Liputan6.com, Jakarta - Munculnya pemberitaan penggunaan vaksin palsu di Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda, membuat ratusan orangtua yang mengimunisasi buah hatinya di sana resah.
Tidak terkecuali ibu muda bernama Ridsa, yang mengaku menjadi salah satu pengguna jasa kesehatan di rumah sakit itu.
Wanita 30 tahun itu mengeluhkan kondisi anaknya yang tampak aneh setelah beberapa bulan menerima vaksin dari RS Harapan Bunda. Anaknya yakni Rasqa yang kini berusia 2 tahun 10 bulan, hingga saat ini mengalami gangguan sulit bicara.
Risda bercerita, saat anaknya masih berusia enam hari, Rasqa telah menerima vaksin di RS Harapan Bunda. Gejala yang tidak biasa baru tampak ketika usia sang anak menginjak 15 bulan atau satu tahun tiga bulan.
Saat itu, setelah tiga hari usai vaksinasi di RS Harapan Bunda, anaknya mengalami panas yang tinggi disertai diare. Karena khawatir, Risda segera membawa Rasqa ke rumah sakit itu untuk berobat.
Namun, sampai di RS Harapan Bunda, Risda malah mendapat rujukan untuk membawa anaknya ke RS Sentra Medika, Cimanggis, Depok. Pihak rumah sakit menurut dia beralasan bahwa peralatan media di sana kurang memadai dalam penanganan kesehatan buah hatinya.
"Katanya banyak bateri dalam tubuh anak saya. Akhirnya di suruh ke RS Sentra Medika. Alasannya peralatan medis gitu," kata Ridsa di RS Harapan Bunda, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat 15 Juli 2016.
Pulang dari perawatan di RS Sentra Medika, anaknya malah terganggu kemampuan bicaranya. Padahal, Ridsa menjelaskan, sejak usia delapan bulan, anaknya itu sudah bisa bicara.
"Ada bukti di Facebook saya. Umur delapan bulan anak saya sudah bisa bicara," ujar Ridsa.
Sebulan setelah kejadian itu, anaknya kembali mengalami sakit tifus atau demam tifoid. Dia membawa anaknya berobat ke RS Harapan Bunda lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Berobat ke sini lagi. Lagi-lagi dirujuk ke Rumah Sakit Sentra. Katanya ya tifoid," jelas dia.
Akhirnya, sampai usia Rasqa yang kini menginjak dua tahun sepuluh bulan, kondisi sang anak masih belum berubah. "Sampai sekarang anak saya belum bisa bicara. Saya khawatir kan sejak baru lahir vaksin terus di sini," keluh Ridsa.
Dia membeberkan, beberapa orangtua yang menggeruduk RS Harapan Bunda hari ini, punya sejumlah keluhan setelah anak mereka mendapat vaksin.
"Ada juga ibu-ibu yang datang ke sini bilang tumbuh kembang anaknya jadi lambat," kata Ridsa.
Ratusan orangtua mendatangi RS Harapan Bunda, setelah mengetahui bahwa rumah sakit itu masuk dalam daftar pengguna vaksin palsu. Warga menggeruduk rumah sakit untuk meminta pertanggungjawaban dan penjelasan.
Kini, para orangtua sudah mendapatkan pernyataan dari pihak RS Harapan Bunda. Namun, situasi di rumah sakit sempat memanas. Pihak kepolisian dan petugas keamanan rumah sakit pun turun untuk melakukan pengamanan.
Baca Juga
Buka Loket Pengaduan
Advertisement
Setelah dinyatakan sebagai rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu oleh Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Harapan Bunda kebanjiran pengunjung yang umumnya orangtua korban vaksin palsu.
Pihak rumah sakit pun membuka loket pendaftaran kepada para pasien vaksin palsu. Di mana, mereka akan didaftar dan dapat melakukan medical check up di ruang Hospital Service Controller (HSC).
"Sudah seratus lebih yang mendaftar. Tapi angka pastinya belum tahu," ucap salah satu staf HSC, Nunung, di lokasi, Jakarta, Jumat 15 Juli 2016 malam.
Menurut dia, pihaknya akan terus membuka pendaftaran hingga seluruh pasien terdata.
Meski demikian, hal ini tak membuat para orangtua korban vaksin palsu puas. Rudi (36), salah satu orangtua korban vaksin palsu menilai loket tersebut tidak efektif, dan harusnya ada posko informasi.
Menurut dia, posko tersebut merupakan bagian dari kesepakatan antara pihak RS dengan para orang tua. "Sayangnya posko sampai saat ini belum ada. Padahal itu sudah ada kesepakatan. Ini harus segera dibenahi," tandas Rudi.
Netizen Ikut Geram
Tak mau kalah, netizen pun ikut geram dengan penyebaran vaksin palsu. Bebarapa cuitan berisi tuntutan kepada pemerintah untuk menindaklanjut kasus ini tegas bermunculan. Netizen berharap para tersangka kasus ini dihukum mati.
gemmy1411 misalnya menulis: @jokowi bpk, tolong pembuat vaksin palsu dihukum mati saja, menurut saya sama bahayanya dg penyelundup/pembuat narkoba." kicau gemmy1411, Jumat 15 Juli 2016.
Ada juga @WillaRocky yaang menuliskan: Ini kejahatan yg hrs dihukum mati juga menurut gue!!"
Sedangkan pemilik akun @TRosantini menilai vaksin palsu lebih parah daripada narkoba: 'Menurut saya, pembuat dan pengedar vaksin palsu lebih parah daripada pengedar narkoba,' cuitnya.
Kasus vaksin palsu sampai saat ini masih menjadi bahan pembicaraan netizen di media sosial twitter. Pembicaraan kasus ini masih masuk sebagai trending topic Indonesia. (Linus Sandi Satya)