PKL Tanah Abang Bersitegang soal Tempat Jualan

Tak lama berselang 50 meter dari peristiwa pertama, keributan serupa terjadi antara PKL Tanah Abang.

oleh Anendya Niervana diperbarui 23 Des 2017, 11:07 WIB
Diterbitkan 23 Des 2017, 11:07 WIB
PKL Tanah Abang
Tenda pedagang kaki lima berdiri di Jalan Jati Baru Raya, Jakarta, Jumat (22/12). Terkait penataan PKL, Pemprov DKI Jakarta mulai menutup sepanjang jalan di depan Stasiun Tanah Abang pukul 08.00-18.00 WIB. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan telah memperkenalkan konsep baru penataan kawasan Tanah Abang sejak Jumat, 22 Desember 2017. Pemprov memasang tenda-tenda untuk PKL berjualan di jalan raya.

Dengan alasan memperhatikan kesejahteraan pedagang, Pemprov DKI menutup ruas jalan sepanjang 400 meter di depan Stasiun Tanah Abang dari kendaraan. Ruas jalan yang ditutup selama pukul 06.00 hingga 18.00.

Namun hari ini Sabtu (23/12/2017), pantauan Liputan6.com, beberapa pedagang bersitegang. Perseteruan itu lantaran salah seorang pedagang yang menempati kawasan baru PKL Tanah Abang diduga tidak mempunyai nomor urut tenda yang sebelumnya sudah dibagi-bagikan Pemprov.

"Ibu nomor urutnya mana? Jangan tempatin sembarangan dong," cecar pedagang lain.

Tak lama berselang 50 meter dari peristiwa pertama, keributan serupa terjadi. Salah seorang pedagang diduga menempati lahan berjualan orang lain.

"Enggak ribut sih, ini paling cuma memastikan nomor (urut) saja," ujar salah seorang pedagang saat dikonfirmasi penyebab perseteruan tersebut.

Pedagang yang enggan memberi tahu identitasnya ini mengaku, tidak mendapatkan lahan berjualan di area baru. Dia juga mengaku tidak mendapat tenda. Ia mengungkapkan bahwa nomor urut diutamakan bagi pedagang yang tinggal di kawasan Tanah Abang.

Salah seorang pedagang yang juga tidak mendapatkan nomor urut, Sulis (31), mengungkapkan alasan serupa.

"Saya bukan warga sini (Tanah Abang) soalnya, yang dapat nomor umumnya penduduk sini," ujar Sulis ketika ditanya Liputan6.com.

Senyum PKL Dapat Tenda

PKL Tanah Abang
Tenda pedagang kaki lima berdiri di Jalan Jati Baru Raya, Jakarta, Jumat (22/12). Terkait penataan PKL, Pemprov DKI Jakarta mulai menutup sepanjang jalan di depan Stasiun Tanah Abang pukul 08.00-18.00 WIB. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Senyum Sherli (50) terus membingkai wajahnya saat memindahkan barang dagangannya ke tenda merah di depan Stasiun Tanah Abang, pagi ini. Sherli merupakan satu PKL yang beruntung mendapat jatah tenda dari Pemprov DKI.

"Saya dapat tenda nomor 12," ujar Sherli yang menjual baju pakaian pria dan wanita itu.

Sherli mengaku sangat senang bisa menjadi pedagang resmi. Selama ini, dia bersama teman-temannya menduduki trotoar di depan stasiun Tanah Abang Baru.

Kini dengan tenda baru, Sherli mengaku tidak takut lagi terjaring razia oleh Satpol PP. "Biasanya diuber-uber, takut. Sekarang bisa tenang. Senangnya 1.000 kali (lipat)," ucap Sherli.

Warga Kampung Bali itu yakin tidak akan ada penurunan omzet jualan, meski tidak lagi berdagang di trotoar Tanah Abang. Apalagi, saat ini menjelang musim liburan, dia optimistis dagangannya akan ludes diborong pembeli.

"Di sini juga ramai banget kok, pasti laris tetap," kata dia.

 

Pedagang Blok G Menjerit

PKL Tanah Abang
Suasana aktivitas di Jalan Jati Baru Raya, Jakarta, Jumat (22/12). Terkait penataan PKL, Pemprov DKI Jakarta mulai menutup sepanjang jalan di depan Stasiun Tanah Abang pukul 08.00-18.00 WIB. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Di tengah kegembiraan pedagang kaki lima (PKL) Tanah Abang yang mendapatkan lapak resmi berupa tenda dari Pemprov DKI, para pedagang kios resmi di Pasar Blok G Tanah Abang justru menjerit kecewa.

Salah satu pedagang Blok G, Yeni (52), mengaku bingung bagaimana nasib para pedagang yang berada di kios resmi di dalam blok-blok pasar Tanah Abang.

"Kecewa besar ya, saya merasa gubernur sekarang PKL ditata, yang kita mau dikemanakan Pak Gubernur?" ujar Yeni di Tanah Abang, Jumat (22/12/2017).

Bila PKL diresmikan, Taufik, seorang pedagang Blok G, menyebut dagangan para penjual di toko atau kios otomatis akan sepi.

"Kalau diresmikan PKL-nya, kita tambah sepi. Kita bingung, kita semrawut, ke Blok G akses juga kesulitan," katanya.

Senada dengan Yeni, Taufik juga tidak setuju dengan dilegalkannya PKL di Tanah Abang.

"Kenapa meresmikan? PKL balik lagi ke jalan, kita enggak setuju," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya