Nyobeng Dayak: Damai dengan Tengkorak Musuh

Tahapan paling penting dalam ritual nyobeng adalah memandikan batok kepala manusia hasil mengayau leluhur Dayak. Tengkorak kepala manusia yang sudah dikeringkan bisa menjadi sihir paling kuat di dunia.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jun 2011, 22:51 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2011, 22:51 WIB
110626potret.jpg
Liputan6.com, Jakarta: Gawai singgah di Kalimantan. Hajatan besar Suku Dayak sebagai wujud syukur atas hasil panen lazim digelar pada pertengahan Juni. Etnis Dayak percaya ritual adat menjadi hal penting dalam menjalani hidup, termasuk Dayak Bidayuh yang menetap di Desa Sebujit, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Gawai di Desa Sebujit tak sekadar mensyukuri karunia Sang Kuasa tapi juga sarana membenahi kehidupan masa depan. Ngayau memang identik dengan Suku Dayak.

Namun sesungguhnya tradisi ini sudah lama ditinggalkan, tepatnya sejak 1894 pada pertemuan Dayak se-Kalimantan di Tumbang Anoi. Andai pun pecah konflik yang memicu aksi penggal kepala, etnis Dayak meyakini itu bukan semata-mata dilatari motif ritual, tapi sebagai wujud pembelaan diri atas ancaman atau serangan. Dan kini nyaris setiap orang sibuk menyambut gawai.

Tak mudah menuju Desa Sebujit yang dekat dengan perbatasan Malaysia ini. Butuh delapan jam lebih dari Pontianak, ibu kota Kalbar untuk bisa sampai. Salah satu kendaraan yang wajib ditumpangi adalah perahu bangkong.

Tersangkut batang pohon tumbang amat mungkin mengganggu perjalanan sehingga terpaksa perahu harus didorong. Setelah dua jam perjalanan sampailah di tepian desa. Namun masih perlu waktu satu jam berjalan kaki untuk tiba di perkampungan adat.

Keriaan tumpah di Sebujit. Di balug atau rumah adat sesepuh tengah bersiap pertanda ritual nyobeng memasuki tahap awal. Balug menjadi titik sentral sebab di sinilah tersimpan beragam barang pusaka, termasuk tengkorak hasil mengayau warisan leluhur.

Persiapan nyobeng haruslah matang. Restu leluhur harus direngkuh. Maka ketika picu senapan lantak ditarik ini tak sekadar wujud penyambutan tetamu tapi juga sebagai isyarat pemanggilan arwah sekaligus permohonan izin ritual.

Sakral nyobeng bukanlah prosesi tertutup. Siapa pun boleh datang dan melihatnya. Warga Dayak Bidayuh punya cara tersendiri untuk menyambut mereka yang hadir.

Acara yang tak boleh dilewatkan tamu adalah tahapan naburi. Tahapan ketika tamu harus menebas menggunakan mandau anak anjing dan ayam yang dilempar ke udara oleh ketua adat. Tamu juga dilempar dengan beras putih dan kuning juga telur ayam. Mereka juga diwajibkan menebas sebilah bambu untuk menguji keperkasaan dan simbol perdamaian.

Tamu ketika perayaan nyobeng adalah simbol penghormatan terhadap adat. Itulah sebabnya warga Dayak Bidayuh begitu menghargai. Mereka menyuguhi tuak dari pohon niru dicampur kulit pohon pakak yang rasanya manis seperti kudapan tape Bandung.
Dan sebelum puncak ritual nyobeng dimulai pada malam hari beragam acara digelar untuk menghibur warga.

Waktu merambat. Ritual nyobeng mendekati tahap akhir. Ketua adat pun kembali memanggil arwah. Pemanggilan ini penting karena ruh leluhur harus tahu puncak ritual segera dimulai.

Tahapan paling penting dalam ritual nyobeng adalah memandikan batok kepala manusia hasil mengayau leluhur Dayak. Tengkorak-tengkorak itu disimpan di dalam kotak bersama kalung taring babi hutan.
 
Kepala menjadi pilihan utama karena Suku Dayak Bidayuh meyakini bagian leher ke atas adalah simbol paling konkret jati diri manusia. Tengkorak kepala manusia yang sudah dikeringkan bisa menjadi sihir paling kuat di dunia. Bahkan, kepala yang baru dipenggal dipercaya cukup ampuh untuk menyelamatkan seantero kampung dari wabah penyaki.

Tak hanya itu, kepala yang sudah dibubuhi ramu-ramuan cukup kuat untuk menghadirkan hujan dan meningkatkan hasil panen padi sekaligus mengusir ruh jahat. Semakin banyak tengkorak kering dikumpulkan makin besar kekuatan yang dihasilkan.

Kini giliran prosesi bersih diri. Air yang telah dijampi-jampi dibasuh ke setiap orang menggunakan daun anjuang yang dipercaya punya kekuatan magis. Tujuan bersih diri ini adalah untuk mensucikan raga luar dalam.

Didasari keyakinan tengkorak manusia memiliki kekuatan supranatural maha dahsyat inilah, warga Dayak Bidayuh di Sebujit menggelar ritus khusus. Tujuannya sederhana agar kekuatan kebaikan terus tercurah. Lebih dari itu agar musuh tidak saja sebagai pelindung tetapi juga sahabat dan pemberi rezeki.(IAN)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya