Bomber Kampung Melayu Tidak Sekolahkan 2 Anaknya

Ahmad Sukri, pelaku bom Kampung Melayu, Jakarta Timur, enggan berhubungan dengan warga sekitar rumah kontrakannya.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 01 Jun 2017, 13:50 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2017, 13:50 WIB
20170601-penggeledahan-garut-teroris
Suasana penggeledahan di rumah bomber Kampung Melayu di Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Ahmad Sukri, pelaku bom Kampung Melayu, Jakarta Timur, enggan berhubungan dengan warga sekitar rumah kontrakannya. Bahkan, seluruh anaknya tidak pernah mengenyam pendidikan formal.

Padahal, kedua anaknya telah memasuki usia sekolah. Anak Ahmad paling besar, A, berusia 9 tahun, sedangkan yang kedua sudah 5 tahun.

Selama ini, mereka hanya diajar oleh Ahmad Sukri dan istrinya.

"Saya pernah tanya anaknya yang paling besar A, katanya belajarnya cukup sama abi dan umi di rumah," ujar Susi, salah satu warga Kampung Cempaka menirukan ucapan anak Ahmad Sukri, saat ditemui, Kamis (1/6/2017).

Menurut dia, selama berada di Kampung Cempaka, RT 01/06, Kelurahan Lebak Jaya, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, Ahmad beserta keluarganya terkenal tertutup. Ahmad dan istrinya enggan bergabung dengan warga sekitar.

Namun, kedua anaknya masih diperbolehkan bermain dengan bocah di kampung.

"Kalau anaknya biasa bermain, tapi itu Pak Ahmad Sukri dan istrinya jarang bertemu warga, paling kadang-kadang saya bertemu istrinya di warung," ucap Susi.

Bahkan saking tertutupnya, seluruh kaca rumah kontrakan yang ditempati terduga bomber Kampung Melayu tersebut sengaja ditutup kardus bekas. "Banyak sekali kardus di rumahnya untuk menutup kaca rumahnya, kita tidak tahu isi rumahnya," kata Susi.

Namun, Susi mengetahui pekerjaan utama Ahmad Sukri adalah penjahit baju muslim. "Biasanya hanya melayani pesanan saja melalui online, ada baju koko, gamis, tapi terbatas," lanjut dia.

Endin warga Kampung Cempaka lainnya menambahkan anak Ahmad Sukri berjumlah tujuh orang. "Yang di sini (RT 01) dua orang, yang di RW 03 kalau tidak salah lima," ujar Endin.

Selama ini, dia mengaku sulit bertemu dan mengenali Ahmad dan keluarganya. "Istrinya kan pakai cadar, Pak Ahmad sendiri kadang (bertemu) kalau ke masjid, paling anaknya yang laki-laki dan perempuan yang masih kecil sering bermain sama anak-anak," ungkap Endin.

Namun, sekitar dua pekan terakhir sebelum ledakan bom Kampung Melayu terjadi, Neni, salah satu istri Ahmad Sukri yang tinggal di RT 01 mengaku akan pulang ke Bogor. Dia pulang karena ingin berpuasa di rumah orangtuanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya