Liputan6.com, Jakarta - Ratusan rumah warga di Perumnas Patoga diduga tertelan lumpur dan tanah yang bergerak bernama likuifaksi pasca gempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Fenomena itu menyebabkan tanah berubah menjadi air sehingga kehilangan kekuatan.
"Diperkirakan ada 744 unit rumah, ini posisinya perumahan Patogo dekat dengan sesar Palu Koro," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo di kantornya Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (1/10/2018).
Atas tenggelamnya rumah tersebut, diduga ada ratusan orang yang ikut menjadi korban gempa Palu. Namun, dalam hal itu, Sutopo mengaku belum mengetahui jumlah pasti dari korban.
Advertisement
"Perkiraan lebih 500 jumlah korban dan proses evakuasinya memang sulit kondisinya," ujarnya.
Selain Perumnas Patogo, lanjut Sutopo, ada juga Perumnas Balaroa yang ikut ambles.
"Mekanisme yang terjadi di Perumnas Balarowa, Perumnas Balaroa itu ambles yang tadi saya sampaikan 1.747 rumah," ujar Sutopo.
Reporter: Ronald
Saksikan video menarik berikut ini:
77 Jenazah Belum Terindifikasi
Gempa yang diikuti tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, menelan 844 korban jiwa. Sebanyak 821 orang di antaranya merupakan korban gempa dan tsunami di Palu.
Namun, masih ada 77 korban gempa dan tsunami Palu di antaranya belum teridentifikasi.
"Jumlah korban jiwa per 1 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, 844 orang meninggal dunia. Di Kota Palu ada 821 orang meninggal dunia, 744 di antaranya sudah teridentifikasi," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (1/10/2018).
Menurut dia, identifikasi korban tsunami Palu akan dilakukan dengan metode Disaster Victim Identification (DVI), face recognition dan sidik jari.
Sementara, 90 orang masih dinyatakan hilang. Sutopo mengatakan, petugas masih melakukan evakuasi di sejumlah titik.
Advertisement