Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China menyampaikan protes resmi kepada Pemerintah RI atas insiden penembakan kapal nelayan China oleh kapal TNI Angkatan Laut. Mereka menyebut penembakan itu melukai seorang anak buah kapal (ABK), pada Jumat 17 Juni 2016.
Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Taufiqurrahman membantah tudingan tersebut. Dia menegaskan seluruh ABK yang ditangkap dalam kondisi sehat.
"Tujuh orang kita tangkap dan selamat. Tidak ada yang luka. Satu orang tertembak itu omong kosong. Memang tembakan peringatan ada. Masuk akal enggak ada yang luka satu dibawa ke China? Tujuh orang ada di Ranai," tutur Taufiqurrahman di Mako Koarmabar, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016).
Dia pun menjelaskan prosedur pengamanan TNI AL terhadap kapal asing yang melanggar perairan yuridiksi nasional. Salah satu prosedurnya, tetap memberi keamanan bagi setiap ABK selama mereka tidak melawan.
"Kita tembakan peringatan ke udara. Kalau enggak berhenti, asumsinya mungkin tidak dengar. Jadi kita tembak depan biar ada keliatan flash airnya. Jadi berhenti. Kalau enggak berhenti juga kita tembak di badan kapalnya tapi yang tidak berbahaya," terang dia.
Saat itu, TNI hanya memberi tembakan peringatan ke udara dan tembakan percikan air di sekitar kapal.
Sebelumnya, TNI AL kembali menggagalkan praktik pencurian ikan di Perairan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). Pelakunya adalah kapal pencari ikan berbendera China.
Peristiwa tersebut terjadi Jumat 17 Juni 2016, di Zona Ekonomi Eksklusif Perairan Natuna. Penangkapan dilakukan KRI Imam Bonjol-383 di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat yang tengah berpatroli.