Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih Bupati Jayawijaya Wempie Wetipo sebagai calon gubernur di Pilkada Papua 2018. Sementara, sebagai wakil gubernurnya, Megawati memilih Habel Melkias Suwae.
Dia menyebut, Wempie tak hanya memiliki paras yang tampan, tapi juga cerdas.
Baca Juga
"Insyaallah yang saya temukan orangnya ini. Kalau saya lihat orangnya ganteng. Jadi Beliau ini namanya Wempie Wetipo," ucap Megawati di kantor DPP PDIP Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Advertisement
Dia menyebut tagline kampanyenya adalah Papua Cerdas. Tag tersebut belajar dari strategi Bung Karno.
"Jadi, saya merasa selalu masyarakat Papua harus cerdas. Kunci pembangunan Papua adalah pendidikan," tutur Megawati.
Dia menuturkan, Wempie Wetipo banyak memperoleh penghargaan saat menjabat sebagai kepala daerah. Salah satunya, penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Yang paling hebat mendapat penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Lalu, mendapat penghargaan dari Kementerian Keuangan atas penilaian tertinggi dari BPK terkait pengelolaan keuangan di Kabupaten Jaya Wijaya," ucap Megawati.
Mega menambahkan, cawagub Papua yang diusungnya, Habel Melkias Suwae, juga memiliki banyak prestasi, selain perawakannya yang tinggi dan besar.
"Ketika menjabat Bupati Jayapura, banyak pihak datang berguru kepadanya, karena sukses melaksanakan Program Pemberdayaan Distrik (PPD) yang kemudian diubah menjadi Program Pemberdayaan Distrik dan Kampung (PPDK). Program tersebut kemudian dibukukan menjadi sebuah buku yang berjudul Suara Hati yang Memberdayakan," ucap Megawati.
Pemilihan Wempie-Habel
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih Bupati Jayawijaya Wempie Wetipo sebagai calon gubernur Papua di Pilkada Serentak 2018. Sementara, sebagai wakil gubernur, Megawati memilih Habel Melkias Suwae.
"Calon Gubernurnya Wempie Wetipo dan wakilnya Habel Melkias Suwae," ujar Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, PDIP memilih sosok pemimpin, bukan pengejar kekuasaan.
"PDI Perjuangan mencermati begitu banyak yang memiliki ambisi pada kekuasaan, dan mengabaikan bagaimana cara mengelola kekuasaan yang baik untuk rakyat," ujar Hasto.
Dia memberi alasan, kontestasi Pilkada 2018 terasa unik karena diikuti oleh sejumlah calon yang sebenarnya sudah punya jabatan empuk dan kekuasaan.
"Pilkada 2018 aneh. Ada yang sudah jadi menteri ingin jadi gubernur, ada yang semula ngotot ingin menjadi gubernur, mendadak berubah menjadi wakil gubernur, ada yang sedang mengubah kepribadian dengan mendadak tebar pesona. Pendeknya, pragmatisme kekuasaan begitu kentara hari-hari ini," tegas Hasto.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement