Liputan6.com, Jakarta - Menjadi menteri di Indonesia dijamin akan dipenuhi beragam fasilitas. Salah satunya fasilitas kendaraan untuk menunjang mobilitas sehari-hari. Karena terhitung pejabat negara, para menteri juga mendapat fasilitas mobil dinas yang bagus, meski tak eksklusif seperti sang presiden dan wapres.
Namun, bagus tidaknya fasilitas ini harus dilihat dari era pemerintahan saat sang menteri menjabat. Misalnya, mobil dinas menteri pada era sebelumnya belum tentu akan dilihat sebagai kendaraan mewah pada era sekarang.
Advertisement
Lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak kendaraan yang digunakan untuk keperluan dinas aparatur negara, termasuk menteri. Beda presiden, berbeda pula seleranya memilih tunggangan buat sang menteri, termasuk pertimbangan anggaran yang tersedia tentunya.
Di era Presiden Sukarno, para menteri mendapatkan fasilitas mobil dinas buatan Amerika Serikat, bermerek Dodge Dart 63. Mobil dengan kapasitas 2.800 cc tersebut digunakan menteri, perdana menteri, dan wakil perdana menteri.
Dart adalah mobil yang diproduksi divisi Dodge Chrysler Coorporation pada 1960-1976 di Amerika Utara. Nama Dart awalnya muncul pada pameran mobil tahun 1957 yang menampilkan tubuh mobil yang dirancang coach builder Italia, Carrozerie Ghia.
Awalnya, mobil tersebut diproduksi sebagai kendaraan murah. Barulah pada 1960, Dart dibuat lebih pendek dan berkembang di tahun 1963-1976 menjadi berukuran lebih kompak. Mobil-mobil tersebut di antaranya digunakan Menteri Negara dan Wakil Ketua II Comite Central PKI Nyoto.
Volvo 264 GL
Pada 1978, anggota kabinet Presiden Soeharto diberi sebuah Volvo 264 GL berwarna hitam yang berkesan eksklusif dan mewah. Tampilan yang klasik itu membuat Volvo dianggap pas untuk menambah wibawa para pejabat tinggi Kabinet Pembangunan.
Mungkin puas akan kinerja Volvo, pada 1982 pemerintah kemudian mengganti Volvo 264 GL dengan Volvo 264 GLE yang memiliki spesifikasi lebih baik dibanding Volvo sebelumnya, walau secara umum masih sama untuk kendaraan dinas menteri Kabinet Pembangunan.
Tak heran, pada masa-masa ini Volvo dianggap sebagai kendaraannya para pejabat. Setiap ada Volvo yang lewat, seolah di dalamnya ada pejabat. Padahal bisa saja pemiliknya adalah pengusaha atau orang kaya yang baru dapat warisan.
Advertisement
Volvo 960
Pada era Kabinet Reformasi yang dipimpin Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri, Volvo masih menjadi pilihan meski dengan tipe berbeda, yaitu Volvo 960.
Mobil ini merupakan bekas kendaraan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi APEC 1992. Saat itu Soeharto memborong mobil yang disediakan bagi para pemimpin sejumlah negara. Oleh karena itu, boleh dibilang Volvo S90 ini menjadi mobil dinas menteri paling awet karena dipakai menteri dari 4 kabinet yang berbeda.
Volvo 960 pertama kali diproduksi pada 1991 di Amerika Serikat. Mulai 1992 hingga 1998 dikerjakan di Swedia. Sejak 1998, mobil ini berubah nama menjadi S90.
Toyota Camry V6
Pada awal masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kejayaan Volvo sebagai mobilnya pejabat terhenti karena digantikan Toyota Camry V6. Mobil ini dipakai para pejabat negara, yaitu 34 menteri kabinet, 3 pejabat setingkat menteri, dan para pemimpin lembaga tinggi negara seperti Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, dan Ketua MA.
Entah mengapa tiba-tiba Volvo yang terkenal sebagai mobil paling aman dan nyaman digantikan oleh sebuah Toyota yang setingkat di atas Corolla.
Karena hal ini, ada yang bilang mungkin setelah bangkit dari krisis moneter 1998 keuangan negara masih belum bagus sampai tidak sanggup membeli eksekutif sedan untuk para menteri negara atau memang ada kongsi dengan Toyota.
Namun sepertinya, pemerintah saat itu mempertimbangkan reliabiliti sebuah mobil untuk dinas. Camry generasi XV30 ini bertugas sampai sekitar 2009 saat Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 terbentuk.
Advertisement
Toyota Crown Royal Saloon
Toyota Crown Royal Saloon menjadi kendaraan dinas para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, setelah mobil dinas menteri KIB I, yaitu Toyota Camry tak lagi digunakan.
Dari periode ke periode, jenis atau merek mobil dinas menteri atau pejabat memang selalu berganti. Dari waktu ke waktu pula harganya makin mahal dan kendaraannya makin mewah.
Tak heran kalau pengadaan Toyota Crown Royal Saloon ini juga menimbulkan kontroversi, karena harganya diperkirakan dua kali lipat dari harga mobil dinas sebelumnya. Mobil ini memang termasuk kelas paling mewah yang diproduksi Toyota.
Di Jepang, perusahaan-perusahaan sering menjadikan mobil ini untuk kendaraan tamu-tamu mereka. Gengsi Toyota Crown Royal dianggap sekelas dengan BMW seri 5, Audi A6, Volvo S80, Jaguar Tipe S dan X, atau Mercedes Benz seri E.
Harganya juga bikin ngiler, karena jika dibeli di Indonesia dengan mata uang rupiah, butuh uang Rp 1 miliar lebih. Jauh di atas harga Camry yang sekitar Rp 650 juta. Dari sisi tampilan, menteri-menteri di era terdahulu dijamin iri melihat cantiknya mobil ini.
Sebenarnya, menteri di Kabinet Kerja sempat akan diberikan mobil dinas baru oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Saat menjelang peralihan kekuasaan dari SBY ke Jokowi, Kementerian Sekretariat Negara berencana membeli Mercedes-Benz tipe E Class 400 sebanyak 72 unit.
Namun, rencana itu dibatalkan lantaran mengundang kontroversi di tengah masyarakat. Jokowi pun kemudian menyatakan ketidaksetujuan atas ide tersebut. Maka jadilah menteri di Kabinet Kerja menggunakan mobil dinas bekas dari kabinet sebelumnya.
Bagaimanapun, menteri Jokowi masih bisa bersyukur mendapatkan mobil jenis ini. Toyota Crown Royal Saloon bukanlah mobil orang kebanyakan dan masuk ke jajaran mobil mewah. Paling tidak, jajaran menteri Jokowi masih bisa bergaya dibandingkan dengan menteri di Filipina.
Salah satu kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang membuat kaget publik adalah mengganti mobil dinas menterinya dari Toyota Camry ke Toyota Avanza. Alasannya, inilah mobil dinas yang harganya paling murah dan tidak menyedot uang rakyat.
Saksikan video pilihan berikut ini: