Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo mengatakan media tidak bisa diintervensi. Hal tersebut dia katakan dalam acara diskusi publik memperingati Hari Ibu ke-90 'Pers dan Pemajuan Perempuan Indonesia'.
"Tidak ada yang bisa intervensi media harus memberitakan soal ini atau soal itu," ujar Stanley di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).
Baca Juga
Awalnya, Stanley menceritakan soal kekesalan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto kepada beberapa media. Prabowo kesal lantaran media tak memberitakan aksi damai 212 di Monas, Jakarta Pusat pada 2 Desember 2018.
Advertisement
"Kita melihat ada yang memberitakan reuni 212 ada yang tidak, kemudian yang pro dengan 212 kesal kepada media tak memberitakan hal tersebut. Itu kebebasan media, mau memberitakan atau tidak," kata Stanley.
Saat kesal tak ada pemberitaan berlebihan terkait aksi 212, Prabowo sempat menyudutkan media. Stanley mengaku, saat itu banyak wartawan yang mengejar dirinya untuk diwawancara, namun Stanley enggan menanggapi.
Stanley mengatakan, dirinya hanya ingin memberikan komentar kepada seorang jurnalis yang sudah dia kenal. Hal tersebut dia lakukan demi menjaga hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
"Saya diburu oleh wartawan untuk memberikan komentar soal omongan salah satu calon presiden yang kesal dengan media. Saya tidak mau menjawab, saya tidak mau memberikan komentar," kata dia.
Prabowo Jengkel
Sebelumnya, calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan kejengkelannya terhadap wartawan dan media massa.
Lewat pidatonya di hadapan penyandang disabilitas, Prabowo malah blak-blakan mengecam pers yang diklaim sudah tak berimbang.
"Ada wartawan enggak di sini? Mereka ke sini nungguin gue salah ngomong," ucap Prabowo dalam Peringatan Hari Disabilitas Dunia di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018.
Kejengkengkelan Prabowo dipantik dari aksi reuni 212. Media dinilainya tidak netral. Massa aksi yang menurutnya mencapai jutaan, hanya ditulis ribuan.
"Media kita tidak melihatnya. Ini aneh bin ajaib. Mereka saya katakan, kelompok itu, menunggu gue salah ngomong, kemudian digoreng lagi. Bicara emak-emak enggak boleh, tampang enggak boleh," ucapnya.
Prabowo menduga ada upaya besar memanipulasi demokrasi di Indonesia. Menggunakan uang, ucap dia, praktik sogok-menyogok terjadi di semua lapisan. Mulai dari partai politik, pejabat, dan rakyat yang mau dibohongi, dicuci otak oleh pers yang bohong.
"Jadi saya katakan, hei jurnalis kalian tidak berhak sandang sebagai jurnalis. Saya katakan mulai sekarang jangan lagi hormati mereka karena mereka semua antek," Prabowo memungkasi.
Advertisement