Sandiaga Bandingkan Sepinya Mal dan Ramainya Tanah Abang

Berdasarkan data dari Transjakarta, ada 10 ribu pengguna moda transportasi Tanah Abang Explorer yang menjelajahi lokasi tersebut.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 28 Des 2017, 10:54 WIB
Diterbitkan 28 Des 2017, 10:54 WIB
Meski Sudah Difasilitasi Tenda, Masih Banyak PKL yang Berjualan di Trotoar
Pedagang minuman dan jajanan berjualan diatas trotoar di Jalan Kebon Jati, Tanah abang, Sabtu (23/12). Banyaknya PKL yang berjualan di trotoar membuat sulit para pejalan kaki yang melintas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyampaikan, tenda Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah ditata Pemprov DKI di Tanah Abang, Jakarta Pusat menarik banyak pengunjung.

Berdasarkan data dari Transjakarta, ada 10 ribu pengguna moda transportasi Tanah Abang Explorer yang menjelajahi lokasi tersebut.

"Sebagai informasi, Transjakarta Explorer Tanah Abang menembus angka 10 ribu. Tidak mudah angka 10 ribu ditembus dalam jangka waktu dari satu minggu. Berarti di mana mal-mal lain sepi, tempat perdagangan lain tutup, di Tanah Abang semakin meningkat pengunjung," tutur Sandi di Jambore Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (28/12/2017).

Untuk itu, Sandi meminta Satpol PP dan Dinas Perhubungan DKI untuk dapat menata PKL di sana. Bagi dia, PKL adalah pedagang kecil yang menjadi tulang punggung warga saat Ibu Kota mengalami krisis.

Mereka pun tidak seperti konglomerat besar yang selalu meminta keringanan kiri kanan dan pengemplang pajak.

"Sudah menembus 10 ribu, tidak mudah. Dirut Transjakarta sendiri terkaget-kaget dia melihat ini. Suatu pencapaian yang relatif sangat cepat dalam kurun waktu yang mereka tidak pernah bayangkan sebelumnya," jelas dia.

Sementara untuk para PKL yang masih menggelar dagangan di trotoar alias membandel, Sandi meminta Satpol PP bergerak persuasif. Pemprov akan terus mencari solusi bersama dengan Satpol PP agar dapat diarahkan ke lokasi layak berjualan.

"Beri mereka penertiban yang manusiawi. Mereka yang masih ada trotoar itu diarahkan kemana. Karena sebelumnya sudah kita data bersama Pol PP dan kecamatan, kita data semuanya. Hasil pendataan itu 394. Tapi begitu ditata, tempat itu menjadi seperti gula. Semua ingin hadir di sana," Sandi menandaskan.

Solusi Blok G

Meski Sudah Difasilitasi Tenda, Masih Banyak PKL yang Berjualan di Trotoar
Sejumlah pedagang kaki lima berjualan diatas trotoar di Jalan Kebon Jati, Tanah abang, Sabtu (23/12). Banyaknya PKL yang berjualan di trotoar membuat sulit para pejalan kaki yang melintas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pedagang di Blok G, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku gerah dengan kebijakan yang memperbolehkan tenda pedagang kaki lima didirikan di jalan. Selain membuat sepi pembeli, pedagang juga mengeluhkan ditutupnya arus lalu lintas yang menjadikan calon pembeli ogah ke Blok G.

Sandiaga mengatakan, saat ini pihaknya tengah mencari solusi terkait sepinya pembeli di Blok G. Selain menutup peluang pedagang yang mau membuka tenda di jalan lagi, pihaknya juga akan kembali membangun kawasan Blok G.

"Kita lagi cari intervensinya secara temporer, karena Blok G itu sendiri akan dibangun kembali secara masif," kata Sandi di Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (27/12/2017).

Sandi melanjutkan, rencananya Blok G akan jadi tempat pemberhentian atau transit LRT.

Selain itu, pihaknya juga berencana menghidupkan Blok G dengan membuka arena olahraga. Dari situ diharapkan mampu menyedot minat calon pembeli.

"Mungkin jadi tempat pemberhentian dari LRT, dalam sarana yang terintegrasi jadi untuk sementara apakah bisa jadi olahraga, futsal atau coworking space bisa cepat diadakan, sehingga kembali traffic-nya ke Blok G. Ini pemikiran yang sekarang lagi berkembang," ucap dia.

Tak Sesuai Harapan

Meski Sudah Difasilitasi Tenda, Masih Banyak PKL yang Berjualan di Trotoar
Pengendara motor melintas diatas trotoar yang samping kanan-kirinya dipenuhi pedagang kaki lima di Jalan Kebon Jati, Tanah abang, Sabtu (23/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sandi mengakui memang Blok G sepi pembeli. Menurut dia, hal itu lantaran Blok G tidak lagi terintegrasi dengan jalur transportasi.

Apalagi warga atau calon pembeli dirasa lebih suka berbelanja di bawah kawasan Tanah Abang.

"Dari awal sudah sepi, karena memang itu enggak terintegrasi dengan traffic-nya gitu. Karena berdiri sendiri (Blok G), lama-kelamaan akan turun sendirinya secara natural karena memang pasarnya itu ada di bawah," dia memungkasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya