Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tidak kenal ondel-ondel? Kesenian dari Betawi ini bisa di bilang sebagai maskotnya kota Jakarta.
Ondel-ondel biasa tampil 'memimpin' barisan dalam acara perkawinan ataupun sunatan, berjalan berarak-arakan keliling kampung dan kehadirannya diiringi tanjidor atau musik gambang kromong.
Seiring berjalannya waktu, ondel–ondel kini dimanfaatkan oleh warga Jakarta untuk mencari nafkah. Walaupun sudah ada peraturan daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum yang salah satu pasalnya memuat pelarangan pengamen beroperasi di Jakarta, boneka raksasa yang terbuat dari bambu ini tetap dijadikan alat untuk mengamen.
Advertisement
Salah satu warga Jakarta yang memanfaatkan ondel–ondel untuk mencari nafkah adalah Mulyadi (48). Warga Kramat Pulo, Jakarta Pusat ini mengaku sudah sekitar tujuh tahun mencari nafkah dari ondel–ondel.
Ia pernah menjadi pengamen ondel–ondel, namun sekarang profesi itu dilanjutkan oleh anak–anaknya. Sekarang ia hanya mengurusi penyewaan dan penjualan ondel–ondel.
Mulyadi kini membuat ondel-ondel sendiri dengan merekrut tetangga sekitar rumah. Dia juga biasa menerima pesanan dari perkantoran.
Menurut Mulyadi, peraturan perda hanya melarang ondel–ondel untuk main di jalan–jalan besar.
"Kalau tentang perda itu sih kita udah diarahin sama orang Depsos (departemen sosial), asalkan enggak main di jalan besar enggak apa-apa. Sebatas jalan gang-gang kecil di kampung gitu aja" jelas dia, Jakarta, Kamis 8 Desember 2016.
Ayah Mul, begitu dia disapa warga sekitar ini menceritakan pengalamannya saat masih mengamen ondel–ondel. "Saya pernah lagi ngamen, eh ondel-ondelnya jatuh terus rusak. Akhirnya enggak jadi ngamen," kenang dia.
Dia mengaku, dalam sehari bisa mengantongi uang sekitar Rp 300.000 dari mengamen ondel-ondel. Namun, jumlah tersebut tidak menentu.
"Tapi tergantung cuaca. Kalau hujan sepi," kata Mulyadi.
Boneka ondel-ondel terbuat buat dari rangka bambu sehingga memudahkan orang untuk membawanya kemana-mana. Ondel-ondel biasanya terdiri dari 2 jenis yaitu laki-laki dengan topeng merah dan berkumis dilengkapi kostum berwarna gelap. Sedangkan perempuan bertopeng putih dengan bibir bersaput lipstik merah. Sang perempuan mengenakan kostum berwarna cerah.
Selain mengamen di daerah Jakarta, anggota pengamen ondel–ondel milik Mulyadi ini mengamen di beberapa wilayah Jabodetabek.
"Jadi mereka diantar ke sana. Sekitar jam 1 siang berangkat, sampai sana terus langsung main sampai biasanya abis ashar," jelas Mulyadi
Ondel–ondel Mulyadi biasanya dimainkan lima orang, untuk pemain dengan alat rekaman, dan paling sedikit 12 orang untuk pemain dengan alat musik langsung seperti tehyan (mirip biola), gendang, kempul, kenong, gong, dan kecrekan. (Seysha Desnikia)