Liputan6.com, Jakarta Tidak saja dalam praktik penanaman yang masih menggunakan sistem tradisional, namun dalam pemasaran petani Indonesia juga menggunakan teknik yang dikembangkan secara turun temurun.
“Kita, Indonesia soal teknologi pertanian sudah ketinggalan dengan petani di India,” kata Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai Peluncuran Aplikasi Petani Jateng di Lapangan Jatiyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (19/12/2016).
Ganjar mencontohkan, dalam penerapan aplikasi berbasis teknologi pertanian, petani di Indonesia tertinggal jauh dengan petani di negara India.
Advertisement
Di India, petani memanfaatkan teknologi informasi sejak lama. Informasi khusus pertanian menjadi pilihan untuk menjual komoditas hasil pertanian.
Ganjar mencontohkan, satu kelompok tani yang di Indonesia disebut Gapoktan di India pasti ada satu orang yang menguasai teknologi informasi.
"Tahun 2006 saya ketemu petani India. Selalu ada satu orang yang ngurusi komputer. Yang lain ndak bisa dan mengantre. Mereka bertanya, kira-kira komoditas ini harganya berapa. Saat antre, dia (IT) mengatakan, ini lho PR mu. Jualnya ke sini, ke sini, yang mau beli ini. Jadi mempertemukan petani dan pembeli. Maka, petani langsung mendapatkan manfaatnya," tegas politikus PDIP ini.
[Ganjar Pranowo](Ganjar Pranowo "") mendorong para petani memanfaatkan aplikasi Petani Jateng sebab, melalui aplikasi Petani Jateng, segala persoalan tentang pertanian bisa terpecahkan, tanpa perlu menunggu penyuluh.
"Kalau petani, kelompok tani bisa kita bantu dengan aplikasi ini, harapannya, apapun masalah pertanian, bisa didiskusikan di situ. Nggak perlu nunggu penyuluh. Termasuk, komoditas apa yang dimiliki untuk dijual, bisa di-upload," ungkap Ganjar.
"Tidak usah pakai tengkulak. Tengkulake njenengan dewe (Tengkulaknya anda petani sendiri). Tawakke (Tawarkan). Ini kebiasaan yang mau coba kita dorong. Sehingga, petaninya meningkat kesejahteraanya," ujar mantan anggota DPR RI dua periode ini.