ajal, seperti pusing, mual muntah, kehilangan kesadaran dan kesulitan bernapas, tidak memperlihatkan bahwa korbannya telah diracun.
Dari keduanya, bisa tarik persamaan dasar antara kasus Mirna dan Munir. Inilah kemiripan 2 kasus pembunuhan itu yang dihimpun Liputan6.com, Sabtu (6/2/2016):
1. Diracun di Kedai Kopi
Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi kedai kopi kerap dijadikan tempat favorit para pembunuh beracun untuk menghabisi nyawa korbannya. Seperti Mirna yang tewas usai meminum kopi Vietnam mengandung sianida di kedai kopi Olivier, Grand Indonesia, Jakarta.
Sedangkan Munir, yang hendak menuju Belanda, sempat transit di Bandara Internasional Changi, Singapura. Saat itu Munir diduga bertemu Pollycarpus Budihari Priyanto, terpidana kasus pembunuhan Munir yang kini telah menghirup udara segar karena bebas bersyarat.
Kala itu Munir diajak ngobrol dan memesan minuman di outlet Coffee Bean. Menurut ahli forensik dari Universitas Indonesia yang menangani kasus Munir, Mun'im Idris, Munir positif meninggal karena racun arsenik. Mun'im meyakini bahwa Munir tidak diracun di atas pesawat, melainkan pada saat Pollycarpus mengajaknya minum di Coffee Bean Bandara Changi Singapura. Menurut dia, hanya di tempat itulah kemungkinan peracunan Munir bisa terjadi.
Selanjutnya
2. Tak Diketahui Bawa Racun
Hingga kini, meski sudah ditemukan tersangka dalam kasus pembunuhan Mirna, polis belum dapat menemukan atau membuktikan bagaimana tersangka Jessica meracuni Mirna.
Bahkan, belum juga diungkapkan bagaimana cara Jessica memperoleh racun dan menaruh racun tersebut. Sebuah celana jeans Jessica yang diincar polisi hingga kini tak ditemukan. Diduga kuat, ada sisa racun masih tertempel di sana.
Begitu pula dengan kasus pembunuhan Munir. Meski terdakwa pembunuhannya, Pollycarpus telah menjalani masa tahanan 8 tahun penjara dan bebas bersyarat, namun bisa dibuktikan bagaimana Munir diracun.
Sempat muncul dugaan berdasarkan keterangan saksi, bahwa Munir diracun dalam es jeruknya. Hal itu berdasarkan aksi Pollycarpus yang membawa 2 gelas minuman saat bersama Munir.
Namun, pada tingkat Pengadilan Tinggi saat Majelis Hakim menjatuhkan vonis 14 tahun penjara, disebutkan bahwa Pollycarpus melakukan pembunuhan berencana terhadap Munir dengan cara memasukkan racun arsenik ke dalam mi goreng. Tetapi, majelis hakim lainnya, Hakim Sri Handoyo berpendapat pertimbangan majelis hakim tingkat pertama yang menyatakan arsenik masuk ke tubuh Munir melalui mi goreng tidak dapat dibenarkan. Keberadaan arsenik dalam persidangan masih gelap, tidak ditemukan asal-usul arsenik dan siapa yang menaburkan.
Pollycarpus berkali-kali membantah soal pemberian racun di Bandara Changi. Bantahan itu juga ditegaskan saat baru keluar dari penjara saat bebas bersyarat.
3. Racun Populer Bagi Pembunuh
Para pembunuh yang menggunakan racun, khususnya bagi yang menggunakan zat sianida dan arsenik, sering disebut dengan Clever Assassin. Sianida dan arsenik adalah 2 zat beracun yang ditemukan di tubuh Mirna dan Munir. 2 zat itu memang populer digunakan untuk kejahatan.
Misalnya, sianida sempat digunakan tokoh kontroversial Nazi, Hitler yang diduga minum kapsul sianida sebelum menembak kepalanya. Bukan hanya itu, pembunuh Franz Ferdinand, yang memicu Perang Dunia I, Gravilo Princip, sempat ingin mengabisi nyawanya sendiri menggunakan sianida.
Begitu juga dengan arsenik. Salah satu contoh peracunan arsenik, namun gagal adalah kasus percobaan pembunuhan terhadap raja Louise XIV dari Perancis oleh Catherine Deshayes yang menggunakan racun Inheritance Powder (La Poudre de Succession), yang merupakan koktail (campuran) dari arsenik, aconitum, belladonna dan opium. Atas kegagalan usahanya tersebut, Deshayes dinyatakan bersalah melakukan percobaan pembunuhan dan dihukum siksa lalu dibakar.
Advertisement