Liputan6.com, Indramayu - Siapa yang tak kenal dengan Harry Potter, tokoh fiksi karya JK Rowling yang mendunia, baik dari novel dan filmnya. Salah satu yang melekat dengan tokoh Harry adalah sapu terbangnya.
Bak Harry dengan sapunya, puluhan orang, baik wanita maupun pria, dewasa ataupun masih remaja dan anak-anak, berdiri sepanjang jembatan Sewo berada di perbatasan Kabupaten Subang hingga Indramayu, Jawa Barat, memegang sapu.
Namun, mereka bukan ingin belajar terbang dengan sapu yang terbuat dari ranting pohon itu. Melainkan, mereka menyapu jalanan aspal demi menunggu uang yang dilempari oleh para pemudik yang hendak ke kota setelah berlebaran di daerah asal masing-masing.
Advertisement
Halimah (33) salah satu warga asli Sukra, Indramayu, menjelaskan mengenai tradisi yang disebut tawur itu. Dia menyebut, menyapu uang jalanan dari pemudik sudah lama dilakoni.
"Ya sudah lama, orang di sini menyebutnya tawur. Dari saya lahir kayaknya sudah ada. Emang dilakukan pas mudik, arus balik atau arus mudik," ucap Halimah di lokasi, Senin (11/7/2016).
Wanita yang berprofesi sebagai sebagai pedagang es itu tak sendiri saat melakukan tawur. Suami yang bekerja sebagai penarik mainan odong-odong, juga ikut serta.
"Ini sama suami juga melakukan hal itu. Kalau sehari-hari mah, saya pedagang es, suami kerja odong-odong," tutur Halimah.
Dia pun menyebut, sapu untuk tawur terbuat dari ranting pohon, dibelinya dengan harga Rp 5 ribu.
"Ini sapu beli. Semuanya beli di sini. Harganya Rp 5 ribu. Enggak tahu, tapi dari ranting pohon apa gitu," tutur Halimah.
Dia mengungkapkan, dari aksi tawurnya dia bisa meraup pundi-pundi uang mencapai Rp 100 ribu. "Biasanya sih mencapai Rp 100 ribu sehari. Ini dilakukan saat mudik dan arus balik. Bisa sebulan saya disini," kata salah satu pengais uang receh tersebut.