Liputan6.com, Jakarta - Kubu Prabowo dan Sandiaga Uno mengincar kandang banteng. Posko pemenangan pusat bakal dipindahkan ke Jawa Tengah yang jadi basis PDIP, partai utama pengusung Jokowi-Ma'ruf. Tujuan, untuk memecah suara lawan.
Sementara itu, juru bicara Prabowo-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaen mengakui, ada misi memecah suara Jokowi-Ma'ruf di balik rencana pemindahan posko ke Jateng.
Baca Juga
Menurut dia, PDI Perjuangan dan Jokowi-Ma'ruf merupakan satu kesatuan. Alhasil, dengan memecah suara PDI Perjuangan di Jateng, maka suara Jokowi-Ma'ruf di pilpres akan tergerus.
Advertisement
"Memang Jateng sangat penting bagi kami. Kita tahu, semua di sana 'kandang banteng'. Di sana peta politiknya basis PDIP. Jadi itu betul sekali (strategi pecah suara)," kata Ferdinand saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (11/12/2018).
Dengan menempatkan markas pusat di Jateng, Ferdinand menargetkan Prabowo-Sandi setidaknya bisa merebut 35 hingga 40 persen suara di Jawa Tengah.
"Kami pastikan bisa mendekati (perolehan suara) Pak Jokowi, tidak berharap menang atau unggul di Jateng tapi target 35-40 persen sudah membuktikan bahwa Prabowo-Sandi akan menang," ujar mantan politikus Partai Demokrat itu.
Berdasarkan penelusuran data, partai besutan Megawati Soekarnoputri itu tercatat mendominasi perolehan suara di hampir seluruh wilayah Jateng. Berdasarkan data KPU, PDI Perjuangan menguasai delapan dari sepuluh daerah pemilihan di Jawa Tengah.Â
Â
Total, partai berlambang banteng moncong putih itu meraup 4.295.598 suara. Angka ini menempatkan PDI Perjuangan sebagai jawara di Pemilu 2014 lalu di Jateng.
Namun, optimisme pun muncul dari hasil Pilkada Jateng 2017. Saat itu pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PKS memperoleh 7.267.993 suara, atau 41,22 persen.
Suara pasangan nomor urut 2 ini hanya selisih sekitar 3 juta dari Ganjar-Taj Yasin pemenang Pilkada, dengan perolehan suara 10.362.694 suara atau 58,78 persen.
Sosok Sudirman Said pun didaulat membantu perolehan suara Prabowo-Sandi di Jawa Tengah.Â
Saat dihubungi Liputan6.com, ia tak memungkiri bahwa hasil signifikan di Pilkada Jateng merupakan modal yang harus dijaga dan dipertahankan.Â
"Namun, tak hanya itu (faktor Pilkada Jateng), semua faktor kita perhitungkan, mulai dari hasil Pilpres 2014, hasil Pilkada 2018, peta koalisi. Tapi yang paling penting adalah suasana batin rakyat Jateng yang menginginkan perubahan," kata Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga itu.
Sudirman mengatakan, jika unggul di Jateng, jagoannya berpotensi menguasai perolehan suara nasional. Sebab, Jawa Tengah adalah salah satu propinsi paling padat di Indonesia.Â
Namun, mantan menteri ESDM tersebut mengakui, butuh kerja keras untuk menggerus suara PDIP. "Memang tidak mudah. Karena itu kita berjuang untuk menang di Jateng," ucap dia.Â
Â
Sudirman mengaku, dirinya terus melakukan konsolidasi dengan simpul-simpul relawan yang selama ini bergerak memenangkan dirinya di Pilkada Jateng lalu.Â
"Relawan kita masih kompak. Dan kini mereka kembali aktif berjuang memenangkan Prabowo-Sandi di Pilpres. Dan banyak relawan kita di seluruh Jateng menginginkan agar capres dan cawapres lebih banyak bertemu warga Jateng," ucap dia.
Beda pilihan di Pilpres 2019 membuat Sudirman Said pecah kongsi dengan eks pasangannya, Ida Fauziyah yang didukung Nahdlatul Ulama (NU).
Ida bahkan didaulat sebagai Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.Â
Ida yakin, rencana pemindahan Posko ke Jateng tidak akan mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Menurutnya, Joko Widodo tetap akan mendulang suara besar di Jawa Tengah.Â
"Kami posisinya saat ini cukup yakin Pak Jokowi masih leading di Jateng, partai yang mengusung juga masih leading. Saat ini seluruh mesin partai terus bergerak," ucap dia.Â
Ida juga mengaku mendapat tugas ekstra di tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf, untuk kembali menggalang simpul-simpul relawan pendukungnya di Pilkada Jateng lalu.Â
"Relawan saya tidak sedikit jumlahnya. Dan saya terus keliling untuk merawat suara yang selama ini didapat saat pilkada Jateng lalu," ucap dia.
Ida menganggap, dia dan Sudirman punya basis massa berbeda. "Saya dan Pak Dirman punya basis sendiri-sendiri."Â
Â
Â
Banteng Siap Asah Tanduk
Di sisi lain, bergulirnya rencana pemindahan Posko Pemenangan Pusat kubu Prabowo-Sandi justru dianggap semakin memperkuat basis kekuatan pendukung Jokowi-Ma'ruf.
Tim Pemenangan Jokowi yakin, rencana itu tidak akan menggerus basis massa yang telah mereka bangun
"Monggo saja. Pasukan kami justru makin solid, 'banteng-banteng' makin kuat" ucap Ketua Tim Kampanye Daerah Jokowi-Ma'ruf wilayah Jateng, Bambang Wuryanto saat dihubungi Liputan6.com Selasa (11/12/2018).
Bambang meyakini, persoalan tempat markas pemenangan tidak akan mempengaruhi hasil perolehan suara pada Pilpres 2019. Dia pun menekankan, bila tujuannya menggerus suara Jokowi, dia yakin, itu tak bakal kesampaian.Â
"Memindahkan hati dan pikiran itu tidak sama dengan memindahkan tempat. Kalau niatnya menggerus suara, justru dia tengah membangunkan 'banteng-banteng' yang lagi tidur. Karakter banteng, kalau diinjak, kan bangkit," tegas Bambang.Â
Dia pun mengibaratkan, untuk menghadapi tim Prabowo di Jateng, kader-kadernya, yang ia ibaratkan sebagai banteng, siap mengasah tanduknya.Â
"Percaya deh, justru kami makin solid. Apalagi nanti kalau ada perintah dari panglima besar Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani, banteng-banteng itu akan segera mengasah tanduk," kata dia.Â
Sementara itu, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir mengaku meragukan klaim kubu Prabowo-Sandi soal pemindahan markas pemenangan mereka ke Jateng.
Jangan-jangan, itu hanya retorika semata yang ditujukan untuk mengalihkan fokus pendukung Jokowi-Ma'ruf.Â
"Saya pikir itu bisa saja bluffing (gertakan) doang. Sama saja, seperti ungkapan (Sandiaga Uno) membangun tanpa utang, janji gaji guru Rp 20 juta," kata Erick Thohir di Gedung SCTV Tower, Senin 10 Desember 2018.Â
Namun, bila benar posko lawan dipindah, Erick mengaku, pihaknya sangat terbuka. Yang akan terjadi adalah medan perjuangan yang nyata dan dapat dipantau publik. Masyarakat bisa melihat langsung hal nyata yang ditawarkan kedua kandidat.
"Jadi kalau mau di Jateng ya kita senang, dan itu sesuatu yang membawa confident buat kita, makin banyak yang percaya bahwa ini perjuangan buat Indonesia," jelas Erick Thohir.
Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo juga mempersilahkan kubu Prabowo-Sandi membangun Posko pemenangan pusat di wilayahnya.Â
"Ya ndak apa-apa, mau membangun posko di mana saja, itu hak mereka. Mau di Kalimantan, di Sulawesi, di Jawa, monggo," ucap Ganjar saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 10 Desember 2018.Â
Mengenai klaim kubu Prabowo yang yakin akan menggerus suara Jokowi di Jateng, Ganjar tak ingin berkomentar banyak. Dia hanya menegaskan masyarakat Jateng sangat solid.
"Karena Jateng paling solid, maka Jateng paling seksi untuk digembor. Karena kami solid sekali," ucap dia.
Apalagi, kata Ganjar, jika alasan kubu Prabowo-Sandi adalah perolehan Pilkada 2017. "Kan asumsi yang dibangun berdasarkan Pilgub dulu toh?...Dan di Pilgub yang menang saya," kata Ganjar saat di Istana Kepresidenan.Â
Kendati demikian, Ganjar tak ingin meremehkan BPN Prabowo-Sandiaga. Dia menganggap apa yang direncanakan kubu lawan saat ini menjadi warning bagi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin agar bekerja lebih keras lagi.
"Jadi kita enggak boleh menyepelekan, enggak boleh overconfidence. Semua harus kerja keras karena sebenarnya yang akan memenangkan adalah yang dicintai rakyat," kata dia.Â
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto justru menilai rencana tim Prabowo-Sandi memindahkan markas pemenangan sebagai blunder. Seluruh pendukung Jokowi-Ma'ruf justru disebut makin solid.Â
"Malah menggelorakan semangat juang, tidak hanya bagi die hard PDI Perjuangan, tapi juga bagi seluruh parpol Koalisi Indonesia Kerja di Jawa Tengah.
Menurut dia, selama ini, seluruh elemen pendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin justru semakin solid bersatu dan meningkatkan target pilpres dari 75 persen menjadi 80 persen.Â
"Masuk ke Jawa Tengah yang dikenal guyub, dengan berbagai isu yang memecah dipastikan akan kontraproduktif," Hasto menandaskan.Â
Hasto pun mengatakan membangun basis massa tidak bisa hanya dengan memindahkan posko atau markas pemenangan, namun butuh proses panjang yang berkesinambungan. Dia menyebut, PDIP telah sejak lama membangun 'kekuatan' di Jateng, salah satunya melalui kerja nyata Presiden Joko Widodo.
"PDI Perjuangan menegaskan bahwa membangun loyalitas pemilih bukan proses sebulan dua bulan, namun proses berkesinambungan, memenangkan hati rakyat, melalui pikiran yang positif dan kerja nyata untuk rakyat. Itulah yang selama ini dilakukan Pak Jokowi," ujar dia.
Advertisement
Strategi Curi Suara Dua Kubu
Direktur Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mengatakan strategi 'mencuri suara' dengan memindahkan posko pemenangan oleh kubu Prabowo-Sandi di Jateng merupakan hal wajar.
Cara itu, sebenarnya juga dilakukan Jokowi, namun dengan model berbeda.Â
"Pak Jokowi kan selama ini juga masuk ke kantong pemenangan Prabowo. Dia masuk ke Jabar, Sumbar, mendekati mantan Gubernur NTB (Tuan Guru Bajang). Itu dilakukan dengan harapan mengerek perolehan suara. Jadi sama aja," kata Djayadi saat dihubungi Liputan6.com Selasa (11/12/2018).Â
Dia menilai, rencana pemindahan posko ke Jateng sebagai upaya kubu Prabowo menunjukkan mereka mampu meraup suara besar di basis massa pendukung Jokowi, dan partai pengusung utamanya, PDIP. Bila hal itu terwujud, otomatis akan menganggu fokus kubu Jokowi.  Â
"Kalau Prabowo bisa mempertipis kekalahan di Jateng berarti dia kuat banget. Sebaliknya, kondisi itu membuat pihak Jokowi bertahan mati-matian di daerah basis. Tapi itu juga bisa menjadi strategi tim Jokowi, di daerah basis bertahan, di daerah lawan menyerang," ucap dia.
Lepas dari upaya rencana pembangunan posko pemenangan pusat di Jateng, Djayadi mengatakan, Jateng, Jatim dan Jabar merupakan kantong massa terbesar di setiap Pemilu. Kemenangan pasangan capres-cawapres di masing-masing daerah diakui turut mempengaruhi perolehan suara nasional.Â
"Tiga provinsi itu, kalau dihitung, total pemilihnya sudah sekitar separuh dari pemilih nasional. Jadi kalau dua kandidat saling berebut suara di Jawa, itu pilihan rasional," kata dia.Â
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Adi Prayitno menilai, rencana pemindahan posko pemenangan sebagai strategi tepat. Menurutnya, kubu Prabowo belajar dari kekalahan pada Pilpres 2014.
Saat itu, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Radjasa kalah telak di Jawa Tengah dengan memperoleh 6.485.720 suara atau 33,35 persen. Jauh di bawah perolehan Jokowi-Jusuf Kalla yang mendapat 12.959.540 suara atau 66,65 persen.
"Waktu 2014 itu, kan, sebenarnya di mana-mana cukup imbang. Hanya di Jateng saja Prabowo kalah telak. Jadi ini strategi yang cerdik menurut saya," ujar Adi dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com. Â
Bisa unggul di Jawa Tengah barangkali masih tergolong mustahil bagi pasangan Prabowo-Sandi. Namun, kata Adi, menipiskan kekalahan di Jawa Tengah diyakini akan sangat berpengaruh pada hasil perolehan suara menyeluruh.
"Meraup suara di Jawa Tengah adalah kunci bagi pasangan Prabowo-Sandi untuk menang. Ini strategi pertempuran hidup mati," tutur Adi.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â