KPK Geledah 3 Lokasi terkait Suap Hakim PN Medan

Tiga lokasi tersebut antara lain kediaman hakim ad hoc Tipikor PN Medan Merry Purba.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 30 Agu 2018, 19:27 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2018, 19:27 WIB
Suasana PN Medan usai OTT KPK
Suasana PN Medan usai OTT KPK. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah tiga lokasi terkait kasus dugaan suap penanganan perkara korupsi di PN Medan. Penggeledahan dilakukan secara berturut-turut sejak Rabu 29 Agustus 2018 hingga Kamis 30 Agustus 2018.

Tiga lokasi tersebut antara lain kediaman hakim ad hoc Tipikor PN Medan Merry Purba. Penggeledahan dilakukan pada Rabu 29 Agustus 2018 sejak pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB.

Kemudian sejak pukul 23.00 WIB pada Rabu 29 Agustus 2018 hingga pukul 06.00 WIB, Kamis (30/8/2018), penyidik menggeledah PN Medan. Terakhir, penyidik menggeledah kediaman dan kantor tersangka Tamin Sukardi. Pengeledahan tersebut masih berjalan.

"Sejauh ini disita dokumen-dokumen terkait proses persidangan," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah saat dikonfirmasi, Kamis (30/8/2018).

Pada kasus ini, KPK menetapkan Hakim Adhoc Tipikor pada Pengadilan Negeri (PN) Medan Merry Purba sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan suap terkait penanganan perkara tindak pidana korupsi di PN Medan.

Selain Merry Purba, KPK menetapkan tiga orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Helpandi selaku panitera pengganti PN Medan, Tamin Sukardi selaku pihak swasta serta Hadi Setiawan yang merupakan orang kepercayaannya.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dugaan

Tamin yang merupakan terdakwa yang tengah diadili oleh Merry memberikan SGD 280 ribu kepada Merry untuk mempengaruhi putusan perkara korupsi penjualan tanah aset negara.

Tamin divonis Merry pada 27 Agustus 2018 dengan hukuman 6 tahun penjara denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. Padahal jaksa menuntut Tamin hukuman 10 tahun penjara.

Sebagai pihak yang diduga penerima suap, Merry dan Helpandi disangka melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 12 huruf a atau Pasal 11 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 30 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Sebagai pihak yang diduga pemberi suap, Tamin dan Hadi disangka melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 (1) a atau Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 30 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya