VIDEO: Nurani Para Srikandi Indonesia untuk Dunia Pendidikan

Berangkat dari kearifan nurani, wanita-wanita ini berjuang untuk lingkungan sekitarnya.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Apr 2016, 14:03 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2016, 14:03 WIB
VIDEO: Kearifan Para Srikandi Indonesia pada Dunia Pendidikan
Berangkat dari kearifan nurani, wanita-wanita ini berjuang untuk lingkungan sekitarnya.

Liputan6.com, Ciamis - Berangkat dari kearifan nurani, wanita-wanita ini berjuang untuk lingkungan sekitarnya, terutama dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah Heni Sri Sundani.

Bermodal tabungan hasil menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hong Kong, Heni mengembangkan pendidikan di Desa Cigelap, Ciamis, Jawa Barat dengan mendirikan gerakan Anak Petani Cerdas, sekolah gratis bagi anak petani.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (18/4/2016), gerakan ini diwujudkan berdasarkan pengalaman pribadinya yang tak mampu meneruskan kuliah karena ketiadaan biaya. 

"Saya ingin mereka bisa hidup lebih baik dan bisa memutus mata rantai kemiskinan dalam keluarganya. Caranya yaitu satu dengan pendidikan," kata Heni.

Srikandi lainnya adalah Dewi Lestari Pramesty. Mengawali karir sebagai model di Jakarta, dara cantik berusia 27 tahun ini juga piawai memainkan alat musik harpa dan flute. Namun jiwa sosialnya membuat Mesty mendirikan sekolah musik gratis bagi anak-anak kurang mampu.

Kepedulian Mesty tak sampai di situ saja. Akses pendidikan dan kesehatan anak-anak kurang mampu membuat Mesty bersama rekannya mendirikan situs we care.id.

Situs ini ditujukan untuk mengumpulkan donasi guna membantu pasien kurang mampu. Empat bulan berjalan kini sudah sekitar 30 persen pasien yang terbantu dengan aksi nyata Mesty.

Srikandi Indonesia selanjutnya adalah Safrina Rovasita, seorang pengajar anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapenas Yogyakarta.

Sebagai penyandang cerebral palsy atau kelainan otak sejak lahir, membuat Safrina sulit menggerakkan angggota tubuhnya dan berbicara. Profesi sebagai guru menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya.

Sejak kecil Safrina menunjukkan prestasi yang baik. Beberapa tulisannya bahkan dimuat di berbagai media.  Begitu lulus kuliah pada 2010, Safrina langsung diterima sebagai tenaga pengajar honorer di SLB Yapenas, tempatnya dulu menuntut ilmu.

Safrina kini juga mendirikan komunitas pemberi dukungan bagi penderita cerebral palsy.

Langkah Safrina untuk terus berbagi belum berhenti. Karena ia percaya keterbatasan fisik tak menghalanginya untuk terus menebar manfaat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya