Mengenang Giri, Sosok Pencegat Mobil Berisi Bom Gereja Surabaya

Satu di antara tiga pemberani yang menghalangi mobil berisi bom yang dikendarai Dita Oepriarto itu mengembuskan napas terakhirnya pukul 20.35 WIB Jumat lalu.

diperbarui 21 Mei 2018, 11:22 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 11:22 WIB
Gabungan Suporter Bola Gelar Aksi Lilin Doakan Korban Bom Surabaya
Lilin simbol cinta dinyalakan oleh gabungan suporter klub sepak bola dalam aksi solidaritas terkait tragedi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Surabaya - Stabil, begitu kabar dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo tentang sekuriti Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) yang menjadi korban ledakan bom, Giri Catur Sungkowo. Secercah harapan pun tumbuh di batin keluarganya.

Namun, harapan itu meredup beberapa jam kemudian. Kondisi Giri memburuk pada pukul 17.00 WIB, Jumat 18 Mei 2018.  

"Perawatan intensif sudah kami upayakan. Monitoring 24 jam sehari, tetapi Tuhan berkehendak lain," kata Kepala Humas dan PKRS RSUD dr Soetomo, Pesta Parulian.

Satu di antara tiga pemberani yang menghalangi mobil berisi bom yang dikendarai Dita Oepriarto itu mengembuskan napas terakhirnya pukul 20.35 WIB hari itu.

Mendengar kabar Giri terkena bom saja membuat keluarganya tak percaya, apalagi mendengar kabar kematiannya. Sang istri berusaha tabah, tapi dia beberapa kali pingsan saat bercerita tentang Giri.

"Saya kuat kok," kata istri Giri, Suriyati, saat ditemui di rumahnya di daerah Pulosari, seperti dilansir JawaPos.

Giri, di mata Suriyati merupakan orang yang berdedikasi terhadap pekerjaan dan sangat menyayangi jemaat gereja itu, meski seorang muslim. 

Suriyati pernah memintanya pindah kerja. Namun, pria 48 tahun itu menolak. Alasannya, sudah nyaman. Maklum, Giri bekerja di gereja tersebut sejak sebelum menikah, tepatnya 23 tahun lalu.

Putra semata wayang Giri, Marvel Putra Hasinta Casa (20) menuturkan, keadaan ayahnya memang sempat membaik. Namun, kondisinya kembali menurun dan akhirnya meninggal dunia.

Giri merupakan anak bungsu tiga bersaudara. Dia dikenal sebagai sosok yang baik dan berhati lembut.

Marvel mengatakan, ayahnya merupakan panutan baginya. ''Meskipun ayah saya pendiam, beliau sangat perhatian kepada keluarga,'' ujar dia.

Dia bercerita, mamanya yang pertama kali mengetahui soal Giri dan ledakan di GPPS. Kala itu, Suriyati mendapat telepon dari pihak GPPS.

Sekitar pukul 12.00, Suriyati bersama Marvel mendatangi RSUD dr Soetomo. Dua jam kemudian, mereka baru bisa melihat Giri. "Enggak tega," ujar Marvel.

Berdasar keterangan dokter, Giri menderita luka bakar 80 persen akibat ledakan bom. Marvel dan Suriyati menjaga Giri secara bergantian. Meski berat, mereka sudah mengikhlaskan.

"Saya tetap maafkan meskipun itu tindakan sangat biadab," ucap Marvel.

Loyal

Gabungan Suporter Bola Gelar Aksi Lilin Doakan Korban Bom Surabaya
Gabungan suporter klub sepak bola menyalakan lilin dalam aksi solidaritas terkait tragedi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain keluarga, perwakilan dari GPPS Surabaya hadir di rumah duka. Pendeta Sewie Elia Huang menyebutkan, Giri merupakan petugas sekuriti senior di GPPS.

"Dia ini orang yang loyal terhadap pekerjaan. Semua tugas dilaksanakan dengan baik,'' tutur Ketum Sinoda GPPS Jemaat Sawahan tersebut.

Menurut dia, Giri merupakan satu di antara tiga orang yang tertabrak saat menghalangi mobil Dita Oepriarto.

Berkat mereka, bom meledak tepat di depan pintu gereja. Jika tidak ada mereka, mobil pasti melesat masuk ke dalam gereja sehingga timbul lebih banyak korban.

Baca berita menarik lainnya di JawaPos

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya