Liputan6.com, Jakarta - Ibu dari bocah SD korban persekusi dan bullying (perisakan) yang diberi julukan Ahok oleh teman sekolahnya di Pekayon, Jakarta Timur, mengaku khawatir dan sedih dengan nasib anaknya. Hal itu menjadi beban pikiran yang sulit dihilangkan.
Perempuan bernama Albina Alverina itu menyampaikan, anaknya tidak bercerita tentang hal yang menimpanya jika tidak ditanya. Setelah menerima perlakuan kasar, dia mulai menanyakan detail masalah si anak selama bersekolah.
"Dikatai-katain, di-bully Ahok. Sering dibilang Ahok. Jadi dia sudah bosan dengerinnya. Dia enggak mau (dipanggil Ahok)," tutur Albina di Polsek Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa 31 Oktober 2017.
Advertisement
Albina menyebut, bocah laki-laki kelas 3 SD itu mendapatkan cedera di tangannya akibat perisakan dari teman sekelasnya. Awal dari situlah, dia sadar kalau si anak tidak mendapat perlakuan yang semestinya di sekolah.
"Di situ juga, di sekolah, sering dikeroyok sama temannya. Habis itu ditusuk kemarin tangannya pakai pulpen, berdarah. Jadi sudah enggak sekolah dua minggu," jelas dia.
Setelah kejadian itu, Albina mendatangi pihak sekolah dan meminta kepada wali kelas anaknya agar diberi izin tidak masuk sekolah lantaran sakit. Dia juga menceritakan ke wali kelas bocah berinisial JSZ itu bahwa anaknya tidak dapat menulis.
"Jadi dia itu enggak sekolah ada dua minggu kurang lebih. Saya seminggu itu saya rayu-rayu ayo dek sekolah. Enggak mau lagi saya mah. Takut saya," kata Albina menirukan anaknya.
Dia juga merasa terkejut setelah tahu ternyata guru yang berada di sekolah mengetahui peristiwa itu. Pengakuan anaknya, saat menangis, ada guru yang akhirnya bantu mengobati.
"Saya bilang (tanya) dia, kalau kamu dipanggil dikatain Ahok pernah enggak gurumu dengar? Ya gitu aja mah. Jadi saya pikir berarti didengar dong. Saya yakin percaya ke guru," Albina menandaskan.
Penyuluhan soal Kebinekaan
Kasus persekusi dan perisakan bocah SD di Pekayon akhirnya selesai dengan kekeluargaan. Orangtua JSZ, sudah memaafkan pelaku persekusi terhadap anaknya.
Tak ingin peristiwa itu terulang, pihak sekolah di SD Pekayon akan memberikan penyuluhan kepada para siswanya tentang perbedaan dan kebinekaan.
"Pihak janji akan sekolah memberikan penyuluhan terhadap siswa soal kebinekaan," ujar Kuasa hukum korban, Achmad Budi Prayoga kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Sementara itu, kondisi JSZ sendiri, kata Budi, sudah cukup baik dan tak lagi merasa tertekan.
"JSZ sudah bertemu teman-temannya tadi malam, sudah baik. Dia sendiri tidak ada masalah. JSZ sendiri melihat kepala sekolahnya nangis justru kasihan," kata Budi.
Sebenarnya, kata Budi, dalam kasus ini tak ada sentimen SARA. Sebab, kata dia, anak-anak hanya berpikir polos.
"Mereka hanya melihat pemberitaan politik jadi mereka ikut-ikutan, kebetulan JSZ secara fisik seperti orang China, padahal orang Nias," ujar dia.
Budi berharap, seluruh kepala sekolah dan Kemendikbud terus menanamkan nilai-nilau kebinekaan dan toleransi kepada para anak didik.
Saksikan video di bawah ini:
Advertisement