Cerita Warga Rasakan Bus Transjakarta Terintegrasi Stasiun Tebet

Di samping memberikan nilai ekonomis, keberadaan bus mini transjakarta itu dinilai membuat omzet sopir mikrolet menurun.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 05 Apr 2016, 20:02 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2016, 20:02 WIB
20160104-Tarif BKTB Transjakarta Turun Harga-Jakarta-Yoppy Renato
Tarif Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) dengan Rute PIK-Monas turun harga, Jakarta, Senin (4/1/2016). Tarif BKTB yang semula Rp 6.000 turun menjadi Rp 3.500. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Para penumpang KRL kini mendapatkan kemudahan dalam mengakses bus Transjakarta. Sejak kemarin, bus Transjakarta terintegrasi dengan Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Namun, informasi ini tak banyak yang diketahui oleh masyarakat.

"Saya malah baru tahu ini. Enak dong kalau gitu," ujar penumpang KRL, Yani (33) saat ditemui Liputan6.com di Tebet, Jakarta, Selasa (5/4/2016).

Pantauan Liputan6.com, feeder Transjakarta yang berada di bawah flyover Tebet itu terlihat sepi. Para awak bus mini biru putih itu berkumpul sambil sesekali menginformasikan rute barunya.

Tak lama berselang, seorang penumpang datang dan masuk ke dalam. Bus pun lantas bergegas berjalan meski hanya ditumpangi oleh seorang.

Pembayaran bus feeder Transjakarta dilakukan di dalam. Penumpang dapat menggunakan uang Rp 3.500 atau menggunakan kartu elektrik yang telah bekerja sama dengan PT Transjakarta.

Selama perjalanan, bus tersebut berhenti di setiap halte di pinggir jalan. Para awak menawarkan jasa pengantaran kepada warga. 

David, penumpang bus feeder Transjakarta mengaku sering lalu lalang di kawasan Tebet-Kuningan. Dirinya sudah mengetahui kabar tersebut.

"Seminggu itu bisa 3 kali lewat sini. Saya sudah tahu dari kemarin sebenarnya (ada feeder), tapi baru naik hari ini," ujar dia.

Sebelum feeder Transjakarta beroperasi, David biasanya menggunakan mikrolet 44 untuk menuju kawasan Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan. Dia mengaku senang dengan adanya bus mini tersebut lantaran harganya lebih murah dari mikrolet.

"Naik 44 itu Rp 4.000. Ini enak Rp 3.500, lega plus ber AC lagi," ucap dia senang.

Nasib Sopir Mikrolet

Kendati begitu, dia mengaku prihatin dengan nasib para sopir mikrolet. Ini lantaran jalur yang mereka gunakan mendapat saingan dari bus feeder transjkarta. "Semoga mereka dapat solusi yang baik ke depannya."

Dia menyatakan setuju dengan keberadaan KRL terintegrasi Transjakarta itu. Kebijakan ini sebaiknya diterapkan sejak dulu.

"Ini lebih nyaman. Menurut saya malah terlambat ini. Harusnya dari dulu. Ini kan ngaret-ngaret yang saya tahu. Katanya Januari kemarin mau ada. Turun ke Februari, Maret. Eh sekarang baru," lanjut pria berkaos polo hijau itu.

Selain itu, sosialisasi keberadaan feeder dan rutenya dinilai kurang gencar dilakukan. Media sosialisasi tak banyak ditemui di ruang publik, hanya di tempat tertentu saja.

"Saya juga tahu rutenya baca di media online. Di commuterline juga saya cuma dengar omongan. Harusnya kan ada pamflet atau apa gitu. Biar lebih masif. Ini sepi," terang dia.

Di sepanjang perjalanan memang tidak ditemui adanya pelang atau tanda khusus tentang keberadaan bus feeder di jalur yang mengarah ke koridor 6 Transjakarta itu.

Dengan sosialisasi yang dirasa kurang itu, David khawatir nanti ke depannya layanan tersebut malah tidak berumur panjang.

"Ini masih uji coba kan? Ke depannya gimana nih nanti kalau begini," ujar dia.

"Ini sebenarnya Transjakarta rugi. Tapi ya namanya untuk pelayanan. Ada subsidi pemerintah kan berarti rugi ini," tutup David.

Adapun untuk penumpang yang akan menggunakan Feeder Transjakarta menuju koridor 6, bus akan melewati flyover Saharjo, Jalan Casablanca, Jalan Rasuna Said, Jalan Dr Satrio, dan memutar balik di samping Gedung Sampoerna Strategic Square untuk kembali menuju Stasiun Tebet.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya