Jokowi Minta ASEAN-Australia Tingkatkan Kerja Sama Tangani Terorisme

Menurut Jokowi kerja sama ini penting untuk mencegah serangan teror.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Mar 2018, 13:49 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2018, 13:49 WIB
Jokowi Bicara Bisnis di Depan 500 CEO dan Startup ASEAN-Australia
Presiden Joko Widodo berbicara di Forum CEO Lunch saat pertemuan ASEAN-Australia Special Summit 2018 di Sydney (17/3). Jokowi pidato di depan ratusan CEO, pelaku usaha kecil dan menengah di ASEAN-Australia Bussiness Forum.(Mark Metcalfe/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta negara-negara ASEAN dan Australia meningkatkan kerja sama di bidang penanggulangan terorisme. Menurutnya kerja sama ini penting untuk mencegah serangan teror.

"Saya apresiasi Australia atas upaya memajukan kerja sama counter-terrorism dengan ASEAN. Kerja sama di bidang ini jadi perhatian semua negara. Hal ini sangat dipahami mengingat sampai saat ini ancaman terorisme tidak berkurang, termasuk di kawasan kita," kata Jokowi saat pidato di Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia di International Convention Centre Sydney Australia, Minggu (18/3/2018). 

Sejauh ini, kata Jokowi, Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan Selandia Baru telah membangun kerja sama penanggulangan teror pascainsiden di Marawi.

"Kerja sama ini sangat praktis dan hasilnya langsung dapat dirasakan," ucap Jokowi seperti dikutip dari setkab.go.id.

Jokowi juga menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman 'ASEAN-Australia MoU on Cooperation to Counter International Terrrorism'. Nota kesepahaman ini, sambung Jokowi, akan menjadi penguat upaya memerangi ancaman terorisme.

"Dari observasi saya, MoU ini menekankan keseimbangan antara pendekatan keras dan lunak," ujar Jokowi.

Pendekatan Lunak

Saat Malcolm Turnbull Swafoto dengan Jokowi
PM Australia Malcolm Turnbull mengajak Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan swafoto pada jamuan makan malam disela kegiatan ASEAN-Australia Special Summit 2018, Sabtu (17/3). (ANDREW TAYLOR/ASEANINAUS/AFP)

Menurut Jokowi, pendekatan keras saja tidak cukup untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme dan perlu diimbangi dengan pendekatan lunak.

"Kegagalan pencegahan tidak saja akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian besar lainnya, namun juga memicu reaksi eksesif yang tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kerja sama pengembangan kapasitas pencegahan terjadinya serangan perlu terus ditingkatkan," terang Jokowi.

Sementara itu, untuk pendekatan lunak Jokkwi membagi pengalaman mengenai upaya deradikalisasi dan kontra radikalisasi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah pelibatan para mantan narapidana terorisme yang sudah insaf dalam upaya mencegah membesarnya ancaman radikalisme dan terorisme. Para mantan narapidana terorisme ini juga difasilitasi untuk bertemu dengan keluarga korban.

"Mereka telah menjadi agen penyebaran toleransi dan nilai perdamaian. Dengan bantuan para mantan narapidana ini keluarga dan lingkungan mereka justru lebih mudah diubah menjadi lingkungan yang toleran dan damai," ungkap Jokowi.

Jokowi juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki dua organisasi Islam yang besar yaitu Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama yang sangat membantu pemerintah dalam menyebarkan nilai toleransi dan perdamaian.

Selain itu, khusus untuk kontra-radikalisasi, Jokowi menyoroti pentingnya pelibatan para anak muda milennial. Menurutnya, para anak muda ini telah menjadi 'duta-damai' yang efektif karena mereka menggunakan bahasa yang dipahami oleh generasinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya